Truth & Love

EKKLESIA WEEK 5 “ TRUTH AND LOVE “ Rev. Michael Chrisdion, MBA

 

 

PEMBACAAN : Wahyu 2 : 1 – 7, 12 - 16

Kalau kita perhatikan Gibeon Church  dari kotbah berseri dari tahun lalu maka kita sudah berbicara banyak mengenai bagaimana kita dapat menghadapi penderitaan karena dunia tidak makin baik tetapi dunia ada dalam keadaan yang sudah jatuh dan sedang menuju ke dalam kebinasaan. Dan bagaimana gereja yang adalah umat Allah yang ada di dunia tetapi tidak dari dunia justru menjadi terang dan garam bagi dunia serta membawa suatu pengharapan di tengah-tengah dunia yang sedang kehilangan pengharapan. Maka selama 3 minggu ke depan kita akan mempelajari Kitab Wahyu yang ditulis oleh Rasul Yohanes di Pulau Patmos di mana di awal kitab wahyu 2 dan Wahyu 3 adalah surat kepada 7 gereja di kitab Wahyu.

Kita tidak bisa membahas secara detail satu-satu kekayaan dari teks wahyu 2 dan wahyu 3 tetapi namun hanya intisari dari surat-surat tersebut dan yang sangat spesial adalah bahwa surat-surat ini di tulis oleh Yesus sendiri melalui perantaraan Yohanes kepada 7 gereja yang adalah gambaran gereja di akhir jaman dimana yang dimaksud gereja bukan gedungnya tetapi gereja adalah orang-orangnya yaitu kita.

Dalam kitab Wahyu ada tiga hal yang selalu ditulis yaitu ada pembicaraan tentang malaikat, tujuh bintang dan kaki dian. Ada banyak perdebatan apa tafsiran dari Malaikat itu. Ada yang mengatakan Malaikat itu adalah Gembala dari gereja tersebut Ada yang mengatakan Malaikat itu adalah Malaikat pelindung bagi setiap gereja tetapi ada satu makna yang ingin disampaikan Yesus kepada semua gereja adalah bahwa :

  • Malaikat - Setiap gereja, besar atau kecil  memiliki koneksi dengan realitas surgawi
  • Bintang – Setiap gereja adalah suatu kesatuan di dalam genggaman tangan Yesus sendiri
  • Kaki Dian – Setiap gereja adalah gereja yang bersaksi dan bersinar di tengah kegelapan dunia

Ada sebuah quote terkenal yang berkata bahwa - Kebenaran tanpa kasih adalah kekejaman, tetapi kasih tanpa kebenaran adalah kemunafikan. menuntut kita berpikir dan merenungkannya lebih dalam, karena kalimat tersebut jika dipisahkan, maka maknanya akan berbeda . Jika kita mengutip hanya kalimat pertama; “Kebenaran tanpa kasih adalah kejam”, artinya di dalam kebenaran perlu ada kasih sehingga kebenaran itu baru bisa dinyatakan dengan tidak kejam. Sebaliknya, “Kasih tanpa kebenaran adalah kemunafikan’, artinya kebenaran harus ada dalam kasih supaya tidak munafik.   Penafsiran ini sangat simple, tetapi tidak sepenuhnya dipahami dengan baik di dalam gereja dan sesama.  Akan tetapi banyakkah orang yang memikirkan hal demikian, atau justru lebih banyak mengabaikannya? Bagaimana kebenaran Injilnya? Apa kaitannya dengan hidup kita masing-masing, hidup kita berjemaat dan spiritualitas kita? Melalui kitab Wahyu Pasal 2 yaitu surat kepada Jemaat Efesus dan Jemaat Pergamus kita akan belajar tentang Kebenaran dan Kasih (Truth and Love).

