The Gospel For The Doubters

Bergumul Dengan Keraguan Week 1  "The Gospel For The Doubters"

Ev. Jimmy Setiawan 

 

 

Pembacaan : Matius 11 : 2 - 6

Keraguan itu bukan sesuatu yang asing bagi orang percaya. Dan itu lebih sering terjadi daripada yang kita akui. Dalam Matius 11 ini kita melihat keraguan iman yang dialami oleh Yohanes Pembaptis yang meragukan Yesus sebagai Sang Mesias yang sejati. Keraguan ini sangat mengganggunya sehingga dia mengutus pengikutnya untuk bertanya langsung kepada Yesus. Keraguan Yohanes ini sangat mengejutkan kita sebab itu sangat ironis dan tidak kita sangka.

ORANG YANG MENCINTAI TUHAN MASIH DAPAT MERAGUKAN TUHAN

Kalau kita mengenal Yohanes Pembaptis maka dia adalah seorang yang mengabdikan seluruh hidupnya bagi Allah dan dia juga masih ada hubungan saudara dengan Yesus dari ibunya. Tentunya  Yohanes sudah banyak mendengar cerita tentang Yesus sejak di masih kecil dan dia adalah orang pertama yang mengakui Yesus sebagai sang Mesias. Dan saat membaptis Yesus maka Yohanes juga melihat ada burung merpati turun yang melambangkan Roh Kudus dan juga mendengar suara Bapa yang meneguhkan identitas Yesus. Serta berkali-kali Yohanes menyatakan bahwa Yesus lebih besar daripada dirinya. dan mendorong pengikutna untuk lebih mengikut Yesus daripada mengikut dia. 

Namun saat Yohanes dimasukkan penjara oleh Herodes maka dia mengalami keraguan iman yang dahsyat. Dalam penjara itu dia bertanya-tanya sungguhkan Yesus itu adalah Sang Mesias yang sejati itu. Disini kita belajar bahwa orang yang mencintai Tuhan masih dapat meragukan Tuhan.

Tidak seorangpun kebal terhadap keraguan iman. Keraguan iman bisa terjadi pada semua orang percaya bahkan pada mereka yang rohaninya kelihatan begitu kuat dan setia mengikut Tuhan. Dalam Alkitab tercatat bahwa bukan hanya Yohanes Pembaptis saja yang mengalami keraguan iman tetapi banyak tokoh yang lain juga seperti Abraham, Ayub, Gideon, Elia, Habakuk, dll. Bunda Teresa seorang biarawati yang mengadikan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan juga pernah mengalami keraguan iman. Dalam salah satu suratnya dia pernah menuliskan demikian ,” “Saya merasakan kegelapan di mana saya tidak dapat melihat Tuhan dalam diri saya. Jiwa saya seperti kosong. Sementara itu, kerinduan saya akan Dia begitu besar. Ini rasa sakit dan siksaan yang saya tidak dapat jelaskan dengan kata-kata.” 

Dari sini kita belajar bahwa keraguan iman adalah sesuatu yang wajar dalam perjalanan iman anak-anak Tuhan tanpa kecuali. Bahkan lebih dari itu maka keraguan iman itu menandai hal yang serius. Bila kita tidak peduli dengan sesuatu maka kita tidak akan pernah meragukan hal itu.  Namun kalau kita peduli, sungguh-sungguh percaya dan berharap pada sesuatu maka kita akan menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang sangat besar akan keraguan yaitu saat yang kita percayai itu tidak sejalan dengan apa yang kita alami. 

Madeleine L’angle berkata “Mereka yang percaya kepada Tuhan namun tanpa hati yang bergumul, tanpa kegelisahan pikiran, tanpa serangan keraguan, dan godaan keputusasaan hanyalah percaya pada ide tentang Tuhan, dan bukan pada Tuhan itu sendiri.”

Timothy Keller berkata “ Iman tanpa sejumlah keraguan adalah seperti tubuh manusia tanpa antibodi di dalamnya. Mereka yang menjalani kehidupan secara santai, tanpa pernah bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan penting tentang mengapa mereka percaya kepada Allah akan menemukan diri mereka begitu mudah dihancurkan ketika peristiwa tragis terjadi atau diserang oleh orang skeptis yang cerdas. Iman kita akan runtuh dalam waktu singkat bila kita gagal untuk memperhatikan keraguan-keraguan dalam diri kita sendiri, yang seharusnya dapat kita atasi setelah kita bersedia memasuki pergumulan yang panjang. “  

Secara ringkas ini menyatakan bahwa keraguan iman bukan hanya menandai keseriusan kerohanian tetapi juga menjadi bagian yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita untuk mendewasakan iman kita. Orang yang tidak pernah bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan dan keraguan-keraguan akan Tuhan dalam dirinya adalah orang Kristen yang lemah dan dangkal. 

