EXODUS WEEK 10 " BROKEN SPIRIT " Rev. Michael Chrisdion, MBA
Pembacaan : Keluaran 5: 22 – 6 : 12
Kitab Keluaran adalah tentang kisah tentang Tuhan. Pemahaman yang benar dan pandangan yang benar tentang siapa Tuhan itu akan membentuk dan memengaruhi setiap aspek kehidupan kita, cara kita berpikir, cara kita mengambil keputusan, cara kita bersikap, cara kita menangani stres, cara kita menangani kecemasan dan pergumulan kita. Karena cara pandang kita akan menentukan apa yang kita percayai dan mempengaruhi iman kita. Iman kita sering dipengaruhi keadaan sebab itu yang kita butuhkan bukan iman yang besar tetapi iman yang benar. Kalau iman kita berada ditempat yang benar maka ditengah situasi apapun kita akan merasa aman.
Kel 5:22-23
22Lalu Musa kembali menghadap Tuhan, katanya: “Tuhan, mengapakah Kauperlakukan umat ini begitu bengis? Mengapa pula aku yang Kauutus? 23Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu, dengan jahat diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan umat-Mu sama sekali.”
Di ayat ini Musa sedang menghadap Tuhan dengan pertanyaan “ mengapakah Kauperlakukan umat ini begitu bengis? Mengapa pula aku yang Kauutus?. Pertanyaan ini dia lontarkan sebab merasa malu dimana sekalipun Tuhan sudah menyatakan berbagai mujizatNya di depan Firaun namun ternyata Firaun tidak mau melepaskan bangsa Israel bahkan bertindak lebih kejam. Mungkin ini juga pertanyaan yang terjadi dalam kehidupan kita yaitu “mengapa keadaanku seperti ini…, mengapa ada bencana…mengapa ada virus korona , dll? Perlu kita pahami bahwa dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa maka penderitaan dan kejahatan itu tidak mengagetkan dan justru yang mengagetkan adalah kalau ada kebaikan di tengah-tengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini, bahkan kalau kita mau cari maknanya maka ada makna yang lebih tinggi di balik semua penderitaan yang ada di dunia ini.
D A Carson mengatakan “ Di dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa, justru kejahatan dan penderitaan dapat menjadi cara Allah untuk berbicara kepada seseorang atau suatu bangsa, untuk mendapatkan perhatian kita dari kehidupan yang berpusat pada diri sendiri dan kehidupan yang menyangkali keberadaan Tuhan. Kita jadi mengingat apa yang penting dan apa yang bermakna dalam hidup ini. “
Kita bisa melihat bahwa pandemik ini sebagai sebuah cara ilahi kepada manusia untuk mendatangkan kebaikan pada manusia. Wabah seperti ini memaksa manusia untuk memikirkan kehidupan dan kematian. Ini adalah bisikan ilahi yang sangat kuat di telinga kita. Selama ini ribuan kematian terjadi setiap hari di seluruh penjuru dunia, tetapi manusia cenderung tidak mempedulikannya. Semua dianggap wajar. Jarang ada yang terdorong untuk merenungkan kehidupan secara lebih serius. Ketika wabah melanda maka kita dipaksa untuk berdiam di rumah. Orang mulai peduli dengan kehidupan dan kematian. Apa yang selama ini dipandang wajar sekarang mulai direnungkan. Apa yang dulu tidak dihargai maka sekarang menjadi sangat di apresiasi dan dijaga, misal masalah kesehatan, ahli-ahli medis, dsb. Ada kebaikan yang dimunculkan Allah melalui situasi yang buruk ini (Roma. 8:28).
1. CARA KITA DAN WAKTU KITA BERBEDA DENGAN CARA TUHAN DAN WAKTU TUHAN
24Tetapi Tuhan berfirman kepada Musa: “SEKARANG (NOW) engkau akan melihat, APA YANG AKAN KULAKUKAN (HOW) kepada Firaun; sebab dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan membiarkan mereka pergi, ya dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan mengusir mereka dari negerinya.”
