CARA MENDEKATI ALLAH DALAM DOA
Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. Yakobus 1:6-8
Ada doa yang tidak dikabulkan Allah, yaitu doa orang yang ragu dan tidak "memintanya dalam iman."
Ketika Yakobus mengatakan bahwa kita harus menyampaikan permohonan kita kepada Allah tanpa "ragu-ragu," maksudnya bukanlah kita dilarang mengalami kebingungan atau ketidakpastian sama sekali. Keraguan yang dimaksud Yakobus bukan sekadar pergumulan dalam iman, seperti berkata, "Saya berusaha untuk yakin," atau "Saya tahu ini benar, tetapi terkadang saya masih bertanya-tanya." Sebaliknya, kata ini merujuk pada sikap yang menolak untuk mempercayakan diri sepenuhnya kepada pemeliharaan Bapa.
Keraguan semacam ini terlihat dalam sikap hati yang masih membuat rencana cadangan berdasarkan usaha sendiri, meskipun dalam doa meminta campur tangan Tuhan. Atau dalam permohonan yang sesungguhnya tidak benar-benar kita inginkan di lubuk hati. J.B. Phillips menerjemahkan ayat ini dengan baik: "Dia harus meminta dengan iman yang tulus, tanpa keraguan tersembunyi apakah dia benar-benar menginginkan pertolongan Allah atau tidak." Yakobus sedang membahas masalah kesetiaan yang terbagi, menggambarkan orang yang ragu sebagai pribadi yang doanya bertentangan dengan keinginannya sendiri. Ia meminta sesuatu kepada Tuhan, tetapi di saat yang sama tidak mau melakukannya. Seperti yang pernah didoakan oleh teolog besar abad ke-5, Agustinus, sebelum pertobatannya: "Tuhan, buatlah aku murni, tetapi jangan sekarang."
Allah mengetahui kapan kita hanya bermain kata-kata, menyanyikan lagu-lagu rohani, atau mengucapkan doa tanpa keinginan sungguh-sungguh untuk menyesuaikan hidup kita dengan perkataan tersebut. Dia tahu apakah kita benar-benar menginginkan pertolongan-Nya atau hanya mencari pembenaran untuk melakukan apa yang kita inginkan, terutama jika hikmat-Nya tidak mengarahkan kita ke arah yang sesuai dengan keinginan kita. Iman sejati menolak kemunafikan semacam ini—berdoa memohon hikmat tetapi bertindak dalam kebodohan. Karena itu, iman yang dijelaskan Yakobus bukan sekadar pemahaman intelektual, melainkan ungkapan kepercayaan dan pengabdian yang nyata.
Kejujuran adalah inti dari setiap permohonan yang tulus, baik kepada ayah duniawi maupun kepada Bapa Surgawi kita. Ketika datang ke hadapan Tuhan, kita harus "menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh" (Ibrani 10:22). Dengan sikap hati yang tulus seperti ini, kita menunjukkan kepada Allah dan diri kita sendiri bahwa kita percaya Dia setia pada janji-Nya dan kita siap bertindak berdasarkan hikmat yang Dia berikan.
Dalam bidang kehidupan mana Anda merasa sangat membutuhkan hikmat Allah? Percayakan diri Anda sepenuhnya kepada Bapa Surgawi dan bersiaplah mengikuti bimbingan-Nya. Dengan demikian, Anda akan berjalan dengan teguh dalam iman dan sukacita, tanpa mudah diombang-ambingkan oleh angin kehidupan.
Refleksi
Bacalah 1 Petrus 5:5-7 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 16–18; Titus 3
Truth For Life – Alistair Beg