JEMAAT DI EFESUS

Wahyu 2:1-3
1“Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus:
Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. 2Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. 3Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. 4Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. 5Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Yesus memuji jemaat di Efesus dimana mereka sangat bertekun di dalam doktrin yang sehat, ketat dalam disiplin gereja dan sabar dalam penderitaan. Namun disisi lain Yesus juga menegur mereka sebab sekalipun mereka bertekun dalam kebenaran namun yang menjadi masalah adalah mereka bertekun dalam kebenaran tanpa kasih. Kita bisa saja jago dalam doktrin dan mengerti banyak tentang kebenaran namun kalau tidak ada landasan kasih maka semua itu akan sia-sia. 

Efesus 4:14b-15
kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, 15tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

KASIH YANG HILANG, KEPADA TUHAN ATAU KEPADA MANUSIA?

Banyak yang mempertanyakan apa maksud kasih yang hilang ini?  Apakah kasih yang ditinggalkan itu kepada manusia atau kepada Tuhan? Apakah mereka meninggalkan kasih mereka yang mula-mula dalam penyembahan mereka kepada Tuhan, dalam pelayanan mereka atau kasih mereka kepada Tuhan? Atau apakah mereka menjadi kasar, kejam atau tidak mengasihi sesama. Kita tidak perlu memperdebatkan tentang hal ini yaitu apakah kasihnya yang hilang itu kepada Tuhan atau kepada manusia. Kalau kita membaca 1 Yohanes 4:10 –  “ bukan kita yang mengasihi Allah tetapi Allah yang lebih dahulu mengasihi kita“dan ayat 19 – “ kalau kita mampu mengasihi itu karena Allah lebih dahulu mengasihi kita “. Jadi artinya keduanya itu tidak dapat dipisahkan yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia. Semakin besar pengertian kita akan kasih Tuhan pada kita maka semakin baik hubungan kita dengan manusia. Tetapi saat kita lupa akan kasih Tuhan kepada kita yaitu saat  hati kita tidak dipenuhi oleh kasih Kristus maka kita akan haus akan penerimaan. Kalau hati kita kosong dan defisit akan kasih Tuhan maka kita akan insecure dan tangki kasih Tuhan dalam hati kita kosong maka kita akan memanfaatkan orang-orang yang ada di sekeliling kita untuk mengisi kekosongan dan kedefisitan hati kita serta kita akan menyedotnya dan memanfaatkan dan mengeksploitasi orang lain di sekeliling kita. Seperti inilah jemaat di Efesus yaitu dalam upaya ketekunan mereka dalam kebenaran maka mereka kehilangan kasih. Mengapa mereka bisa kehilangan kasih?

PENDERITAAN DAN KESUKARAN DAPAT MENGURAS KASIH KITA

Meskipun kita  tetap bertekun dalam kebenaran, bertahan dalam iman serta bertekun dalam doktrin yang benar tetapi penderitaan dan kesukaran dapat menguras kasih kita. Dan prosesnya dimulai dengan mengasihani diri sendiri (self pity) dan selanjutnya menjadi merasa benar (self righteous), merasa mulia dan luhur. Dan untuk mengobati rasa susah kita maka kita mulai bermegah dengan melihat bahwa diri kita tetap bertekun, tidak bersungut-sungut dan merasa menderita bagi Kristus sehingga akhirnya kita menjadi sombong akan penderitaan kita, sombong akan kerohanian kita, sombong akan ketekunan kita serta sombong atas pengucapan syukur kita. Mungkin kita pernah bertemu dengan orang yang kelihatannya sangat rohani tetapi terdengar sombong sekali. Jadi kita perlu berhati-hati dalam  ketekunan akan kebenaran namun kita kehilangan kasih dan ini sudah melenceng jauh dari Injil. Injil berkata bahwa kita diselamatkan karena kasih karunia oleh iman dan itu bukan hasil usaha kita tetapi pemberian Tuhan dan tidak ada yang layak. Tetapi  waktu kita kehilangan kasih kita merasa layak karena kita merasa sudah mengalami penderitaan tetapi kita tetap bertekun, tetap jujur dan tetap beribadah.

JEMAAT DI PERGAMUS

Wahyu 2:12-13
12“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus:
Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua: 13Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam.

