Ayat Bacaan: Mazmur 69:2-13

2 Selamatkanlah aku, ya Allah, sebab air telah naik sampai ke leherku! 

3 Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu; aku telah terperosok ke air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan aku. 

4 Lesu aku karena berseru-seru, kerongkonganku kering; mataku nyeri karena mengharapkan Allahku.

5 Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di kepalaku; terlalu besar jumlah orang-orang yang hendak membinasakan aku, yang memusuhi aku tanpa sebab; aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas. 

6 Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohanku, kesalahan-kesalahanku tidak tersembunyi bagi-Mu.

7 Janganlah mendapat malu oleh karena aku orang-orang yang menantikan Engkau, ya Tuhan, ALLAH semesta alam! Janganlah kena noda oleh karena aku orang-orang yang mencari Engkau, ya Allah Israel! 

8 Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku. 

9 Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku; 

10 sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku. 

11 Aku meremukkan diriku dengan berpuasa, tetapi itu pun menjadi cela bagiku; 

12 aku membuat kain kabung menjadi pakaianku, aku menjadi sindiran bagi mereka. 

13 Aku menjadi buah bibir orang-orang yang duduk di pintu gerbang, dengan kecapi peminum-peminum menyanyi tentang aku.

 

Perenungan:

Daud terhanyut dalam kesulitannya (ayat 2-4). Ia menangis seorang diri di dalam penderitaan, ditinggalkan oleh sahabat-sahabat dan keluarganya (ayat 5) dan diserang oleh musuh-musuhnya (ayat 9). Reputasinya sedang dipertaruhkan. Sang pemenang yang namanya dulu pernah dielu-elukan kini dicemooh di tempat umum (ayat 13). Penyelamat Israel kini memohon keselamatan dan tidak seorangpun yang memberi jawab (ayat 4). 

 

Rasa sakit yang kita rasakan ketika reputasi kita diserang tentu sangat menyiksa. Nama adalah identitas kita. Entah kita berasal dari latar belakang budaya yang menjaga nama keluarga atau sebagai individu yang berusaha mencari nama baik untuk diri sendiri. Ketika reputasi kita dirusak, hal itu membawa kita pada krisis identitas yang parah. Apa yang menjadi kecenderungan kita ketika reputasi kita diserang? Apakah kita akan menyembunyikan kelemahan kita? Apakah kita akan menyerah pada keputusasaan? Apakah kita akan mendorong diri kita (dan orang lain) dalam mengejar kesempurnaan reputasi di dalam dunia yang fana? Namun, Daud memilih jalan yang berbeda. 

 

Bahkan dalam kesusahannya, pikiran Daud tidak tertuju pada dirinya sendiri. Ia tidak terobsesi dengan kehormatannya sendiri. Kerinduannya adalah untuk rumah Tuhan. Inilah yang menggerakkan hatinya (ayat 10). Dengan jujur, ia mengakui kesalahannya. Ia juga berdoa agar tidak ada kerugian yang ditimbulkan dari kebodohannya sendiri yang akan mencemarkan nama Allah Israel (ayat 6-7). Daud membuat permohonan, dengan berani menaruh keyakinannya pada kasih setia dan kebenaran Tuhan yang Mahaadil dan Mahatahu (ayat 14). Singkatnya, Daud menempatkan dirinya dalam penerimaan Allah saja. 

 

Bertahun-tahun kemudian, seorang yang disebut Anak Daud masuk ke dalam Bait Allah di Yerusalem saat Paskah, mengusir para pedagang dan penukar-penukar uang. Para murid-Nya mengingat bahwa ada tertulis, “cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku” (Yohanes 2:17). Konfrontasi ini memicu peristiwa yang berujung pada kehilangan martabat terbesar yang pernah ada di dalam sejarah dunia. Pencipta alam semesta, dihina sebagai seorang penjahat di atas kayu salib, tetapi Dia justru berdoa untuk musuh-musuh-Nya, memberikan mereka semua segala manfaat dari nama baik-Nya. Di dalam Yesus, kita mewarisi reputasi abadi yang tidak akan pernah ternoda. 

 

Pertanyaan Reflektif: 

  • Bagaimana saya dapat menempatkan diri dalam penerimaan Tuhan dan menjauhkan diri dari obsesi terhadap pencarian nama baik untuk diri sendiri?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya melalui perenungan hari ini? 

 

Doa:

Tuhan Yesus Kristus, Anak Daud, Putra Allah, saya mengaku bahwa seringkali saya berusaha untuk mencari nama bagi diri saya sendiri, dan sangat jarang menaruh identitas saya pada nama yang telah Engkau berikan kepada saya. Engkau, Nama diatas segala nama, menjadikan diri-Mu tanpa reputasi. Engkau merendahkan diri, mengambil rupa seorang hamba, dan menanggung segala hinaan. Melalui pengurbanan-Mu, Engkau telah menulis nama-Mu di dalam hatiku, yang tidak terhapuskan di dalam kitab kehidupan-Mu. Berilah kepada saya iman untuk menerima kemuliaan-Mu dengan rendah hati. Ajarlah saya untuk bertumbuh di dalam firman-Mu dan biarlah hidupku terus mencerminkan karakter yang semakin serupa dengan identitas yang Engkau berikan. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Dalam nama Kristus, Amin.