APA PENYEBAB KERAGUAN IMAN YOHANES PEMBAPTIS ? 

Banyak yang perpendapat bahwa keraguan iman Yohanes ini disebabkan oleh penderitaan yaitu dimasukkan di penjara yang sangat kejam pada waktu itu. Mungkin Yohanes sedang mengalami keputus asaan sehingga berharap pada Yesus untuk dapat membebaskan dia dari penjara dan kematian yang ada di depannya. Jadi dalam pendapat ini maka banyak yang berpikir bahwa Yohanes meragukan Yesus sebab Yesus tidak kunjung datang untuk menolong dirinya. Pemikiran semacam ini kelihatannya masuk akal sebab penderitaan yang berat dapat menggoncang iman kita. 

Namun kalau kita selidiki lebih jauh ternyata penderitaan bukanlah menjadi penyebab dari keraguan Yohanes akan Yesus. Ada 2 alasan mengapa bukan penderitaan yang menyebabkan Yohanes meragukan Yesus. Pertama, Yohanes adalah seorang yang sudah biasa menderita dalam pelayanan. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di padang gurun sendirian dan makanan sehari-harinya adalah belalang dan madu. Jadi penderitaan bukanlah alasan bagi Yohanes dalam mengalami keraguannya akan Yesus. Alasan kedua, Yohanes tidak pernah meminta supaya Yesus bisa membebaskan dia dari penjara (Ayat 3). Kalau penderitaan itu bukan menjadi penyebab dari keraguan Yohanes lalu apa yang menjadi penyebab keraguannya?

Ada penafsiran alternatif yang salah satunya disampaikan oleh DA Carson bahwa penyebab keraguan Yohanes adalah disebabkan karena dia memiliki konsep yang sempit dan salah tentang Yesus Kristus. Yohanes memiliki pandangan yang sama dengan pandangan mayoritas orang Yahudi  pada jaman Yesus yang mempercayai  bahwa seorang Mesias adalah figur yang bersifat politis yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi dan akan membawa bangsa Israel kembali pada kejayaaan sebagai bangsa yang besar dari antara bangsa-bangsa lain (Matius 3:12). Dalam penjara maka Yohanes banyak mendengar cerita tentang pelayanan Yesus yang tidak sejalan dengan gambaran dan harapannya tentang seorang Mesias. Yesus tidak menunjukkan tanda-tanda akan menghancurkan orang jahat namun justru berkawan dan melayani orang -orang jahat yang salah satunya adalah Matius seorang pemungut cukai dan antek orang Romawi yang dijadikan muridNya. Yesus juga diceritakan pernah menolong seorang perwira Romawi. Bahkan sampai Yohanes dipenjara maka dia tidak pernah mendengar bahwa Yesus sedang membangun atau memulai perlawanan terhadap penjajahan Romawi. Inilah yang menyebabkan keraguan iman sehingga Yohanes berkata kepada Yesus “Sungguhkah Yesus Kristus adalah Sang Mesias yang sejati?”. 

Untuk menjawab keraguan Yohanes maka Yesus berkata kepada murid-murid Yohanes

4 ”Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: 5 orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. 

Sebenarnya Yesus bisa langsung menjawab “ Ya” kepada murid-murid Yohanes, namun jawaban itu tidak akan mengubah konsep atau visi Yohanes yang sempit tentang Mesias. Sebab itu Yesus perlu mengutip Kitab Yesaya yang menggambarkan bahwa Mesias adalah sosok yang penuh belas kasihan kepada semua orang. Juga seorang yang melayani dan bukan sekedar figure yang militeristik atau hakim yang membinasakan orang-orang yang jahat. Dalam kitab Yesaya memang membicarakan Mesias itu sebagai pribadi yang kompleks. Mesias bukan hanya sang hakim tetapi juga hamba yang menderita. Mesias juga digambarkan sebagai San Putra Allah. Namun sayangnya Yohanes melupakan yang kompleks ini tentang Mesias dan melihat secara sempit tentang Sang Mesias yaitu melihat satu sisi dari Mesias yaitu sebagai hakim dan pejuang. 

6. “...berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak (skandalizo) Aku.” 