Kalau jemaat Efesus adalaj jemaat yang bertekun di dalam doktrin yang sehat, ketat dalam disiplin gereja dan sabar dalam penderitaan maka jemaat di Pergamus adalah kebalikannya Apa yang terjadi di Pergamus adalah mereka mengasihi semua orang dan menerima semua orang dan itu bagus serta dipuji oleh Yesus dimana itu menunjukkan kasih. Tetapi mereka tidak mau menyatakan kebenaran dan menegur atau mengingatkan orang saat ada sesuatu yang salah.  Ini bukan kasih yang sesungguhnya dan ini adalah kemunafikan. Kalau itu dosa maka seharusnya ditunjukkan bahwa itu dosa tetapi kita tidak menghakimi namun mendorong orang-orang yang ada dalam Kristus untuk semakin serupa dengan Kristus dan mengalahkan kuasa dosa. Sebab kita sudah dibayar dengan harga yang mahal serta diberi kuasa dan dimampukan untuk hidup serupa dengan Kristus. Ini berkebalikan dengan jemaat di Efesus yang sangat keras dan kejam namun di Pergamus semua diperbolehkan dan diterima. 

Wahyu 2:14-16
14 Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. 15Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus. 16Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulut-Ku ini.

Di Pergamus ada penganut ajaran Bileam dan pengikut Nikolaus. Kita tidak tahu apa ajarannya tetapi kita dapat melihat efek dari ajarannya yaitu mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah namun ada pembiaran. Kalau kita membaca baik dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru maka penyembahan berhala selalu disandingkan dengan zinah sebab sebenarnya kalau kita menyembah berhala maka kita sedang berzinah secara rohani. Dan inilah yang menunjukkan bahwa mereka mengasihi namun tanpa kebenaran. 

Timothy Keller berkata “ Tidak ada kebenaran tanpa kasih karena Kebenaran Injil selalu menghasilkan Kasih. Dan tidak ada Kasih yang sejati tanpa kebenaran karena kasih yang sejati selalu menginginkan kebenaran bagi orang yang Anda cintai.”  Dari sini kita bisa belajar bahwa

kebenaran tanpa Kasih dan Kasih tanpa Kebenaran adalah dua cara kita kehilangan esensi dari Injil yang sebenarnya. Sebab itu kita perlu mengubah cara pandang, mengkalibrasi dan menata ulang hati kita.  Melalui kedua surat Yesus kepada jemaat Efesus dan Pergamus maka Yesus sedang memperingatkan kepada kita gerejanya di jaman modern ini  supaya berhati-hati untuk tidak kehilangan inti dari esensi Injil Kristus yang sesungguhnya.

DUA PENEKANAN DIMANA GEREJA KEHILANGAN ESENSI INJIL KRISTUS

Ada dua penekanan dimana gereja kehilangan esensi Injil Kristus yaitu di sudut yang satu adalah legalisme dan disudut yang lain adalah antinomianisme. Legalisme adalah hidup yang sangat diatur oleh peraturan. Sedangkan Antinomianisme adalah hidup yang tidak mau diatur oleh hukum. Legalisme berkata “Saya harus taat dulu Supaya Saya diterima oleh Tuhan “. Sedangkan antinomianisme berkata “ Saya sudah diterima oleh Tuhan maka Saya tidak perlu Taat.” Namun Injil Kristus bukan legalisme atau antinomianisme. Injil Kristus berkata “ saya sudah diterima oleh Tuhan maka saya mau secara sukarela taat dengan sukacita karena kasih Tuhan yang begitu besar. Kita dibenarkan dikuduskan diselamatkan karena kasih karunia oleh iman dan bukan karena perbuatan kita atau kebaikan kita tetapi hanya karena kasih karunia (Sola Gratia) dan oleh iman (Sola Fide. Tetapi anugerah dan iman yang menyelamatkan itu akan selalu membawa kita kepada pertobatan dan mengubah hidup kita serta  memimpin hidup kita menghasilkan buah perbuatan baik. Jadi kalau kita seorang legalis atau seorang antinomianis maka kita juga sebenarnya tidak mengerti Injil bahkan menjadi musuh Injil. Banyak orang Kristen yang sudah kehilangan kebenaran dan yang satunya punya kebenaran tetapi kehilangan kasih. 

