PERCAYA PADA JANJI ALLAH
Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. – Kisah Para Rasul 27:23-25
Ketika Paulus sedang dalam perjalanan ke Roma sebagai tahanan, terjadi perdebatan di kapal tentang keputusan terbaik yang harus diambil. Dalam situasi itu, Paulus memberikan peringatan (Kis. 27:9-10). Rupanya, para awak kapal telah melihat karakter dan kepemimpinannya, sehingga ia dianggap punya suara yang penting. Dan soal pelayaran, Paulus memang memiliki hikmat untuk dibagikan. Ia menasihati agar mereka tidak melanjutkan perjalanan karena ia tahu kondisi laut dan musim yang berbahaya—ditambah lagi ia sendiri sudah pernah mengalami karam kapal (2 Kor. 11:25).
Peringatan Paulus itu diabaikan, tetapi waktu membuktikan bahwa ia benar. Tiba-tiba, seolah datang entah dari mana, kapal itu dihantam badai besar berkekuatan seperti angin topan—“yang disebut angin ‘Timur Laut” (Kis. 27:14). Dampak angin itu begitu hebat hingga dalam sekejap laut yang tenang berubah menjadi ganas, dan kapal terombang-ambing begitu kuat sampai nyawa semua yang ada di dalamnya terancam. Pada akhirnya, orang-orang yang sebelumnya menyepelekan nasihat Paulus pasti saling berpandangan dan berkata dalam hati, “Semuanya sudah berakhir. Kita jelas tidak akan keluar dari sini.”
Namun sekalipun segala sesuatu menunjukkan bahwa perjalanan Paulus dan semua yang ada di kapal itu telah berakhir, sang rasul tetap berpegang pada janji Allah. Dalam Kisah Para Rasul 23:11, Tuhan telah berdiri di sisinya dan berkata, “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.” Hidup Paulus mungkin terancam oleh badai yang dahsyat itu, tetapi janji Allah sudah cukup baginya—dan janji itu kembali diteguhkan melalui malaikat yang hadir di momen krisis tersebut. Meskipun situasinya tampak mengerikan, tidak ada alasan untuk takut, karena Allah sudah berfirman, dan Ia pasti menepatinya. Itu sebabnya Paulus dapat berkata kepada semua orang di sekelilingnya untuk tetap bersemangat, sebab Allah—Pribadi yang kepada-Nya Paulus menyerahkan seluruh hidupnya—akan melakukan tepat seperti yang Ia janjikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman dan perasaan kita sering kali tidak sejalan dengan janji-janji Allah. Kita tahu bahwa Ia telah berfirman, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibr. 13:5)—tetapi janji itu kadang terasa kosong dan jauh. Kita tahu bahwa Ia berjanji selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28)—namun hal itu sering tampak sulit dipercaya. Kita tahu Ia berfirman bahwa anak-anak-Nya akan melihat wajah-Nya secara langsung (Why. 22:3-4)—tetapi hal itu seolah sangat jauh dari kenyataan. Siapa pun dapat mempercayai janji-janji Tuhan ketika hidup baik-baik saja, ketika “matahari bersinar dan musik sedang meriah.” Namun tantangan sesungguhnya adalah mempercayai-Nya saat gelap, saat hening—atau seperti yang dialami Paulus, di tengah badai yang mengamuk.
Janji Tuhan tetap benar sekalipun keadaan terlihat buruk. Tuhan tidak berubah sekalipun hati kita goyah. Jika Tuhan telah berfirman, Ia pasti menggenapi. Ketika keadaan paling tidak mungkin, Paulus tetap percaya bahwa Allah akan melakukan tepat seperti yang Ia janjikan. Bukan karena Paulus kuat, tetapi karena Allah yang setia. Ketika kita merasa keadaan menghimpit dan seolah-olah hidup hendak “menenggelamkan” kita, kita dapat mempercayai Allah — karena Allah akan selalu menaati apa yang Ia janjikan kepada kita umat-Nya.
Jika hari ini Anda berada dalam badai kehidupan, ingatlah: Air laut mungkin naik, namun janji Tuhan tidak pernah tenggelam. Keadaan mungkin berubah, tetapi kesetiaan Kristus tidak akan pernah goyah. Tuhan yang telah menebus kita melalui Kristus bukan hanya menyelamatkan kita untuk masa lalu, tetapi Ia juga memelihara kita pada masa kini, dan akan membawa kita dengan aman sampai pada kemuliaan kekal. Dan seperti Paulus, kita pun dapat berkata: “Tabahkanlah hatimu … sebab aku percaya kepada Allah.”
Refleksi
Bacalah Kisah Para Rasul 27:21-44 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun: Ester 9-10; Lukas 13:22-35