In the World But Not Of The World

EKKLESIA WEEK 6  : “ In The World But Not The World “ Rev. Michael Chrisdion, MBA

 

PEMBACAAN : Wahyu 2:18-23; 3: 7-10

Atas nama relevansi kita menjadi sama dengan dunia serta kehilangan esensi, sehingga kita tidak lagi berdampak dan menjadi Garam dan Terang di tengah kegelapan! Kita ada di dalam dunia tetapi bukan dari dunia! Kita “Engage dengan Culture” tetapi kita hidup berbeda dari nilai-nilai dunia dan menghidupi Injil Kristus!. Melalui pembahasan kita di kitab Wahyu tentang Jemaat di Tiatira dan di Filadelfia maka ini dapat mengubah cara pandang kita, mengkalibrasi dan menata ulang hati kita.

Jemaat di Tiatira

Wahyu 2:18-19
18“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira:
Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga: 19Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.

Di sini Yesus memuji Jemaat di Tiatira atas segala pekerjaan mereka, kasih, iman pelayanan maupun ketekunan mereka. Bahkan dikatakan bahwa pekerjaan mereka yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. Namun kalau kita perhatikan maka nada Yesus di awal surat ini adalah sangat kritis sebab dikatakan bahwa mataNya bagaikan nyala api. Apakah yang menjadi teguran kepada Jemaat di Tiatira?

Wahyu 2:20-23
20 Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. 21Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. 22Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. 23 Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.

Yesus mencela Jemaat di Tiatira sebab ternyata ada ajaran yang menyimpang. Ada ajaran seorang wanita yang disebut Izebel dan menyebut dirinya Nabi dimana mengajar dan menyesatkan hamba-hamba Tuhan yang berakibat mereka berbuat zinah dan melakukan penyembahan berhala. Kita telah belajar bagaimana perzinahan selalu disandingkan dengan penyembahan berhala. 

Budaya Romawi adalah masyarakat politeistis di mana segala sesuatu ada dewanya sendiri-sendiri. Orang-orang harus menghormati para dewa tempat mereka bertemu. Sedangkan Tiatira adalah kota pusat perdagangan sehingga banyak transaksi dan jual beli. Kalau terjadi transaksi dengan seseorang maka biasanya orang itu juga punya dewa baik di toko atau tempat usahanya. Dan untuk menghormati para dewa di tempat kita bertemu atau berjual beli maka harus mempersembahkan korban, membakar dupa dan menyembah dewa-dewa tersebut juga untuk menghormati tuan rumah. Itulah yang terjadi di Tiatira sehingga bagi orang Kristen maka sangat susah sekali untuk mengikuti cara-cara itu sebab itu sama dengan melakukan penyembahan berhala. Selain itu  juga ada pesta-pesta dan perayaan-perayaan penyembahan berhala dan biasanya di situ ada transaksi dan deal-deal yang dilakukan dimana kalau mau mendapatkan pekerjaan maka mereka harus memberikan persembahan, membakar dupa serta menyembah dewa-dewa tersebut juga untuk menghormati tuan rumah. 

Tetapi orang Kristen tidak bisa melakukan itu sehingga itulah sebabnya mereka disalahpahami dan dianggap intoleran dan menciptakan masalah bagi diri mereka sendiri sebagai orang yang paling teraniaya dan itu akan merugikan mereka secara finansial karena tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang normal. Orang Kristen yang sunguh-sungguh lahir baru pada jaman itu di anggap tidak memiliki toleransi dan hormat karena tidak mau berpartisipasi dalam  penyembahan-penyembahan berhala karena itu mereka di aniaya dan dibenci oleh Kekaisaran Romawi dan  budaya saat itu. Dan orang Romawi tahu mengenai orang Yahudi yang merasa bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan yang paling benar. Tetapi orang Yahudi itu punya kampungnya sendiri dan sukunya sendiri serta kekristenan bukan hanya untuk orang Yahudi pada saat itu namun juga banyak orang Yunani dan orang Romawi, budak ataupun pemilik budak. Jadi kalau ada budak yang menjadi Kristen maka dia tidak bisa lagi membantu tuannya untuk berpartisipasi dalam penyembahan berhala. Demikian juga kalau ada pedagang maka dia tidak bisa lagi berpartisipasi dalam upacara-upacara keagamaan di kotanya atau profesinya sebab itu orang Kristen di benci saat itu. Oleh sebab itu Jemaat di Tiatira ini akhirnya berkompromi dan menjadi sama dengan dunia. 

