Pembacaan : Ayub 40 

 

Bacaan Alkitab Setahun :

1 Raja-raja 19 - 20

 

Ini adalah salah satu kontradiksi dosa. Walau dosa membuat kita menjadi orang bodoh, di saat yang sama, dosa juga meyakinkan kita bahwa kita lebih pintar daripada Allah. Ketika kita menganggap diri kita bijak, kita melihat apa yang Allah lakukan atau apa yang Dia perintahkan untuk kita lakukan sebagai kebodohan. Berapa banyak orang berkata, “Bagaimana bisa kau menyembah Allah yang akan ...?” Berapa banyak orang berpikir, “Kalau Allah benar-benar mengasihi aku, mengapa Dia ...?” Berapa banyak orang berkata, “Menurutku tidak ada masalah dengan sedikit ...?” Berapa banyak dari kita yang bertanya, “Memangnya .... seburuk itu?” Kita punya kemampuan meyakinkan diri sendiri bahwa kita tahu apa yang terbaik dan bahwa kita tidak butuh hikmat yang lebih besar daripada diri kita. Saya yakin bahwa banyak dari kita melakukannya lebih sering daripada yang kita pikirkan. Kita menganggap remeh apa yang Allah sebut bahaya, kita mempertanyakan batas yang Allah tetapkan bagi kita dan di hadapan dosa, kita berargumen bahwa dosa tidak separah itu. Setiap hari dalam setiap situasi atau hubungan, kita tergoda untuk berpikir bahwa kita lebih pintar daripada Allah.

Tanpa penyelamatan anugerah Allah, kita adalah orang bodoh yang berjalan menuju bahaya yang tidak kita lihat. Jadi kita makan lebih banyak daripada yang seharusnya sambil menyangkali bukti fisik, empiris dari kebodohan kita. Kita membiarkan diri terjebak dalam utang dan kaget ketika kita tidak bisa lagi membayar tagihan. Kita hidup egois dan dalam hubungan dengan orang lain kita bersikap menghakimi, lalu kita heran mengapa ada banyak ketegangan dan jarak dalam hubungan kita. Itu sebabnya Paulus berkata, “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia” (1 Kor. 1:25). Paulus mengatakan jika Allah bisa menjadi orang bodoh, maka momen terbodoh-Nya akan lebih bijak daripada momen paling bijak kita. Sebuah pernyataan yang benar sekali!

Jadi, di area apa Anda tergoda untuk berpikir Anda lebih bijak daripada Allah? Di area apa Anda berpikir rencana Anda lebih baik daripada rencana-Nya? Di area apa Anda berpikir lebih pintar dari Dia sehingga berani melangkah keluar dari batasan yang ditetapkan-Nya? Di area apa Anda tergoda untuk menyebut dosa bukan dosa? Di area apa Anda berkata Anda tidak perlu anugerah? Apa yang Anda anggap bijaksana padahal Allah menyebutnya kebodohan? Atau apa yang Anda anggap kebodohan padahal Allah menyebutnya bijaksana? Di area apa Anda berpikir ada jalan hidup yang lebih baik daripada jalan hidup yang Allah tetapkan, seperti yang dipikirkan Adam dan Hawa?

Di area apa Anda memegang kendali hidup Anda sehingga Anda mengatur hidup seperti yang Anda mau? Akuilah kebodohan Anda, bahwa Anda pernah berpikir lebih pintar daripada Allah dan berlarilah kepada hikmat-Nya. Berdoalah sekali lagi kepada Dia yang adalah definisi dari kebijakan supaya oleh anugerah Dia membuat Anda bijak, yaitu orang yang mengasihi hikmat Allah lebih daripada hikmat Anda sendiri.

Hari ini Anda akan tergoda untuk mempercayai delusi bahwa Anda lebih pintar daripada Allah, bahwa jalan Anda lebih baik daripada jalan-Nya.