TANPA ALLAH DI DUNIA

Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan. Mazmur 49:20

 

Selama berabad-abad, masyarakat Barat telah diuntungkan dari pengaruh iman Kristen. Walaupun sejarah Barat dipenuhi dengan contoh kejahatan dan kehancuran manusia, kehadiran orang Kristen yang konsisten, dalam banyak hal dan di banyak waktu, telah berkontribusi dalam menangkal kejahatan. Sebagian besar dari kita belum pernah mengalami seperti apa masyarakat ketika mereka sepenuhnya menolak dan melupakan Allah. 

 

Akan tetapi, Kitab Suci memberi kita gambaran suram tentang apa yang terjadi ketika orang-orang telah meyakinkan diri mereka sendiri bahwa tidak ada Allah. Itu adalah gambaran penolakan terhadap kerendahan hati, di mana “orang fasik memuji-muji keinginan hatinya” dan menolak Allah dengan sombong (Mazmur 10:3-4). Kerendahan hati adalah tempat dimulainya pengetahuan tentang Allah; oleh karena itu, mereka yang menolak Allah juga menolak kerendahan hati. 

 

Orang yang sombong tidak hanya menolak Allah; mereka juga menghina, mengutuk dan meninggalkan-Nya (Mazmur 10:3). Seringkali kemakmuran yang membuat orang mengutuk Allah. Kehidupan mereka berjalan begitu baik sehingga mereka percaya tidak ada yang dapat menyentuh mereka dan mereka tidak akan memberi pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta. Kemakmuran memberi mereka rasa aman yang palsu. Mereka pikir mereka dapat hidup sesuka hati, bahwa “Allah melupakannya; Ia menyembunyikan wajah-Nya” (ayat 11), dan bahwa tidak akan ada akibat buruk atas perilaku mereka. Tanpa pertanggungjawaban atas cara hidup orang lain, tidak ada gunanya bagi yang berkuasa untuk melayani atau yang kuat untuk bersikap lembut: kita dapat memperlakukan orang lain sesuka kita, dan karenanya orang yang tidak mengenal Allah “duduk menghadang ... membunuh orang yang tak bersalah … mengendap untuk menangkap orang yang tertindas” (ayat 8-9).

 

Maka, dengan alasan yang tepat, pemazmur berkata, “Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.” Ketika kita menolak dan menghina Allah, kita dengan bodohnya berpikir bahwa kita aman, sehingga kita yakin bahwa kita bisa memperlakukan orang lain dengan buruk.

 

Sangat menggoda untuk berpikir bahwa ayat-ayat seperti ini hanya menggambarkan orang lain. Namun, kita tidak boleh terlalu cepat mengalihkan pandangan dari diri kita sendiri. Apakah kita tanpa sadar telah menolak kerendahan hati, dengan meyakini bahwa kita sudah cukup tanpa Allah? Apakah kita telah membiarkan kemakmuran membuat kita mati rasa terhadap kebutuhan dan pertanggungjawaban kita di hadapan Allah? Apakah perlakuan kita terhadap orang-orang di sekitar kita telah ditandai oleh kepentingan pribadi dan kesombongan alih-alih kasih dan pelayanan? Kita mungkin mengaku beriman kepada Allah, tetapi mungkin ada beberapa aspek dalam hidup kita yang memerlukan pertobatan.

 

Gambaran manusia “yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian” memang suram—baik dalam kehidupan ini maupun di akhir hayatnya. Puji Tuhan ini bukanlah gambaran yang utuh. Jika Anda memahami bahwa kita memiliki Pencipta yang di hadapan-Nya kita berharga dan kepada-Nya kita bertanggung jawab, dan bahwa Pencipta itu telah menebus jiwa Anda dan akan menerima Anda ke dalam hidup kekal (Mazmur 49:16), maka kemegahan dunia ini akan mengambil tempatnya yang semestinya, dan di dalam Yesus Kristus Anda akan menikmati tujuan, harapan, pengampunan, dan kesenangan selamanya.

 

Refleksi

Bacalah Mazmur 49 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

 

  1. Pola pikir apa yang harus saya ubah?
  2. Bagaimana saya bisa lebih mengasihi Allah?
  3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: 

Yeremia 12–14; Matius 22:23-46