Understanding Glory Part 2

EXODUS 2  WEEK 13  "UNDERSTANDING GLORY PART.2" REV.  MICHAEL CHRISDION,MBA

 

Pembacaan : Keluaran 38

          1. Makna perabotan dalam kemah Tabernakel dan hubungannya dengan Injil Kristus (Gospel Connection)

Kitab Keluaran adalah gambar denah biru (blue print) dari rencana penebusan Tuhan atas umatNya yang berdosa. Kemah Tabernakel adalah model/ representasi visual dari janji bahwa Tuhan akan tinggal diantara umatNya. Kalau kita baca di Keluaran 25-30 maka Tuhan sudah berbicara dan memberikan kepada Musa instruksi untuk mendirikan kemah Tabernakel secara detail dan terperinci dan akhirnya bangsa Israel melaksanakan perintahnya itu di Keluaran 35-39. Kalau kita perhatikan maka Musa mendedikasikan 15 Pasal untuk mendeskripsikan secara spesifik ukuran, design dan tatanan kemah Tabernakel yang menjadi tempat di mana Tuhan berdiam.  Musa menuli15 pasal dengan begitu detil dan begitu spesifik serta begitu kompleks dan rumit juga. Ini juga menyadarkan kita bahwa sebagai orang Kristen maka janganlah kita anti Teologi atau jangan Anti belajar Alkitab. Banyak orang yang salah kaprah dan berpikir bahwa kalau mengenal Tuhan itu harus memakai hati dan bukan memakai akal. Padahal kalau kita perhatikan ketika Musa mendeskripsikan kemah Tabernakel ini secara begitu spesifik dan Tabernakel itu menggambarkan siapakah Tuhan itu maka artinya Tuhan itu tidak sesederhana yang kita pikirkan. Dalam Lukas 10:27 dikatakan “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Artinya kita harus mengasih Tuhan atau mengenal Tuhan dengan hati, akal pikiran dan seluruh kehidupan kita. Jadi apa yang ingin Tuhan gambarkan tentang diriNya melalui tatanan kemah Tabernakel Musa yaitu seperti sebuah rumah atau home yang menunjukkan karakter yang punya rumah maka begitu juga tempat kudus Tuhan, di mana Tuhan diam di tengah-tengah mereka yaitu untuk menunjukkan karakter Tuhan . Tuhan ingin menggambarkan siapa diriNya melalui design dan tatanan kemah Tabernakel termasuk juga pelatarannya. 

     

     A. Pintu Gerbang Pelataran (Ayat 18-20)

Satu bagian dari pagar halaman perlu mendapat perhatian khusus  yakni pintu gerbang pelataran. Dan pagar itu memisahkan perkemahan tempat orang Israel dengan Tabernakel dimana Tuhan tinggal. Itu membentuk batas antara pencipta dan ciptaanNya. Di depan Tabernakel ada pintu tinggi yang lebarnya 9 meter yang ditutupi tirai khusus. Tirai khusus ini didekorasi dengan warna khusus untuk menunjukkan bahwa itu adalah pintu masuk tempat Tuhan bersemayam. Kainnya identik dengan kain yang digunakan untuk kemah Tabernakel sendiri. Ini membuat hubungan yang jelas antara pintu masuk ke halaman dan pintu ke Tabernakel yaitu tempat di mana Tuhan berada.  Ketika orang-orang melihat tirai ungu di depan halaman maka mereka tahu bahwa itu adalah pintu masuk Rumah Tuhan. Ini adalah jalan menuju Tuhan. Hanya ada satu cara untuk masuk. Tidak ada pintu belakang  atau pintu samping ke Tabernakel. Tidak ada orang yang diizinkan untuk memasuki halaman dengan memanjat pagar dan hanya satu cara masuk yaitu jika orang ingin bertemu dengan Tuhan maka mereka harus masuk melalui pintu itu. Mengapa demikian?

Kita sudah belajar bahwa yang membedakan kita dari dunia bukan berkat kelimpahan, kemenangan dan mujizat tetapi kehadiran Tuhan itu sendiri. Di keluaran 33  yaitu waktu Tuhan akan mengirimkan malaikat dan memberikan kemenangan, diberikan janji tanah susu dan madu tetapi Tuhan tidak mau lagi bersama dengan mereka maka Musa berkata bahwa percuma semua kemenangan, semua susu dan madu serta semua malaikat yang dikirimkan kalau tidak ada Tuhan di sana.  Sesungguhnya kebutuhan terdalam dari manusia dan hasrat terdalam kita adalah apa yang kita cari dan dari semua yang kita kejar di dalam dunia itu sebenarnya adalah kehadiran Tuhan yang sudah jauh dan tidak bisa tinggal bersama dengan kita lagi karena dosa.