Dalam dunia modern ini memang sudah makin jarang orang masih menyembah berhala tetapi cara dunia yang berdosa dan praktek yang menentang Firman Tuhan ada di mana-mana.Suap menyuap, korupsi, melakukan hal-hal yang illegal dan hal-hal yang berbau abu-abu sehingga kita semua dipaksa dalam hidup kita sehari-hari dan cara kita mencari nafkah untuk mengikuti cara dunia serta tunduk pada IlahIlah jaman ini serta untuk mengikuti budaya dunia. Banyak yang bepikir bahwa  semua orang juga melakukannya. Bukankah Tuhan juga ampuni dan tetap terima kita apa adanya? Tetapi gereja tidak berani menegur orang-orang seperti ini dan membiarkannya sehingga mungkin mereka bisa beribadah pada hari Minggu tetapi dari Senin sampai Sabtu mereka berkompromi dan menjadi sama dengan dunia. Kalau kita perhatikan maka begitu banyak orang kecewa dengan orang Kristen karena etik kerjanya, suka menipu, main kotor dan mengkhianati bisnis partnernya sama dengan yang dilakukan oleh Jemaat di Tiatira.

JEMAAT DI FILADELFIA

Wahyu 3:7-8
7 “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia:
Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. 8Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.

Yesus memuji Jemaat di Filadelfia dan bahkan tidak ada kritikan  atas segala pekerjaan mereka. Dipuji meskipun mereka lemah tetapi tetap menuruti Firman dan tidak menyangkal Yesus. Memang disini tidak ada penyimpangan yang secara jelas diungkapkan, namun ada hal yang menarik yang dinyatakan oleh Yesus.

Wahyu 3:9-10
9 Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis (Syangogue of Satan), yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa AKU MENGASIHI ENGKAU. 10Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.

Siapakah Jemaah Iblis?

Disini diungkapkan ada Jemaah Iblis (Syangogue of Satan) serta beberapa kali dinyatakan kalimat “ membuka pintu dan menutup pintu”.  Dan Yesus juga pernah membicarakan tentang siapa yang menutup pintu itu. 

Matius 23:13
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.

Ternyata Jemaah Iblis adalah Sinagog yang menganiaya gereja  dan yang memberikan standar agama untuk dibebankan kepada orang-orang yang sudah diselamatkan dalam Yesus Kristus, mereka mengatakan bahwa diselamatkan oleh Kasih Karunia dan Iman saja itu tidak cukup. Demikian juga gereja-gereja hari ini juga banyak yang meninggalkan esensi Injil dimana mereka kembali kepada hukum agama, cara-cara manusia dan legalisme dimana hal ini adalah penyimpangan dari Injil Yesus Kristus. 

Wahyu 3:7, 8 a
7 “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia:
Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.
8Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun.

Sebab itu di ayat ini maka Yesus menghibur Jemaat di Tiatira karena selama ini mereka dibutakan serta dibebani oleh orang-orang yang menaruhkan beban hukum Taurat dan hukum agama. Yesus berkata bahwa kalau Dia yang membuka pintu maka tidak seorangpun dapat menutupnya. Bahkan di ayat 9 Yesus mengatakan “ Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau.”Jadi ini adalah gereja yang baik.

Tetapi kalau kita mulai meneliti lag maka ada suatu petunjuk yang mau disampaikan Yesus kepada kita semua melalui surat ini tentang urusan buka dan tutup pintu. Dan saat ini pintu sedang terbuka dimana pintu ini berbicara mengenai keselamatan yaitu bahwa gereja Filadelfia diselamatkan dan Tuhan bersama mereka. Namun ada makna yang kedua dari pintu yaitu dalam semua surat Paulus ketika Paulus berbicara tentang pintu yang terbuka maka pintu yang terbuka memiliki makna khusus. Kalau pintu di Philadelphia ini dapat mewakili pintu penginjilan dan penerangan Iluminasi kabar baik Injil sehingga orang yg mendengar Injil dapat bertobat maka makna kedua dari "Pintu terbuka" ini adalah kesempatan untuk mengabarkan Injil. Dan kekurangan gereja filadelfia adalah bahwa dalam penderitaan dan penganiayaan mereka mengisolasi diri dan tidak lagi menginjil sehingga Yesus sendiri yang harus membuka pintu di gereja Filadelfia. 

Kita sudah belajar satu prinsip dimana semakin besar pengertian kita atas kasih Tuhan pada kita maka semakin baik hubungan kita terhadap sesama. Demikian juga semakin besar kita sadar Tuhan bersama kita dan mengasihi kita bukan karena perbuatan kita tetapi semata_mata hanya oleh kasih karunia Tuhan, maka semakin kita ingin membagikan kabar baik Injil kasih karunia Tuhan. Melalui penderitaan maka akan mengekspos kecenderungan dosa kita. Melalui penderitaan apakah kita menjadi jauh dari kasih karunia Tuhan dan menjauh dari esensi Injil Kristus. Atau karena penderitaan semakin membuat kita mendekat kepada kasih karunia Tuhan dan semakin memegang esensi Injil Kristus. Minggu lalu kita belajar bahwa penderitaan, kesukaran dan penganiayaan dapat mendorong kita kearah legalisme atau antinomianisme. 

