KABAR BAIK UNTUK SEMUA ORANG

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” — Yohanes 3:16

 

Ayat ini mungkin adalah yang paling dikenal dan paling dikasihi dari seluruh Alkitab. Ayat ini muncul dalam percakapan antara Yesus dan seorang Yahudi yang taat bernama Nikodemus. Lalu, di pasal berikutnya, kita melihat bagaimana Yesus berbicara dengan seorang perempuan Samaria di sumur—seorang yang berada di sisi sosial, moral, dan rohani yang sangat berbeda dengan Nikodemus. Dari dua peristiwa ini, kita belajar bahwa kabar baik tentang kasih Kristus tidak hanya untuk orang-orang yang dianggap saleh seperti Nikodemus, tetapi juga menjangkau mereka yang tertolak dan tersisih seperti perempuan Samaria di sumur itu.

 

Perbedaan antara keduanya sangat mencolok. Nikodemus adalah orang terpelajar, berkuasa, dihormati, dan berpengaruh. Sementara perempuan Samaria itu tidak berpendidikan, tidak berpengaruh, dipandang rendah, dan hidup dalam dosa. Namun dalam perjumpaan Yesus dengan keduanya, kita melihat kebenaran yang sama: setiap manusia membutuhkan Juruselamat. Pertemuan Nikodemus dengan Kristus menunjukkan bahwa tidak ada satupun kebaikan kita yang dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Sebaliknya, pengalaman perempuan Samaria menegaskan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar sehingga tidak bisa dijangkau oleh kasih Kristus. Semua orang hidup di bawah murka dan penghakiman Allah sampai mereka menerima terang keselamatan dari Kristus — entah Anda seperti Nikodemus, seperti perempuan Samaria, atau di antara keduanya. Seluruh dunia membutuhkan Anak Allah; dan Allah telah memberikan Anak-Nya bagi seluruh dunia.

 

Karena Injil Yesus tidak membeda-bedakan, maka kita pun tidak boleh membeda-bedakan ketika memberitakan kabar baik itu. Meskipun Nikodemus dan perempuan di sumur membutuhkan kabar baik yang sama, Yesus menyampaikannya dengan pendekatan yang berbeda dan sangat personal. Ia tidak memakai pola percakapan yang sama; Ia menemui mereka sesuai keadaan mereka. Yesus hanya mengajukan pertanyaan yang menyingkapkan hati mereka yang berdosa sekaligus menunjukkan kasih Allah yang tulus bagi mereka.

 

Seperti Allah yang mengundang semua orang untuk mendengar Injil-Nya, demikian juga Ia mengundang setiap orang yang telah diubahkan oleh Injil itu untuk menjadi agen perubahan bagi orang lain. Setelah berbicara dengan Yesus, perempuan Samaria itu segera kembali ke kotanya dan menceritakan kepada semua orang tentang siapa Yesus (Yoh. 4:39). Karena kesaksiannya, banyak orang datang untuk bertemu dengan Yesus sendiri. Ini seharusnya menjadi dorongan bagi kita semua — terutama bagi mereka yang merasa tidak percaya diri untuk membagikan Injil. Ketika Allah bekerja, hasilnya selalu menakjubkan!

 

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini…”—kasih yang begitu besar kini berdiam dalam setiap hati yang percaya kepada-Nya. Kasih ini tidak hanya membebaskan kita dari belenggu dosa dan masa lalu yang kelam, tetapi juga mengubah kita menjadi agen pembaruan bagi dunia. Kasih itu memberi kita kekuatan untuk hidup sesuai kehendak-Nya, membebaskan kita dari belenggu masa lalu—entah masa lalu yang penuh kesalehan dan kesombongan seperti Nikodemus, atau masa lalu yang penuh kesalahan dan rasa malu seperti perempuan Samaria, kini bekerja dalam diri kita—menjadikan kita saksi kasih yang hidup.

 

Kasih Kristus memampukan kita untuk menaati perintah Allah dengan sukacita, bukan karena kewajiban, melainkan karena hati yang telah disentuh oleh anugerah-Nya. Ia menyalakan terang di dalam kita, agar kita pun membawa terang itu ke tempat-tempat yang gelap—menghadirkan kasih, pengampunan, dan harapan di tengah dunia yang haus akan kebenaran.

 

Kita yang dulu hanya penerima kasih, sebagai objek pembaruan dari Kristus, kini dipanggil menjadi pembawa kasih, yaitu agen pembaruan bagi orang lain. Kita yang telah diselamatkan kini diutus untuk memperkenalkan Sang Penyelamat. Sebab siapa yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, melainkan hidup dalam kasih yang kekal—kasih yang terus mengalir, mengubah, dan memulihkan dunia melalui hidup orang-orang yang telah diubahkan-Nya.

 

Refleksi

Bacalah Yohanes 4:31-42 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?

2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?

3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 45-46; Yohanes 19:23-42Z