Anugerah Dalam Kekecewaan

 
Yohanes 21: 1 -3
21:1. Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut.
21:2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.
21:3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.

Ini adalah peristiwa dimana Yesus menampakkan diri untuk yang ketiga kalinya. Dan suasana batin murid-murid waktu itu yaitu sedang meragukan apa yang terjadi dimana apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan mereka. Padahal mereka sudah berjalan dengan Yesus selama tiga setengah tahun, mendengar apa yang Yesus katakan bahkan melihat banyak mujizat yang Yesus lakukan. Tetapi ketika Yesus mati di kayu salib maka sebelumnya Petrus menyangkal Yesus sampai tiga kali dan

para murid tercerai berai kecuali Yohanes dan ibu Yesus. Peristiwa ini menunjukkan bahwa manusia itu terbatas dimana murid-murid Yesus yang pernah bersama Yesus saja imannya goncang, apalagi kita. Kita ini sangat terbatas dan hanya oleh anugerahNya saja maka kita masih bisa menyebut Yesus Kristus adalah Tuhan. Itu sebabNya Yesus perlu menampakkan diri secara berulang-ulang  karena murid-muridNya merasa tidak yakin apalagi bagi Petrus yang pernah mengecewakan Yesus. Padahal Yesus sudah pernah mengungkapkan bahwa Dia akan mati namun akan bangkit kembali pada hari yang ketiga tetapi itu tidak dapat meneguhkan iman para murid Yesus. Respon dari Petrus yang kecewa yaitu  kembali menjadi penangkap ikan, padahal awalnya Yesus memanggil mereka dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Dan lebih parahnya yaitu murid-murid yang lain tidak mengingatkan Petrus tetapi juga mengikuti apa yang dilakukan Petrus.

Kita Kecewa Karena Seringkali Kita Membuatnya Menjadi Tentang Kita
Demikian juga dalam hidup kita maka selama kita ada di dunia ini akan mengalami banyak kekecewaan dan hanya Yesus saja yang tidak pernah mengecewakan kita. Kalau kita kecewa itu sebenarnya karena kita sedang membuatnya tentang kita yaitu kita hanya fokus pada diri sendiri. Dan seringkali ketika manusia itu mengalami kekecewaan maka dia berusaha mengatasinya dengan kemampuan diri sendiri dengan cara berusaha menjaga hidupnya sendiri sehingga tidak mau terbuka dengan orang lain serta tidak mau masuk dalam komunitas karena takut dikecewakan. Seperti yang dinyatakan oleh kaum Humanis yaitu tidak seorangpun yang dapat menyelamatkan kita dari kekecewaan dan kita harus mengatasinya sendiri.  Namun A W Tozer berkata “ Betapa memuaskan kita ketika kita beralih dari ketidakmampuan dan keterbatasan kita kepada Tuhan yang tidak punya kelemahan dan keterbatasan.”

Yesus Konsisten Mencari Kita Yang Dipilihnya.

Yohanes 21: 4 - 6
21:4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
21:5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."
21:6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.

Peristiwa ini ternyata juga pernah terjadi ketika Yesus memanggil murid-muridNya pertama kali seakan-akan mengingatkan mereka akan panggilan mereka pada awalnya. Demikian juga dalam kekecewaan kita seringkali Tuhan menjumpai kita dan mengingatkan kita akan kasihNya yang mula-mula.

Yohanes 21: 7 - 8
21:7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.
21:8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.

Ketika murid-murid melakukan apa yang Yesus perintahkan dan terjadi mujizat dimana jala mereka dipenuhi dengan ikan sehingga Yohanes akhirnya sadar dan memberitahu Petrus yang mungkin waktu itu fokus pada mujizat yang terjadi bahwa itu adalah Tuhan Yesus. Demikian juga seringkali mujizat itu mengalihkan perhatian kita dimana kita lebih fokus pada mujizat dan lupa pada siapa yang membuat mujizat itu.

Yohanes 21: 9 -12
21:9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.
21:10 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu."
21:11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.
21:12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.

Setelah Yesus menjumpai murid-murid yang baru sadar akan keberadaannya maka Yesus tidak memarahi mereka atau menyuruh mereka untuk kembali pada tugas mereka yang semula, tetapi Dia menyapa mereka dengan hangat dan mengajak mereka untuk sarapan yang menunjukkan bagaimana Yesus mau memulihkan hubungan mereka dengan Dia. Dia mau menerima murid-murid itu apa adanya dan tidak tertarik dengan apa yang mereka lakukan tetapi dengan pribadi mereka. Dan dari peristiwa ini maka murid-murid mengalami empat hal yaitu perjumpaan Ilahi, mujizat Ilahi, makanan Ilahi dan pertanyaan Ilahi.

Bagaimana Seharusnya Kita Menunjukkan Kasih Kita Kepada Tuhan?

Sebelum kita mengalami kasihNya, kita takkan mampu mengasihiNya.


Yohanes 21:15. 
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."

Mengapa Yesus menanyakan kepada Petrus apakah dia mengasihi Dia sampai tiga kali yaitu Yesus berharap jawaban Petrus itu tidak keluar dari apa yang dia tahu tetapi dari yang dia alami. Sebelum kita mengalami kasih Tuhan maka kita tidak akan dapat mengasihi Tuhan. Tim Keller berkata “ Kalau kita tidak percaya Injil maka segala sesuatu yang kita kerjakan digerakkan oleh kesombongan atau ketakutan. “

Ketika mengasihi dari kehancuran hati bukan dari kemampuan kita.


Yohanes 21: 17
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Pernyataan Petrus yang ketiga ini berbeda dengan pernyataan yang pertama dan kedua yang mungkin keluar dari kesombongannya. Tetapi pernyataan yang terakhir ini adalah benar-benar keluar dari kehancuran hatinya dan bukan karena dia mampu. Demikian juga dengan kita yaitu kita perlu mengasihi Tuhan dari kehancuran hati dan bukan dari kemampuan kita. Seperti ilustrasi Kintsugi Art maka ini menggambarkan bahwa bejana itu menjadi berharga bukan karena mangkoknya sempurna tetapi sudah hancur menjadi kepingan tetapi disambung kembali dengan emas yang murni sehingga menjadi barang yang sangat berharga lebih dari sebelumnya. Demikian juga seperti hidup kita yang sudah jatuh berkeping-keping dan kita berusaha dengan kemampuan sendiri untuk mencapai Tuhan. Inilah yang disebut dengan agama yaitu manusia berupaya mencapai surge. Tetapi kekristenan adalah upaya Tuhan untuk mencari manusia. Dan kita lebih dari Kintsugi Art dimana hidup kita yang berkeping-keping itu tidak hanya ditambal sehingga kelihatan retaknya tetapi kita diperbaharui secara terus menerus sampai akhirnya kita ditemukan tidak bercacat dan tidak bercela dihadapan Tuhan Yesus.

2 Korintus 4:7 
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

Kita ini seperti bejana yang mudah pecah dan mudah dikecewakan, tetapi kita bersyukur kalau kita lemah sebab itu artinya Tuhan yang akan memampukan. Dan biarlah dari ketidakmampuan kita maka kita bisa berkata” Tuhan pakai aku untuk menjadi alat bagi kemuliaanMu.”