Kalau kita bertanya kepada kebanyakan orang kristen “ apakah kamu ini selamat karena apa? Maka banyak dari mereka akan menjawab dengan pikiran dan mulut mereka bahwa mereka diselamatkan karena kasih karunia oleh iman, tetapi hati mereka sebenarnya masih ada sisi legalis atau antinomianis. Namun ada yang lebih bahaya yaitu ketika kita tidak lagi didalam esensi Injil Kristus tetapi kita mulai kehilangan esensi tersebut dan mulai turun. Mungkin kita tidak langsung menjadi legalis murni atau antinomianis murni tetapi kita mulai turun dan standar kita mulai berubah dan kehilangan esensinya. Kita mulai berkata “ Tuhan mengasihi aku karena aku tekun dan taat. Atau sebaliknya yaitu hati mereka antinomianis dan berkata “ … aku kan sudah diselamatkan karena kasih karunia dan diterima oleh Tuhan dan mau hidup benar serupa dengan Kristus namun secara diam-diam merasa kalau sedikit berbuat dosa tidak masalah karena nanti bisa minta ampun kepada Tuhan.

Inilah yang terjadi kepada kita semua yaitu semakin kita turun dari esensi Injil Kristus maka semakin pekerjaan Roh Kudus terhambat beroperasi dalam hidup kita. Dan semakin kita kembali kepada esensi Injil Kristus maka semakin pekerjaan Roh Kudus beroperasi dengan bebas dalam hidup kita. 

2 Pet 3:18
Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.

Semakin kita kembali kepada esensi Injil Kristus maka semakin Kuasa Roh Kudus beroperasi di dalam kita dan melalui kita. Semakin kita kembali kepada esensi Injil Kristus maka kita semakin bertumbuh dalam kasih karunia Tuhan. Inilah yang menjadi peringatan bagi kita semua baik hamba Tuhan,  jemaat dan semua orang Kristen.

Penderitaan, kesukaran dan penganiayaan dapat membuat kita kehilangan esensi Injil Kristus dan mendorong kita ke arah legalisme dan antinomianisme. Yang legalis berkata “ aku bertekun, aku tetap setia, aku lebih baik daripada mereka semua, aku tetap murni Dari luar kelihatannya sangat saleh namun di pintu belakang kita menjadi sombong karena kesalehan dan keluhuran kita. Sebaliknya penderitaan juga bisa mendorong ke arah satunya sehingga kita bisa berkata “aku sudah berkotban begitu banyak, aku sudah menderita maka kalau aku korupsi sedikit mestinya Tuhan mengerti, kalau aku affair sedikit atau kompromi sedikit itu tidak apa-apa karena Tuhan berkenan sama aku dan karena Yesus yang ada di dalamku “.

Di dalam Injil Kristus ada kerendahan hati, ada sukacita yang penuh dan ada kebahagiaan sejati sehingga kita tidak bisa bisa sombong dan mengandalkan kekuatan sendiri. Kita juga tidak akan menyia-nyiakan anugerah yang begitu mahal dan mulai berkompromi dan sembrono atas kehidupan baru yang tak ternilai ini. Setiap kita memiliki kecenderungan untuk menjadi legalis atau antinomianis sebab itu kita perlu berhati-hati. 

BAGAIMANA SUPAYA KITA BISA TETAP BERADA DI DALAM ESENSI INJIL YESUS KRISTUS

Ibrani 12:1b-2a
marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. 2Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,

Ke 7 surat itu memang akhirnya intinya adalah memandang kepada Yesus, tetapi kalau kita perhatikan cara kita memandang Yesus pun juga berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan kita dan cara Yesus berperkara dengan setiap orang juga berbeda-beda.

