BERDOA DALAM NAMA YESUS

“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” — Ibrani 4:16

 

Sebelum kita menutup doa dengan kata “amin”, kebanyakan orang Kristen biasanya berkata, “dalam nama Yesus” atau “demi nama Yesus.” Tapi apa sebenarnya yang kita lakukan saat mengucapkan itu? Apakah itu hanya sekadar cara sopan untuk menutup doa?

 

Berdoa dalam nama Yesus berarti kita percaya pada karya keselamatan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya dasar bagi kita untuk datang kepada Allah. Kita tidak bisa datang kepada Allah dengan mengandalkan nama kita sendiri, karena kita tidak memiliki kebaikan atau jasa yang cukup untuk membuat Allah mau mendengarkan kita. Kita datang kepada Allah dalam nama Yesus—dan itu adalah anugerah yang luar biasa!

 

Hanya karena kita memiliki Imam Besar yang penuh belas kasihan, kita dapat “menghampiri takhta kasih karunia” dengan keyakinan bahwa Allah Yang Mahatinggi akan menerima kita. Melalui Tuhan Yesus Kristus, kita bisa menyerahkan segala beban, ketakutan, kegagalan, harapan, dan impian kita kepada Bapa di surga. Tidak ada permohonan yang terlalu besar bagi-Nya.

 

Seorang penulis lagu rohani pernah menulis dengan sangat indah tentang kesempatan untuk berdoa:

 

Datanglah, jiwaku, ke takhta kasih karunia,
Tempat Yesus menjawab doa;
Di sana, bersujudlah dengan rendah hati di kaki-Nya,
Sebab tak seorang pun binasa di sana.

Janji-Mu menjadi satu-satunya permohonanku;
Dengan itu aku berani mendekat:
Engkau memanggil jiwa-jiwa yang letih lesu datang kepada-Mu,
Dan aku, ya Tuhan, adalah salah satunya.

—John Newton, “Approach, My Soul, the Mercy Seat”

 

Datang dan berdoa kepada Allah bukanlah sekadar satu di antara banyak jalan—inilah satu-satunya jalan yang benar dan hidup. Kita didengar bukan karena kesalehan kita, tetapi karena kasih Bapa yang menerima kita di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus.

 

Setiap kali kita berdoa dalam nama Yesus, kita datang bukan sebagai orang asing yang memohon belas kasihan, melainkan sebagai anak-anak yang dikasihi, yang diterima di hadapan takhta kasih karunia. Suara kita terdengar di surga bukan karena kekuatan kata-kata kita, tetapi karena darah Yesus telah membuka jalan itu bagi kita. Di dalam nama-Nya, kita berani mendekat. Di dalam kasih-Nya, kita diterima.

 

Jadi, setiap kali kita berdoa dalam nama Yesus, kita datang dengan keyakinan bahwa Bapa mendengarkan kita, bukan karena siapa kita, tetapi karena siapa Yesus itu—Dia yang menjadi Juruselamat dan Perantara kita.

 

Refleksi

Bacalah Ibrani 4:14 – 5:9 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?

2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?

3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 47-48; Yohanes 20