HATI YANG DITERIMA ALLAH   

“Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah.” – 2 Samuel 12:20   

 

Ketika anak Daud, yang lahir dari perzinaannya dengan Batsyeba, menderita sakit, hal itu membangkitkan kembali semangat rohani dalam diri sang raja yang sebelumnya padam. Daud mulai mencari Allah, dan dia berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah menyelamatkan anaknya. Dia tidak mau makan, dan kehidupannya tidak lagi sama seperti biasa selama nyawa anaknya masih terancam.

 

Sebelumnya, Daud telah berusaha menutupi dosanya dengan cara menyingkirkan Uria, suami Batsyeba. Namun ketika Tuhan, dalam belas kasihan-Nya, menegur Daud melalui nabi Natan, sikap hati sang raja berubah total. Daud tidak lagi berusaha membenarkan dirinya; ia mencari Tuhan dengan hati yang hancur. Tuhanlah yang terlebih dahulu mencari Daud dan melembutkan hatinya — sebab pertobatan sejati hanya mungkin terjadi karena karya Allah di dalam hati manusia.

 

Lalu datanglah kabar yang mengerikan: anak itu telah meninggal. Seorang teolog bernama Alec Motyer pernah membandingkan pertobatan dengan mengambil kembali batu yang sudah dilemparkan ke kolam: batunya memang bisa diambil kembali, tetapi riak di permukaan air akan terus menyebar. Daud telah bertobat dari dosa perzinaan dan penyalahgunaan kuasanya. Dalam belas kasih-Nya, Tuhan menerima pertobatan Daud. Namun, Allah tidak menghentikan riak-riak atau konsekuensi dosa akibat perbuatannya. 

  

Namun, Tuhan tetap sanggup memakai tragedi ini untuk membentuk Daud menjadi pribadi yang Ia kehendaki. Daud merespons dengan cara yang mengejutkan: ia bangun, mandi, mengurapi dirinya, mengganti pakaiannya, lalu masuk ke rumah Tuhan dan menyembah. Raja yang sebelumnya bersembunyi dari Tuhan kini datang kepada-Nya dengan hati yang remuk. Kematian tragis anaknya tidak membuatnya menjauh dari Tuhan—justru membawanya ke dalam hubungan yang lebih dalam lagi dengan Allah.

 

Ketika Daud masuk ke rumah Tuhan, ia tidak membawa korban bakaran yang sempurna tanpa cacat. Korban satu-satunya yang ia miliki hanyalah hatinya yang hancur. Ia datang dengan korban yang paling berkenan di hadapan Tuhan: jiwa yang remuk dan hati yang patah. Seperti yang kemudian ditulisnya, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm. 51:19).   

 

Allah tidak membiarkan Daud terpuruk dalam rasa bersalahnya, dan Dia tidak meninggalkan Daud sendirian dalam menghadapi konsekuensi dosanya. Cara Allah memperlakukan Daud menunjukkan bahwa Dia sangat peduli dengan keadaan hati anak-anak-Nya. Dia akan melakukan apapun untuk membawa Anda kembali ketika Anda menjauh dari-Nya. Lebih dari segalanya, Allah ingin Anda memiliki hati yang hancur dan menyesal di hadapan-Nya. Ketika Dia membuat Anda menyadari dosa Anda, atau mengizinkan penderitaan, atau tidak memberikan apa yang Anda inginkan, jangan berpikir bahwa itu karena Dia tidak mengasihi Anda. Itu justru karena Dia ingin menarik Anda lebih dekat kepada Diri-Nya.

 

Refleksi

Bacalah 2 Samuel 12:1−10 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Zefanya 1-3; Kolose 4