Gereja Yang Memuridkan

EKKLESIA WEEK 4 “ GEREJA YANG MEMURIDKAN “ Ev. Joy Manik

 

 

PEMBACAAN : Kisah Rasul 15

Ada banyak hal yang kita lakukan dalam gereja yang kita pikir itu baik dan kita lakukan dengan motivasi mengasihi Tuhan. Namun yang menjadi masalah adalah apakah perintah Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid itu menjadi bagian penting dalam bergereja. Gereja sudah kehilangan esensi untuk pemuridan karena terlalu sibuk dengan banyak kegiatan. Sebab itu kita bisa melihat bahwa ternyata tidak semua orang Kristen itu adalah murid Kristus, tetapi murid Kristus disebut orang Kristen. Ada banyak kegiatan atau pelayanan yang berbau kristiani namun di saat yang sama kita tidak menjadi murid Kristus yang sungguh-sungguh memuridkan orang lain bahkan dalam keluargapun kita tidak memuridkan anggota keluarga kita. 

Kisah 15 ini berbicara tentang perjalanan para murid Kristus yang sedang melakukan pelayanan. Disini ada pergumulan pertama yang dicatat oleh Lukas yaitu pada waktu gereja pertamakali menaruh dasar dan berjalan dalam pertobatan orang-orang yang baru percaya dan kemudian dimuridkan. Kisah Para Rasul adalah kitab narasi diskriptif yang menceritakan sebuah perjalanan sejarah sehingga ketika Lukas menempatkan pasal 15 ini maka dia punya maksud tertentu yaitu bagaimana orang-orang Yahudi yang dahulu berpegang teguh pada tradisi dan hukum Taurat namun harus berubah pola pikirnya yaitu ada standar yang baru ketika mereka mulai mengenal Yesus. Ini bukanlah perkara yang mudah bagi mereka sehingga kita bisa memahami kalau akhirnya ada permasalahan diantara mereka. Kalau kita lihat di ayat 1 dan 5 maka ada kata “ Musa dan Sunat “ disebut duakali dengan penekanan yang berbeda yaitu “ disunat menurut adat istiadat”  dan “hukum “. Jadi kesamaan dari masalah ini adalah hukum Taurat itu pendekatannya tidak hanya tentang hukum moralitas tetapi juga ada “ Ceremonial Law “ yaitu hukum yang harus dilakukan oleh jemaat orang Yahudi untuk bisa diterima oleh Tuhan. Dan bagi orang Yahudi sangat sulit sekali untuk melepaskan adat istiadat yang ada dalam diri mereka. Bukan berarti hukum Taurat itu tidak berlaku sebab hukum Taurat itu menjelaskan siapakah Allah. Ekspresi natur Allah dinyatakan melalui moral law yang ditaruh dalam hati nurani. Roma 2 menjelaskan bahwa orang yang tidak melihat hukum Tauratpun dalam hatinya tahu bagaimana seharusnya hidup mengikut Tuhan namun mereka menindas kebenaran itu. 

INJIL HARUS MENJADI PUSAT DALAM PROSES PEMURIDAN

Gereja harus berpusat pada Injil. Dalam gereja ada 2 hal yang menjadi esensial yaitu manusia dan ajaran sehingga kalau kita melihat pergumulan yang terjadi dalam gereja selalu tidak lepas tentang bagaimana manusia dalam naturnya yang selalu mencari sesuatu yang memuaskan dirinya, sedangkan waktu kita berbicara tentang ajaran maka itu berbicara tentang motif. Sebab itu perbuatan baik tidak mungkin bisa dinilai dengan apa yang nampak atau yang kelihatan tetapi dari motifnya. Sebab itu sebagai orang Kristen maka cita-citanya seharusnya bukan menjadi orang baik tetapi menjadi orang benar. Sebab orang benarlah yang bisa terus menerus diubahkan sehingga bisa berbuat baik dengan motif yang benar. Jadi kalau Injil itu tidak menjadi dasar maka tidak mungkin ada pemuridan dalam gereja karena tidak ada hal lain yang bisa kita taruh sebagai pusat dalam proses pemuridan. Kisah 15 ini mengingatkan kita bahwa ini bukan perkara “ apa yang kita lakukan “ dalam perjalanan hidup kita mengikut Tuhan tetapi perkara “hati kita “ dalam mengikut Tuhan. Roma 10: 2 menjelaskan bahwa “ mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.