Ada sebuah quote dari RC Sproul yang mengatakan “ Satu-satunya cara Kerajaan Allah dimanifestasikan di dalam dunia ini sebelum Kristus datang adalah kalau kita memanifestasikannya dengan gaya hidup kita sebagai warga negara kerajaan sorga dan menundukkan diri pada pemerintahan sang raja dalam hidup kita.” Ini diibaratkan seperti kalau kita pergi ke luar negeri namun itu tidak dapat menghilangkan identitas kita sebagai orang Indonesia. Firman Tuhan berkata bahwa tubuh kita adalah Bait Allah, hidupmu bukan kamu lagi tetapi Kristus yang hidup dalam kamu. Kalau kita adalah milik Kristus maka identitas kita adalah ciptaan baru dalam Kristus sehingga ada sebuah natur yang membuat kita tidak ingin berkompromi dengan dosa dan juga ada natur yang membuat kita ingin mengekspresikan kasih karena Tuhan telah lebih dahulu mengasihi kita. Dan melalui Jemaat Tiatira dan Filadelfia ini  maka kita belajar bahwa penderitaan, kesukaran dan penganiayaan bisa menimbulkan ketakutan yang mendorong kita ke arah antinomianisme yang membawa kita menjadi serupa dengan dunia ini (kompromi) atau juga dapat mendorong kita ke arah legalisme yang membawa kita untuk menarik diri (isolasi). Penganiayaan (Persecution) akan membuat kita menjadi murid Kristus yang tahan uji atau malah yang berkompromi. Sebab itu kita perlu terus terus mengkalibrasi hati kita dengan Injil yaitu kita bisa pelan-pelan melenceng dari esensi Injil yang sesungguhnya karena terlalu berasimilasi dengan budaya dunia (menjadi sama dengan dunia) atau menarik diri (isolasi) dari dunia. Ketakutan (Fear) dan pembenaran diri (Self Righteousness) dapat mengakibatkan kita untuk berkompromi dengan dunia atau menarik diri dari dunia. Keduanya tidak memberikan dampak/membawa perubahan bagi budaya di sekeliling kita dan tentunya gereja yang seperti ini tidak melakukan penginjilan, sehingga akhirnya kehilangan esensi Injil yang sesungguhnya. YOHANES 17 berkata :

Yohanes 17:14-16
14Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, KARENA MEREKA BUKAN DARI DUNIA, SAMA SEPERTI AKU BUKAN DARI DUNIA. 15Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. 16MEREKA BUKAN DARI DUNIA, SAMA SEPERTI AKU BUKAN DARI DUNIA

Yesus ingin kita  ada di dalam dunia tetapi berbeda dengan dunia. Dunia yang penuh kegelapan ini butuh terang. Dunia yang penuh dengan kejahatan ini butuh kasih. Dan di sepanjang sejarah maka kita dapat melihat ada begitu banyak orang-orang kristen dan murid-murid Kristus yang hidupnya tidak mementingkan diri sendiri namun membawa dampak yang luarbiasa. Ketika terjadi pandemik wabah di Eropa maka orang-orang yang tidak percaya Tuhan banyak yang membuang keluarganya ke jalan-jalan karena takut tertular wabah tetapi orang Kristen adalah orang-orang yang mendahului untuk menolong orang-orang yang tertular ini dan merawat mereka bahkan tidak sedikit dari mereka juga tertular dan meninggal. Demikian juga seharusnya kita sebagai gerejaNya maka ditengah-tengah wabah covid 19 ini kita bisa sadar bahwa kita adalah gereja yang digerakkan oleh Injil Kristus dimana kita tidak tinggal diam namun menjadi bagian dari solusi terhadap apa yang terjadi dalam dunia ini dan pada saat yang sama kita juga tidak berkompromi dengan dosa. 

BAGAIMANA KITA TETAP BERADA DI DALAM ESENSI INJIL YESUS KRISTUS ?

Ke tujuh surat itu memang akhirnya intinya adalah memandang kepada Yesus. Namun kalau kita perhatikan maka cara kita memandang Yesus pun juga berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan kita dan cara Yesus berperkara dengan setiap orang juga berbeda-beda. 