Jadi pintu itu menggambarkan Mesias yang akan datang. Hanya ada satu jalan menuju keselamatan, yaitu dengan iman kepada Yesus Kristus. Orang-orang selalu datang dengan cara mereka sendiri kepada Tuhan, apakah itu dengan melakukan perbuatan baik, menaati hukum, mempraktikkan suatu meditasi, atau memulai beberapa ziarah suci. Tapi hanya ada satu jalan masuk kepada  Tuhan. Yesus Kristus adalah pintu yang sempurna satu-satunya jalan keselamatan yang menjembatani manusia berdosa dengan Tuhan

Matius 7:13-14
13 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; 14 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."

Yohanes 10: 9
Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat

 

   

       B. Mezbah Korban Bakaran (1-7)

Imamat 6:12-13
Api yang di atas mezbah itu harus dijaga supaya terus menyala, jangan dibiarkan padam. Tiap-tiap pagi imam harus menaruh kayu di atas mezbah, mengatur korban bakaran di atasnya dan membakar segala lemak korban keselamatan di sana. 13Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam."

Kita sudah pernah membicarakan dimana Tuhan menyatakan kepada bangsa Israel bahwa Tuhan tidak lagi bersama mereka sebab mereka bangsa yang tegar tengkuk dimana kalau Tuhan ada ditengah-tengah mereka maka mereka bisa binasa ketika jatuh dalam dosa. Hal ini menunjukkan bahwa manusia berdosa tidak bisa tinggal dengan Tuhan yang maha kudus. Tuhan membenci dosa dan upah dosa adalah maut. Itulah sebabnya perlu ada altar dan di sinilah ada lima macam korban dimana angka lima menggambarkan tentang anugerah. Dan lima korban itu adalah korban bakaran, korban sajian, korban penghapus dosa, korban penebus salah dan korban keselamatan. Kelima macam korban di mana ada hewan yang disembelih dan dikorbankan dan ada darah tercurah dimana korban tersebut mempunyai tujuan yang berbeda tetapi pada intinya sama yaitu sebagai penebusan dan pendamaian  (Atonement) dimana tindakan pendamaian dan penebusan di dalam konteks ini berhubungan dengan sistim persembahan untuk menyelesaikan masalah dosa atau pelanggaran.

Ibrani 9:22b
tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.

Mengapa harus ada penumpahan darah yaitu karena kita orang berdosa dan dosa ada konsekuensinya. Untuk bertemu Tuhan yang kudus maka harus ada penebusan dan pendamaian atas dosa-dosa kita. Jadi pertama kali mereka masuk ke pelataran maka mereka langsung bertemu dengan mezbah korban bakaran yang penuh dengan darah dimana mereka diajar bahwa untuk bertemu dengan Tuhan yang kudus maka mereka pertama-tama perlu mempersembahkan korban untuk dosa-dosa mereka. Apakah semua pengorbanan ini benar-benar menebus dosa? iya dan tidak. Ya, karena begitulah cara Tuhan menyuruh orang Israel melakukan penebusan,  tetapi tidak, karena semua yang mereka tawarkan adalah darah hewan, yang sebenarnya tidak bisa menebus dosa-dosa manusia. Alkitab berkata, “tidak mungkin darah lembu jantan dan kambing untuk menghapus dosa ”(ibrani 10: 4).  Jadi mezbah korban bakaran itu hanya temporary dan bayangan dari yang akan datang. Sebab itu harus dilakukan secara berulang-ulang dan apinya tidak boleh mati.

Ibrani 9:26b-28
Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. 27Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, 28demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.

Yesus Kristus adalah korban yang sempurna. Darah Yesus yang tertumpah adalah darah Tuhan sendiri yang lebih dari cukup untuk melakukan penebusan atas manusia berdosa

          C. Bejana Pembasuhan : Kel. 30: 20 – 21 a

Bejana pembasukan ini terletak diantara mezbah bakaran dan pintu kemah Tabernakel menuju ruang kudus. 