”Herman Ridderbos mengatakan “pergumulan manusia untuk beroleh kebenaran di hadapan Allah melalui ketaatan kepada Allah harus gagal, bukan karena manusia tidak dapat memenuhi tuntutan hukum itu, tetapi manusia semakin berdosa ketika ingin memastikan kebenaran dan kehidupan dengan kekuatannya sendiri.” Kalau seorang merasa bisa melakukan kebaikan dengan kekuatan sendiri dan dengan sadar ada keinginan yang lain untuk dipuji dan ditempatkan berbeda dan lebih dari orang lain maka sebenarnya di jatuh pada dosa yang lain yaitu kesombongan. Dalam kekristenan maka kalau orang itu bisa baik itu bukan karena kita yang baik tetapi Tuhan yang membuat kita menjadi baik sehingga penghargaan dan pujian itu hanya bagi Tuhan bukan pada kita.  C.S Lewis mengatakan “ kita akan tahu kekuatan angin bukan ketika kita berbaring namun ketika kita menghadap dan melawan terus. Manusia tidak akan bisa mengerti betapa jahatnya dirinya justru ketika dirinya berusaha untuk melakukan yang baik. Semakin dia berusaha melakukan yang baik maka akan membuat dia semakin sadar bahwa dirinya adalah jahat “ Sebab itu pemuridan harus kembali pada kasih karunia demi kasih karunia sebab orang yang telah mengalami kasih karunia maka hidupnya tidak akan berhenti untuk memikirkan orang lain yang juga membutuhkan kasih karunia. Dan dalam ketidak sempurnaannya maka dia menyatakan kesempurnaan Kristus melalui pemuridan. Gereja tidak akan pernah memuridkan ketika orientasi hidupnya masih berpikir dengan pola yang lama seperti hukum Taurat dan sunat yaitu sesuatu yang nampaknya indah di mata dunia, namun disaat yang sama membuat sedih Yesus. Kristus telah mati menebus dosa manusia, bangkit dan naik ke sorga serta memberikan kasih karuniaNya supaya kita memiliki relasi dengan Tuhan. Dan ketika kita memiliki relasi dengan Tuhan serta mengalami betapa besarnya kasih Tuhan kepada kita maka itu yang mendorong kita untuk mengasihi orang lain. Biasa mencinta akan menghilangkan rasa, karena sejatinya cinta tak mengenal rasa yang biasa-biasa. Jadi esensi dari pemuridan adalah kasih yaitu kita menghadirkan Kristus dalam kehidupan kita. Banyak orang yang beribadah kepada Tuhan karena sedang berada “ di rumah “ Tuhan namun disaat yang sama mereka justru kehilangan hadirat Tuhan. Sering kita tersandera karena sebuah tempat dan setelah keluar dari tempat itu kita merasa tidak hadirat Tuhan padahal ibadah kita sebenarnya bisa dimanapun kita berada baik di dalam atau di luar gereja. 

FILIPI 3: 9, 13

3:9. dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
3:13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, 

Paulus menulis ayat ini dalam konteks berkaitan dengan hukum Taurat. Ketika dia mengatakan “ aku melupakan apa yang dibelakangku “ maka itu menjelaskan bahwa dulu bagi Paulus maka hukum Taurat dan semua yang dikatakan Musa itu menjadi pegangan yang utama dalam hidupnya. Namun sekarang semua itu tidak lagi menjadi standar utama dalam hidupnya tetapi kebenaran Kristus yang menjadi standarnya. Dan kata “ mengarahkan diri “ itu bukan hanya berbicara tentang  fokus namun juga menarik sudut pandang yang baru dari apa yang dahulu pernah dia percayai. 

Sebagai gereja maka Injil harus menjadi standarnya. Gereja  tidak boleh menjadi ekstrim dimana terlalu menerima orang-orang yang berdosa sehingga tidak lagi peduli dengan kehidupan mereka untuk serupa dengan Kristus dan tidak berani menegor tindakan yang tidak menyenangkan hati Tuhan karena semata-mata supaya mereka bisa diterima oleh orang berdosa. Namun disisi lain ada gereja yang diangap terlalu kudus dan suci sehingga orang berdosa tidak bisa datang. Disini kita melihat bahwa ada bagian yang hilang ditengahnya yaitu standarnya. Kita harus menyadari bahwa tidak ada orang yang terlalu suci dan kudus sehingga Tuhan harus menutup diriNya. Tuhan tetap membuka untuk orang yang berdosa namun orang yang berdosa dalam Kristus akan mengalami perjalanan hidup yang semakin hari semakin baik. Injil Kristus mengajarkan kepada kita bahwa kasih Tuhan tak pernah berkurang saat kita gagal, tetapi juga tidak pernah bertambah saat kita berhasil. 