Dalam terjemahan aslinya, kata kecewa dan menolak memakai satu kata yaitu “ skandalizo ”. Skandal itu atinya sesuatu diluar apa yang kita anggap wajar dan sepatutnya. Skandal membuat kita tersandung dan kecewa. Jadi dimata Yohanes maka Yesus itu sudah menjadi skandal buat dia, sebab Yesus sudah diluar yang menurut dia sepatutnya dan mengecewakan dia. Dari sini kita belajar bahwa bila pengenalan kita akan Yesus sempit dan salah maka kita pasti akan menemukan Yesus sebagai “skandal” yang mengecewakan. Permasalahannya bukan pada Yesus tetapi pada konsep kita yang salah tentang Yesus. Sebab itu Yesus menolong Yohanes dengan cara mengajaknya untuk kembali pada Kitab Suci yaitu pada apa yang Alkitab ajarkan tentang Yesus secara lengkap dan tepat. Sebagai orang Kristen kalau kita hanya menekankan bahwa Yesus adalah Juruselamat yang penuh kasih serta menganggap Yesus  selalu mengabulkan permintaan kita maka cepat atau lambat kita akan marah dan kecewa pada Yesus sebab bisa saja Yesus tidak memberikan apa yang kita inginkan, bahkan mungkin kita akan menerima yang buruk. Sebab Yesus bukan hanya Allah yang maha kasih tetapi juga Allah yang berdaulat dan bijaksana. Dia tahu apa yang terbaik bagi kita walaupun bukan yang ternyaman dan ter-enak bagi kita.

ORANG YANG MENCINTAI TUHAN MASIH DAPAT MERAGUKAN TUHAN TETAPI ORANG YANG MERAGUKAN TUHAN MASIH TETAP DICINTAI TUHAN.

Yesus tidak menegur atau menghardik terhadap keraguan Yohanes, tetapi sebaliknya Yesus memberikan jawaban yang merevisi konsep yang sempit dari Yohanes Pembaptis. Tujuannya adalah supaya Yohanes menyadari kesalahannya sendiri dan dipebaharui dalam imannya kepada Yesus sebagai Sang Mesias yang sejati. Yesus tidak tersinggung atau sakit hati terhadap keraguan Yohanes bahkan memuji keberadaan Yohanes. Inilah anugerah Yesus kepada Yohanes yang meragukan Dia. Dalam Yesus maka anugerah Allah selalu tersedia bagi kita yang meragukan Dia. Sebab itu keraguan iman kita tidak pernah sia-sia (Roma 8: 28). 

Mengapa keraguan kita tidak pernah sia-sia? Diatas kayu salib, Yesus masuk ke palung terdalam dari samudera gelap yang berisi segala perasaan buruk yang dapat dialami oleh manusia. Yesua Kristus satu-satunya manusia yang sempurna yang pernah hidup di bumi ini dan yang mencintai BapaNya dengan sempurna tetapi mengalami ditinggalkan oleh BapaNya sehingga harus berteriak “ AllahKu AllahKu, mengapa Engkau meningalkan Aku .” Sesungguhnya Yesus sedang menggantikan posisi kita Seharusnya kita yang berteriak dan ditinggalkan Allah ditengah segala keraguan, kegelisahan, kekecewaan, kesedihan dan keputusasaan dalam kita. Tetapi Yesus yang harus mengalami semua itu untuk menggantikan kita. Sehingga kita yang sekarang ada dalam kebimbangan, kegelisahan dan keraguan dapat berseru kepada Allah dan Allah memperhatikan kita. Yesus berseru dan seluruh surga membisu, supaya kita sekarang yang berseru kepada Tuhan maka Allah akan bekerja di dalam segala sesuatu termasuk keraguan kita untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

JADILAH KOMUNITAS GEREJA YANG PENUH ANUGERAH TERHADAP PARA PERAGU

Pentingnya komunitas umat Allah ketika seseorang sedang menghadapi keraguan iman. Dalam keraguan akan imannya maka Yohanespun meminta bantuan murid-muridNya.Yohanes membutuhkan komunitas untuk mengatasi keraguan imannya. Pesan bagi kita semua yaitu jadilah komunitas yang penuh anugerah bagi mereka yang sedang dalam keraguan iman

Yudas 1 : 22 

“Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu...”

1 Tesalonika 5:14

“...hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.” 

Kita bisa belajar dari keteladanan Filipus yaitu ketika dia menceritakan tentang Yesus kepada Natanael, tetapi Natanael meragukan itu. Dan yang dilakukan Filipus bukan menegur Natanael  tetapi mengajaknya untuk bertemu langsung dengan Yesus. Filipus menghadirkan Yesus dalam diri Natanael sehingga dia menjadi murid Yesus. jadilah gereja yang menghadirkan Yesus bagi para peragu. Menghadirkan Yesus dalam perkataan kita yang penuh anugerah, yang memeluk dan bukan memukul para peragu. Gereja yang melayani dan bukan melarang para peragu, yang menopang dan bukan menolak peragu. Menjadi gereja yang mencintai dan bukan mencaci para peragu.