TANGAN-NYA TERANGKAT TINGGI
“Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga.” – Lukas 24:50−51
Perjalanan Yesus di dunia bisa dipahami sebagai sebuah perjalanan menuju kenaikan-Nya. Ia datang datang dari surga ke dunia dan dilahirkan sebagai bayi, Dia hidup sebagai manusia, mengajar, melakukan mukjizat, memanggil umat-Nya untuk mengikuti-Nya, mati sebagai Juruselamat kita, bangkit kembali—dan kemudian, pada waktu yang ditentukan, Dia kembali kepada Bapa dan kepada kemuliaan. Dalam arti tertentu, seluruh kehidupan Yesus di bumi mengarah kepada momen ini: saat Ia naik ke surga.
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa waktu Yesus naik ke surga sudah ditetapkan sejak kekekalan oleh Allah (1 Pet. 1:19–20). Lukas menulis bahwa ketika Yesus “naik ke gunung untuk berdoa” (Luk. 9:28), dua orang—Musa dan Elia—“menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang kepergian-Nya yang akan digenapi di Yerusalem” (ay. 31). Masih di pasal yang sama, dikatakan bahwa “ketika genap waktunya bagi Yesus untuk diangkat ke surga, Ia mengarahkan pandangan-Nya menuju Yerusalem” (ay. 51). Baik waktu maupun cara kenaikan Yesus ditentukan oleh Allah, untuk kebaikan kita dan untuk kemuliaan-Nya.
Fakta bahwa Yesus pergi dengan cara yang jelas dan tegas seharusnya memberi kita penghiburan. Setelah kebangkitan-Nya, penampakan Yesus kepada murid-murid semakin jarang, hingga akhirnya berhenti sama sekali. Seandainya Yesus tiba-tiba tidak muncul lagi tanpa penjelasan, mereka pasti diliputi kebingungan, kekacauan, dan keraguan. Namun sebaliknya, Yesus naik ke surga secara nyata di hadapan mereka, meninggalkan kesaksian yang jelas bahwa Ia telah menyelesaikan misi-Nya. Tidak ada keraguan lagi—Ia telah menuntaskan karya keselamatan itu.
Saat Yesus naik ke surga, Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati murid-murid-Nya. Bagi para murid, ini bukan sekadar gerakan simbolis. Pada masa itu, orang yang memiliki otoritas dan kehormatan biasanya mengangkat tangan untuk memberikan berkat kepada orang-orang di bawahnya. Murid-murid pasti merasakan makna yang dalam dan penghiburan besar ketika melihat Yesus—Guru mereka yang terkasih—memberkati mereka untuk terakhir kalinya. Walau Ia tidak lagi secara fisik bersama mereka, berkat dan kasih-Nya tetap tinggal atas mereka. Mereka tetap menjadi milik-Nya, di bawah penjagaan dan perhatian-Nya, bahkan ketika Ia kembali memerintah dari surga.
Betapa luar biasanya Tuhan kita yang pernah mengangkat tangan-Nya untuk disalibkan, kini mengangkat tangan yang sama untuk memberkati kita. Yesus tidak berhenti mengangkat tangan-Nya untuk memberkati kita. Ia terus melakukannya. Bayangkanlah Yesus, dengan tangan terangkat, sedang memberkati hidup Anda hari ini. Itulah gambaran Injil—Tuhan yang telah menebus Anda kini, memberkati Anda dengan kasih karunia dan penyertaan-Nya. Maka, datanglah kepada-Nya dengan iman. Terimalah berkat itu. Ia senang memberkati anak-anak-Nya.
Refleksi
Bacalah Bilangan 6:24−26 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun: Habakuk 1-3; Kolose 3