SATU-SATUNYA YANG SETIA

“Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan.” — Mazmur 36:6

 

Jika Anda mencari tahu lebih dalam, Anda akan menemukan banyak tulisan yang menanyakan, “Apakah masih ada orang yang setia saat ini?” Biasanya, pertanyaan itu dikaitkan dengan pernikahan. Namun sesungguhnya, hal itu berlaku di hampir setiap aspek kehidupan. Ketika Anda berbicara dengan orang-orang yang bekerja di dunia bisnis, mungkin Anda juga mendengar kisah serupa—tentang rekan kerja yang pada awalnya tampak berkomitmen pada tim dan visi perusahaan, tetapi tidak lama kemudian menghilang begitu saja. Loyalitas terhadap perusahaan, tanggung jawab, atau pekerjaan sering kali memudar dengan cepat.

 

Sungguh jarang kita menemukan orang yang memiliki ketekunan dan kesetiaan yang konsisten—orang yang “ya”-nya berarti “ya” dan “tidak”-nya berarti “tidak” (Mat. 5:37). Ketika kita akhirnya menemukan seseorang yang menepati janji dan tetap setia meskipun sulit, hal itu sungguh luar biasa dan langka.

 

Namun ada satu standar kesetiaan yang sempurna—kesetiaan yang total, penuh kasih, dan tak tergoyahkan dalam memegang janji—yaitu kesetiaan Allah sendiri. Pemazmur berulang kali menegaskan hal ini. Seperti yang kita baca dalam Mazmur 36, kasih setia Allah menjulang tinggi sampai ke langit, dan kesetiaan-Nya meluas sampai ke awan. Tidak ada batas bagi kesetiaan Allah; tidak ada yang dapat menghalangi Dia menepati firman-Nya.

 

Musa terus-menerus mengingatkan bangsa Israel akan hal ini: “Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya” (Ul. 7:9). Demikian pula, Yakobus menggambarkan kesetiaan Allah dengan berkata bahwa di dalam Dia “tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yak. 1:17). Kesetiaan Allah adalah bagian dari karakter-Nya yang sempurna. Ia tidak dapat berhenti menjadi setia karena kesetiaan itu adalah diri-Nya sendiri.

 

Bagi setiap orang percaya yang telah meletakkan pengharapannya pada janji Allah yang kekal, ini adalah kabar yang sungguh menguatkan! Karena keselamatan kita ditopang bukan oleh kesetiaan kita kepada Allah, tetapi oleh kesetiaan Allah sendiri.

 

Manusia, sebaik apa pun, pada akhirnya bisa mengecewakan kita. Dunia pun akan gagal menepati janjinya. Tetapi satu-satunya janji yang dapat kita andalkan sepenuhnya adalah janji Allah yang kekal—Allah yang benar dan adil, yang telah menyatakan diri-Nya melalui penciptaan dan yang telah menepati janji penebusan-Nya di dalam Kristus.

 

Di dalam Yesus, kita melihat kesetiaan Allah yang sempurna. Ia datang untuk memenuhi janji Allah kepada umat-Nya. Di salib, Yesus menjadi bukti bahwa Allah tidak pernah ingkar terhadap firman-Nya. Dan karena Yesus telah menepati semua janji Allah, kita dapat mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya hari ini—dan untuk selama-lamanya.

 

Refleksi

Bacalah Mazmur 36 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 9-11; 1 Yohanes 2