Ayat Bacaan: Zakharia 12:10-14 (TB)

10 "Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung. 

11 Pada waktu itu ratapan di Yerusalem akan sama besarnya dengan ratapan atas Hadad-Rimon di lembah Megido. 

12 Negeri itu akan meratap, setiap kaum keluarga tersendiri; kaum keluarga keturunan Daud tersendiri dan isteri mereka tersendiri; kaum keluarga keturunan Natan tersendiri dan isteri mereka tersendiri;

13 kaum keluarga keturunan Lewi tersendiri dan isteri mereka tersendiri; kaum keluarga Simei tersendiri dan isteri mereka tersendiri;

14 juga segala kaum keluarga yang masih tinggal, setiap kaum keluarga tersendiri dan isteri mereka tersendiri."

Perenungan:

Meskipun Zakharia mengucapkan perkataan ini, namun perkataan ini adalah Firman Tuhan. Bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin Tuhan berkata, “Mereka memandang kepada-Ku, yang telah mereka tikam?” (ayat 10). Mungkinkah Tuhan terluka? Yang lebih membingungkan lagi, mungkinkah Tuhan “ditikam” - yang mengindikasikan pembunuhan? Dengan kata lain, apakah Tuhan bisa mati?

Yesus Kristus menggenapi nubuat ini. Ia tidak hanya sepenuhnya Allah, Ia juga sepenuhnya manusia. Selain itu, seperti yang telah dinubuatkan, Yesus adalah “Anak Tunggal” Bapa (Yohanes 3:16). Dia mati di atas kayu salib. Dia ditikam: “Salah seorang prajurit menikam lambung-Nya dengan tombak, dan seketika itu juga keluarlah darah dan air” (Yohanes 19:34).

Akan tetapi, nubuat ini mengatakan lebih daripada itu. Dikatakan bahwa mereka yang menikamnya akan berkabung karena Allah akan mencurahkan kepada mereka “roh pengasihan” (ayat 10). Dengan kata lain, Roh Kudus akan membuka mata mereka untuk melihat apa yang telah mereka lakukan dan betapa menyedihkannya dosa mereka. Dukacita ini akan menyingkapkan makna yang mendalam – “negeri itu akan berkabung, setiap keluarga akan berkabung.”

Sebagian dari nubuat ini digenapi pada hari Pentakosta. Petrus berkata kepada para pendengarnya, “Kamu telah menyalibkan dan membunuh [Yesus] dengan tangan orang-orang durhaka” (Kisah Para Rasul 2:23). Kemudian, setelah mendengar Injil, mereka “tertusuk hatinya” dan 3.000 orang diselamatkan pada hari itu (Kisah Para Rasul 2:37-41). Hari ini, nubuat ini masih digenapi. Ketika Roh memenuhi kita dengan kasih karunia, kita berduka atas kematian Kristus karena kita tahu bahwa “dia tertikam oleh karena pemberontakan kita” (Yesaya 53:5). Namun dalam kesedihan, kita juga bersukacita karena kematian-Nya “mendatangkan keselamatan bagi kita, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:5).

Pertanyaan Reflektif:

  • Sebagai pengikut Kristus, apakah saya berdukacita ketika menyadari keberdosaan saya di hadapan-Nya? Apakah kematian Kristus di atas kayu salib telah membawa pertobatan secara radikal terhadap pengaruh dosa dalam hidup kita?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya melalui perenungan hari ini?

 

Doa:
Tuhan, saya mengakui bahwa dosa saya telah menikam-Mu di kayu salib. Oleh karena itu, saya bertobat dan meminta Engkau mencurahkan pengampunan dan kasih karunia. Dalam kerendahan hati, saya bersukacita karena kasih setia-Mu tidak berkesudahan - ketika saya masih berdosa, Kristus telah mati untuk saya (Roma 5:8). Dalam nama Kristus, Amin.