KEBEBASAN DALAM KEMURNIAN
Jangan berzinah. Keluaran 20:14
Salah satu kebohongan terbesar yang dipercayai banyak orang adalah bahwa segala bentuk batasan terhadap kebebasan pribadi dianggap sebagai penindasan. Hal ini sangat jelas terlihat dalam hal moralitas seksual, di mana satu-satunya hal yang dianggap salah adalah menetapkan batasan itu sendiri. Ironisnya, kebebasan seperti ini sebenarnya adalah perbudakan terhadap keinginan dosa, yang pada akhirnya membawa kehancuran—bukan kebahagiaan, melainkan hati yang hancur dan kehidupan yang rusak.
Firman Tuhan tentang moralitas seksual sangat jelas: kita harus menjaga kesucian sebelum menikah dan setia setelah menikah. Inilah jalan menuju kebebasan dan berkat sejati (Yakobus 1:25). Itulah mengapa perintah ketujuh berkata: "Jangan berzina." Dalam pernikahan, dua orang mengikat janji dalam sebuah perjanjian kudus, menjadi satu kesatuan dalam emosi, fisik, spiritual, dan segala aspek lainnya. Pernikahan ini juga menggambarkan hubungan antara Kristus dan jemaat-Nya (Efesus 5:22-33). Oleh karena itu, ikatan suci ini tidak boleh dihancurkan atau dikhianati (Matius 19:6).
Ketika seorang suami atau istri berzina, dampaknya sangat besar: ada dosa terhadap Tuhan, terhadap tubuh sendiri, terhadap pasangan, terhadap orang lain yang terlibat dalam perselingkuhan, serta terhadap keluarga mereka. Hubungan seksual diciptakan hanya untuk pernikahan, sehingga jika dilakukan di luar konteks ini, hal itu bisa menjadi sesuatu yang menghancurkan.
Namun, zina bukan hanya soal tindakan fisik. Yesus mengajarkan bahwa zina berawal dari hati dan pikiran: "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya" (Matius 5:28). Memang, akibat dari perbuatan zina secara fisik lebih besar dibandingkan dengan hanya berfantasi atau bernafsu dalam hati, tetapi di hadapan Allah, dosa adalah dosa, dan kita semua bersalah.
Lalu, bagaimana cara kita menjaga diri dari godaan ini? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:
Pada akhirnya, kita semua bersalah dalam hal ini. Tidak ada seorang pun yang benar-benar murni jika diukur dengan standar Tuhan. Namun, kabar baiknya adalah kasih karunia Tuhan selalu tersedia. Tidak peduli seberapa besar dosa dan kegagalan kita di masa lalu, jika kita sungguh-sungguh bertobat dan berserah kepada Tuhan, Dia akan mengampuni, menyucikan, dan membebaskan kita. Dengan kuasa Roh Kudus, kita bisa menjalani hidup yang menyenangkan hati Tuhan.
Refleksi
Bacalah 1 Tesalonika 4:1-8 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 39 – 40; Yakobus 5
Truth For Life – Alistair Beg