PROSES PEMURIDAN BUKAN HANYA BERPUSAT PADA INJIL NAMUN JUGA HARUS MEMAHAMI TENTANG OTORITAS

Kisah 15:2 

Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.

Dalam terjemahan lain dikatakan bahwa Paulus dan Barnabas tidak sedikitpun berdiri goyah dan memberi ruang untuk dialog dimana mereka meyakini bahwa mereka diselamatkan dalam Injil kasih karunia dan bukan oleh hukum Taurat dan sunat. Dan  yang menarik disini bahwa jemaat tidak membuka ruang untuk berdebat tetapi justru menetapkan Paulus dan Barnabas pergi ke Yerusalem untuk membicarakan persoalan itu bahkan diantar oleh mereka sampai ke Fenisia dan dijemput di Yerusalem (Ay.3-4). Dan mereka melakukan semua itu bukan karena pribadi Paulus dan Barnabas tetapi karena apa yang diajarkannya selama melayani. Ada orang yang kagum pada hamba Tuhan tetapi kehilangan kekagumannya pada Tuhan. 

Memang dalam proses pemuridan ada pemimpin atau bapa rohani yang merepresentasikan Tuhan tetapi mereka bukanlah Tuhan sehingga kita jangan terjebak pada kekaguman dan ketergantungan kita pada manusia dan tidak lagi menaruh standar kita kepada Firman Tuhan. Sebab itu banyak orang yang kecewa kepada hamba Tuhan ketika hamba Tuhan itu jatuh dalam dosa. Dipihak lain ada orang-orang yang begitu mengidolakan hamba Tuhan sehingga kalau ada kritikan yang ditujukan kepada hamba Tuhan itu maka mereka akan membela mati-matian. Sesungguhnya seorang pemimpin rohani dalam naturnya adalah sama sebagai orang yang berdosa namun dalam relasi dia adalah pemimpin rohani yang dipercayakan oleh Tuhan (Ay.7-9). Sama seperti doktrin Allah Tritunggal dimana Yesus berkata bahwa Bapa dan Aku adalah satu namun disaat yang sama maka Yesus mengatakan bahwa Dia melaksanakan apa yang Bapa perintahkan kepadaNya. Ini menunjukkan bahwa dalam naturnya maka Bapa dan Yesus adalah sama, namun ketika masuk dalam wujud relasi maka Yesus yang menjadi manusia itu bisa taat kepada Bapa yang seakan-akan Dia tunduk kepada Bapa. Jadi kehormatan seorang pemimpin gereja hanya terletak pada penghormatanNya pada Injil dan Firman Kristus. Dan Injil mengajarkan kita untuk menghormati otoritas tetapi tidak  dengan superioritas pribadi

GEREJA YANG MEMURIDKAN ADALAH KETIKA KRISTUS MENJADI RAJA ATAS GEREJANYA.

Ketika Kristus menjadi raja ditengah-tengah gerejaNya maka pemuridan akan terus berjalan maju karena kita sadar bahwa ada perintah yang Kristus Sang Raja sampaikan yang menjadi esensi gereja yaitu pergi dan jadikan semua bangsa murid Kristus. Dan itu bisa terjadi kalau kita meninggikan Kristus Sang Raja itu di tengah-tengah gerejaNya. Dan sebelum kita masuk dalam kelompok pemuridan maka kita perlu bertanya dalam hati yaitu apakah Yesus sudah menjadi raja dalam hati kita. Kalau Dia menjadi raja atas hati kita maka Dia juga menjadi raja atas gerejaNya. Dan kalau Kristus menjadi raja atas gerejaNya maka kita akan tunduk dan taat pada apa yang Raja sampaikan, bukan karena legalitas atau aturan karena kita sungguh-sungguh mengasihi sang Raja, yang kita kagumi dan yang pada Dialah kita menyembah dan memuji.