Ayat Bacaan: Mazmur 109:21-31

21 Tetapi Engkau, ya ALLAH, Tuhanku, bertindaklah kepadaku oleh karena nama-Mu, lepaskanlah aku oleh sebab kasih setia-Mu yang baik! 

22 Sebab sengsara dan miskin aku, dan hatiku terluka dalam diriku; 

23 aku menghilang seperti bayang-bayang pada waktu memanjang, aku dikebutkan seperti belalang. 

24 Lututku melentuk oleh sebab berpuasa, dan badanku menjadi kurus, habis lemaknya. 

25 Aku telah menjadi cela bagi mereka; melihat aku, mereka menggelengkan kepalanya. 

26 Tolonglah aku, ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu, 

27 supaya mereka tahu, bahwa tangan-Mulah ini, bahwa Engkaulah, ya TUHAN, yang telah melakukannya. 

28 Biar mereka mengutuk, Engkau akan memberkati; biarlah lawan-lawanku mendapat malu, tetapi hamba-Mu ini kiranya bersukacita. 

29 Biarlah orang-orang yang mendakwa aku berpakaikan noda, dan berselimutkan malunya sebagai jubah. 

30 Aku hendak bersyukur sangat kepada TUHAN dengan mulutku, dan aku hendak memuji-muji Dia di tengah-tengah orang banyak. 

31 Sebab Ia berdiri di sebelah kanan orang miskin untuk menyelamatkannya dari orang-orang yang menghukumnya.

 

Perenungan:

Di dalam dunia yang sudah rusak, pemazmur memohon pertolongan Allah untuk melepaskannya dari tuduhan orang-orang yang berkata dusta tentangnya. Permohonan seperti “biarlah orang-orang yang mendakwa aku berpakaian noda” mungkin tidak nyaman bagi sebagian dari kita yang tidak mengalami ketidakadilan perang, genosida (pembunuhan massal), dan perdagangan manusia seperti yang terjadi di beberapa bagian dunia ini. Namun, pada satu titik kita semua mungkin pernah berpikir dan memilih untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Meskipun demikian, pemazmur tidak bertindak sesuai keinginannya melainkan membawa persoalan ketidakadilan ini ke hadapan Allah dan memohon supaya Ia bertindak menurut keadilan-Nya. Pemazmur memilih untuk membiarkan Allah yang adil dan kudus menghadapi mereka yang telah menuduhnya dengan dusta daripada membalas mereka dengan kekuatannya sendiri. 

 

Jika Allah hanya mengampuni tanpa mengadili, maka tidak akan ada tempat bagi kita untuk mengadu ketika dianiaya. Tetapi kekudusan Allah tidak akan membiarkan ketidakadilan. Meskipun hal ini terdengar melegakan pada awalnya, tetapi jika berkaca pada diri sendiri maka kita juga adalah orang-orang yang sering berlaku tidak adil, sehingga kita juga adalah orang-orang yang seharusnya menerima hukuman sama seperti orang yang menindas kita. Satu-satunya alasan pemazmur (atau kita) dapat datang kepada Allah dalam permohonan ialah karena Kristus telah berbicara mewakili kita. Ketika Kristus berseru kepada Allah di atas salib, Ia ditolak dan dicemooh karena Ia mengambil tempat yang seharusnya menjadi bagian dari manusia yang berdosa. Sekarang ini kita bisa berdoa kepada Allah karena Ia melihat kita melalui Kristus yang tidak bercela yang telah menggantikan kita. 

 

Pertanyaan Reflektif: 

  • Bagaimana karya pengorbanan Kristus di atas salib memengaruhi cara saya berdoa kepada Allah saat menghadapi atau melihat ketidakadilan? 
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya melalui perenungan hari ini? 

 

Doa:

Ya Bapa, terpujilah Engkau karena telah mengutus Kristus untuk menutupi segala ketidakadilan kami terhadap Engkau sehingga kami dapat berelasi dengan Engkau yang sempurna dalam kekudusan. Kami sungguh bersyukur karena Engkau mendengar permohonan kami ketika kami dianiaya dan Engkau mendengarkan kami dengan penuh kesabaran dan belas kasih. Tolonglah kami untuk membawa setiap permohonan kami kepada-Mu daripada mencari pembalasan saat kami dianiaya. Dalam nama Kristus, Amin.