Mezbah Korban berada paling dekat dengan pintu masuk ke pelataran. Setelah itu ada bejana pembasuhan, barulah pintu masuk ke kemah itu sendiri dengan dua ruangannya. Pengalaman orang Israel sendiri di masa lalu menggambarkan urutan yang sama. Pertama mereka dalam perbudakan, di Mesir, kemudian mereka dibebaskan melalui pengorbanan anak domba Paskah (malam Passover), yang dilambangkan dengan altar. Kemudian mereka diselamatkan dengan menyeberangi Laut Merah yang terbelah,  sedangkan musuh Mesir mereka dihancurkan. Air Laut Merah melambangkan pembasuhan dari hidup mereka yang lama.Vern Poythress (The Shadow of Christ in the Law of Moses,p.24)

Jadi rencana keselamatan dari Allah maka urutannya sudah dinubuatkan melalu desain Tabernakel.

Keluaran 30:20-21a
Apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan, haruslah mereka membasuh tangan dan kaki dengan air, supaya mereka jangan mati. Demikian juga apabila mereka datang ke mezbah itu untuk menyelenggarakan kebaktian dan untuk membakar korban api-apian bagi TUHAN, 21haruslah mereka membasuh tangan dan kaki mereka, supaya mereka jangan mati.

Setiap kali para Imam mempersembahkan korban di atas altar dan setiap kali mereka hendak masuk ke Tabernakel Musa dan Ruang Kudus maka mereka harus membersihkan diri. Seperti hampir semua hal lainnya di Tabernakel maka bejana pembasuhan ini adalah bayangan dari yang akan datang yaitu Injil . Alkitab sering menggambarkan  keselamatan di dalam Kristus dalam arti pembersihan dari dosa. Di dalam Kristus maka melalui pengorbanannya kita menerima justification. Dan melalui pembasuhannya kita menerima sanctification. Melalui Injil Kristus yaitu saat kita memandang salib maka kita sadar akan keberadaan kita sehingga kita bertobat dari segala dosa kita dan kita terus menerus disucikan supaya semakin serupa dengan Kristus.

          2. IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN KITA DAN GEREJANYA SAAT INI. 

Keluaran 38: 8
8Dibuatnyalah bejana pembasuhan dan juga alasnya dari tembaga, dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan.

Perempuan seharusnya tidak boleh melayani di Kemah Tabernakel. Tetapi ada para pelayan perempuan yang melayani di Kemah Pertemuan yaitu karena bejana pembasuhannya itu bahannya dari cermin tembaga dimana yang menyumbang adalah mereka. Sebab itu mereka diberi tempat untuk melayani di depan pintu Kemah Tabenakel sekalipun tidak ditulis apa yang menjadi tugas mereka. 

Ketika bangsa Israel masih ada dalam perbudakan maka cermin itu adalah teknologi yang mutakhir dan hanya dimiliki oleh orang-orang Mesir yang kaya. Budak tidak pernah melihat dirinya sendiri melalui cermin tetapi melalui pantulan air. Namun ketika bangsa Israel keluar dari Mesir maka Tuhan yang membuat orang-orang Mesir bermurah hati dengan memberikan mereka barang-barang yang berharga kepada orang-orang Israel dan termasuk diantaranya adalah cermin tersebut sehingga perempuan-perempuan Israel dapat berdandan.  Dan ada perempuan-perempuan yang menjadi bagian dari orang-orang saleh ketika mendengar Musa yang membutuhkan barang-barang yang berharga untuk dipakai bagi kemuliaan Tuhan maka mereka membawa cermin yaitu barang mereka yang paling berharga diberikan kepada Tuhan. Cermin-cermin pelayan wanita menjadi bahan bejana pembasuhan yang adalah barang berharga bagi mereka namun dipersembahkan kepada Tuhan sebagai lambang bahwa mereka ingin melihat Tuhan lebih dari kecantikan mereka sendiri. Demikian juga dalam kehidupan kita yaitu itu biarlah kemuliaan Tuhan itu menjadi yang paling utama dalam hidup kita lebih dari semua hal yang ada di dunia. Dan janganlah kita hidup dalam kekuatiran, kecemasan dan ketakutan sebab yang paling berharga itu sudah tinggal bersama dengan kita yaitu Tuhan yang kehadiranNya diusahakan diinisiatifkan untuk bersama dengan kita.