Ada dua acara kita memandang kepada Yesus :

          1 . Pandang hidupNya, renungkan hidup Yesus dan tangkap hati Yesus

Di Taman Getsemani Yesus mengajak murid-muridNya untuk berdoa dimana Yesus mengalami beban berat karena sebentar lagi Dia harus menjalani Salib. Namun yang terjadi malah mereka tidur. Namun Yesus tidak marah dan memecat mereka. Namun Yesus berkata “ Roh memang penurut tetapi daging itu lemah (the spirit is willing but the flesh is weak). Memang rohmu mau melakukan yang benar tetapi kalian tidak sanggup, karena tabiat manusia itu lemah.”

Contoh yang lain yaitu Maria dan Marta dimana waktu Lazarus meninggal dan Yesus datang terlambat dimana itu bukan tidak sengaja karena Yesus malah sengaja untuk datang terlambat. 

Waktu Yesus datang maka semua orang sedang berduka, mengalami penderitaan dan kehilangan maka Marta berkata “…. Ini tidak akan terjadi dan Lazarus tidak akan mati kalau kamu datang lebih awal….” . Namun Yesus menjawab Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” (Yohanes 11:25)

Tetapi waktu Yesus bertemu dengan Maria maka Yesus menangis dengan airmata yang penuh dengan kasih. Disini kita melihat bagaimana Yesus kadang-kadang berbicara kebenaran namun dengan landasan kasih, Dia mengasihi namun dengan landasan kebenaran. Yesus mengobati kita persis seperti yang kita butuhkan. Kadang kita perlu mendengarkan kebenaran yang keras namun kadang kita perlu diingatkan kembali akan kasihnya tetapi Yesus selalu memiliki dua-duanya.

          2. Pandang Karya SalibNya, pandanglah karya keselamatanNya

Yang terjadi di atas salib adalah Yesus memenuhi tuntutan kebenaran dan menyatakan kasih Tuhan yang besar di atas salib. Tuhan adalah Tuhan yang terlalu sempurna dalam kebenaran untuk kompromi dan mengampuni kita begitu saja Dia terlalu kudus dan Dia adalah definisi kebenaran itu sendiri. Manusia yang berdosa itu berhutang dan hutang dosa harus dibayar lunas. Tetapi Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih dan Dia begitu mengasihi kita sehingga dia tidak menghukum kita maka di atas salib Yesus menggenapi  kebenaran kasih yang sempurna sehingga Tuhan tetap adil dan benar tetapi melalui salib Dia juga bisa membenarkan kita semua.

Wahyu 2:4
4Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Kata-kata meninggalkan kasihmu yang semula ini adalah bahasa suami istri. Kalau kita lihat di Perjanjian Lama dan Perjanjian baru maka banyak sekali Bahasa-bahasa pernikahan yang dipakai Tuhan atas bangsa Israel sebagai pengantinnya. Yeremia 2 dan Yehezkiel 16 “ bagaimana Tuhan mendandai Israel untuk pernikahan dan membuatnya cantic tetapi Israel meninggalkan itu semua dan lari meninggalkan Tuhan dan menyembah allah-allah lain itulah sebabnya mereka disebutkan melakukan perjinahan rohani. 

Wahyu 2:14
14 Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang MENGANUT AJARAN BILEAM, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka MAKAN PERSEMBAHAN BERHALA DAN BERBUAT ZINAH.

Dan di Perjanjian Baru ini maka yang menjadi pengantinNya adalah kita yaitu gerejaNya. Yesus adalah adalah mempelai laki-laki yang memiliki segala-galanya Dia yang paling suci dan paling mulia sedangkan kita seperti seorang mempelai wanita yang sangat tidak layak, hina, kotor dan sudah melacurkan diri dengan dosa dan allah-allah lain. Untuk kita kembali kepada kasih kita yang mula-mula maka lihatlah dan pandanglah kepada Yesus serta betapa mahalnya harganya bagi Tuhan untuk mendandani kita, menutupi semua kelemahan kita dan menutupi semua ketidakmampuan kita dan dosa kita.

Yohanes 1:14 

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.