Ada dua acara kita memandang kepada Yesus :

          1. Temukan Kristus Waktu Kita Membaca Firman

Alkitab itu ditulis oleh 40 orang yang berbeda dan ditulis di 13 negara di 3 benua, dalam kurun waktu 1500 tahun dengan background yang berbeda-beda yaitu nabi, raja, nelayan, jendral, politisi, hakim, kaum cendekiawan, dokter, tukang pajak, kaya dan miskin. Namun yang luarbiasanya adalah menjadi kesatuan maha karya dengan satu tema sentral yaitu tentang karakter dan sifat Allah, rencana penebusanNya bagi umat manusia tanpa kontradisksi dan semua itu berbicara tentang Yesus. Kalau kita mempelajari semua tokoh-tokoh yang ada dalam Perjanjian Lama maka semua mengarah pada pribadi Yesus. John Piper berkata “ Saya sangat menyukai Alkitab seperti saya mengasihi mata saya bukan karena mata saya indah tetapi tanpa mata saya saya tidak dapat melihat sesuatu yang Indah

Tanpa Alkitab saya tidak bisa melihat Terang Injil dan Kemuliaan Kristus. Tanpa Alkitab saya tidak mengenal kekayaan Kristus yang tiada taranya”

Di akhir jaman dimana kita sedang menghadapi covid 19 ini apakah kita sedang mencari kebenaran tentang siapakah yang sudah menyelamatkan kita. Atau kita membaca Alkitab agar kita sukses atau supaya mendapatkan terobosan. Bukan berarti itu salah namun itu sangat dangkal. Mari temukan Kristus sebab ketika kita menemukan Dia maka hati kita akan berkobar-kobar dan kita tidak bergeser ke kanan atau ke kiri namun berada pada esensi Injil yang benar. 

          2. Lihatlah Bagaimana Yesus Dengan Tekun Menanggung Salib

Ibrani 12:1b-2
marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. 2Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. 

“who for the joy that was set before him endured the cross, despising the shame”

Saat kita melihat ketekunan Yesus dalam menghadapi penganiayaan, saat itulah kita juga dimampukan untuk bisa berdiri teguh bukan dengan kekuatan kita tetapi karena Dia sudah melakukan lebih dahulu. Saat melakukan pelayanannya di Bumi, Yesus bisa saja menghindari penganiayaan dan  penderitaan, tetapi Ia memilih untuk tetap menjalaninya. Dia tidak harus melakukannya, tetapi dengan kerelaan dan kerendahan hati Yesus tetap menjalani penderitaan salib. 

Kristus melakukannya untuk kita karena mengasihi kita. Ketika kita melihat Yesus sabar menanggung penderitaan bagi kita, akan menghibur/menghilangkan rasa takut kita serta memampukan kita untuk menghadapi semua pergumulan, penderitaan dan penganiayaan.

Adam tahu bahwa dia harus taat dahulu untuk hidup dan tidak mati tetapi Adam gagal sehingga mati rohani.  Yesus tahu saat Dia taat kepada Bapa tetapi justru hukuman Bapa dan penolakan Bapa ditimpakan atas Dia dan Yesus dengan setia menjalani itu semua. Adam gagal tetapi Yesus memastikan bahwa apa yang Adam tidak bisa lakukan dan selesaikan maka Yesus yang menyelesaikan. Waktu kita memandang salib maka kita akan melihat bahwa:

  • Kristus ditolak supaya kita diterima
  • Kristus dihukum supaya kita diampuni
  • Kristus mengalami maut supaya kita menerima hidup
  • Kristus menjadi hina supaya kita menjadi berharga
  • Kristus dikutuk supaya kita diberkati

 

Tidak ada orang yang pernah ditolak Allah karena begitu taat terhadap Allah, tidak ada orang yang pernah di tolak Tuhan karena begitu setia kepada Tuhan selain Yesus Kristus. Itulah bukti kasihNya yang besar. Allah Bapa memperlakukan AnakNya seperti pendosa besar, agar kita, pendosa besar yang sesungguhnya, dapat diperlakukan sebagai anak-anak Allah.Waktu kita sadar akan hal itu maka penderitaan, penganiayaan dan penolakan yang membuat kita berkompromi dan membuat kita menarik diri serta semua kesulitan-kesulitan yang tadinya kelihatan besar maka semuanya menjadi kecil. Dan waktu kita melihat kasihNya yang besar maka ketakutan  kita menjadi sirna. 

1 Yohanes 4:18 TSI

Kalau kasih dari Allah itu berada di dalam hati kita, berarti kita tidak akan takut lagi kepada hukuman Allah. Karena kasih yang sempurna menghilangkan ketakutan. Siapa yang masih takut diadili oleh Allah, berarti dia masih menganggap dirinya layak dihukum. Jadi orang yang takut seperti itu belum mengalami kasih Allah yang sempurna itu.