Sebenarnya waktu kita mengeluh dan berkata kepada Tuhan “ Mengapa? “ maka kita ini sedang memaksa Tuhan untuk mengikuti cara kita. Kita merasa lebih bijaksana daripada Tuhan sehingga mungkin kita berpikir kalau kita ini Tuhan maka kita tidak akan membiarkan semua penderitaan itu terjadi. Dan kalau kita berkata bahwa “ itu tidak adil “ maka kita berpikir bahwa kita lebih adil daripada Tuhan. Kita berpikir bahwa cara dan waktu kita mungkin lebih baik padahal Tuhan berkata bahwa waktu kita dan cara kita sangatlah berbeda dengan waktu dan cara Tuhan. Firman Tuhan berkata dalam Yesaya 55: 8 - 9;
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. 9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Seringkali kita tidak dapat melihat gambaran Tuhan yang besar dimana Dia adalah Alfa dan Omega yang menjadi arsitek kehidupan serta bisa melihat awal dan akhir dari kehidupan ini. Dalam teologi kita menyebut ini sebagai “kebaikan yang lebih besar” (greater good). Baik atau tidaknya sesuatu perlu ditimbang dari hasil yang dirancang di baliknya pada akhirnya. Apa yang terlihat buruk belum tentu memang buruk, kalau hal itu menghasilkan kebaikan yang melampaui “keburukannya”. Banyak contoh praktis tentang ini misalkan ketika kita mengijinkan anak kita untuk mendapatkan vaksin yang seakan-akan kita merampas kenyamanan anak kita dan membiarkan anak saya mengalami rasa sakit bahkan setelah itu dia demam namun sebenarnya itu untuk kebaikan yang lebih besar bagi hidupnya. Begitulah sebenarnya cara kita memandang dalam menghadapi penderitaan yaitu apapun yang menjadi pergumulan kita sekarang maka cara kita dan waktu kita berbeda dengan cara Tuhan dan waktu Tuhan.
1Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Akulah Tuhan. 2 Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Maha Kuasa (EL-SHADDAI), tetapi dengan nama-Ku Tuhan Aku belum menyatakan diri.
Di ayat ini Tuhan menyatakan diriNya sebagai “ Allah Yang Maha Kuasa (El-Shaddai ) artinya Allah yang kuasanya lebih dari cukup untuk melaksanakan janjiNya. Dan kalau kita perhatikan mulai ayat 1 sampai 7 maka melalui kata “ El-Shaddai ada 14 kata “ Aku “ dan 5 kata “ Ku “ untuk menyatakan bahwa Tuhan itu kuasanya lebih dari cukup untuk melaksanakan janjiNya.
1Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Akulah Tuhan. 2 Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku Tuhan Aku belum menyatakan diri. 3Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing, 4tetapi Aku sudah mendengar juga erang orang Israel yang telah diperbudak oleh orang Mesir, dan Aku ingat kepada perjanjian-Ku.
Yang lalu kita sudah belajar bahwa “ Tuhan bukan hanya pemberi janji tetapi Dia setia kepada janjiNya dan Dia juga selalu menggenapi janjiNya.” Kalau dikatakan bahwa Dia itu “ingat” bukan berarti Dia lupa atau Dia tidak pernah lupa. Tetapi waktu Alkitab mengatakan ini maka artinya sekarang waktunya Tuhan membela umatNya itu telah tiba. Sebab itu apabila kita sedang menghadapi penderitaan maka kita harus ingat bahwa waktu Tuhan tidak sama dengan waktu kita serta Tuhan adalah Tuhan yang baik dan berdaulat yang mengontrol hidup kita.
5Sebab itu katakanlah kepada orang Israel: Akulah Tuhan, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat. 6Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, Tuhan, Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir. 7Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah Tuhan.”
Ada pesan Injil yang dinyatakan dalam ayat-ayat ini yaitu “ Bukan tentang apa yang harus kita lakukan tetapi tentang apa yang Tuhan sudah selesaikan .” Ada 7 perkataan “ Aku akan “ dalam ayat-ayat tersebut yaitu :
Kalau kita kembali pada narasi Alkitab maka pada awalnya Tuhan menciptakan surge dan bumi di taman Eden (Creation) dan semua itu baik. Tetapi karena dosa maka ada perpisahan antara Allah dan manusia (The Fall). Namun dalam belenggu dan kutuk dosa maka ada inisiatif Tuhan untuk penebusan umatNya (Redemption) sehingga ada janji Tuhan melalui 7 perkataan “ Aku akan “ dan akhirnya kita akan dibawa kepada Restoration dimana aka nada langit baru dan bumi baru. Sebab itu kalau mungkin kita sedang dalam masalah maka kita berada dalam cerita yang besar ini dimana kita belum melihat tetapi kita sebenarnya sudah ada dalam Penebusan Tuhan. Sebab itu janganlah kita takut atau marah sebab Tuhan tahu apa yang ada dalam hidup kita.
2. KEADAAN SEBENARNYA TIDAK PERNAH MENGHANCURKAN IMAN KITA TETAPI KEADAAN AKAN MENGUNGKAPKAN KUALITAS IMAN KITA
8Lalu Musa mengatakan demikian kepada orang Israel, tetapi mereka tidak mendengarkan Musa karena mereka putus asa( BROKEN SPIRIT/BROKEN HEARTED) dan karena perbudakan yang berat itu.
Disini kita melihat bagaimana bangsa Israel tidak mau mendengarkan Musa karena mereka putus asa akibat perbudakan yang berat. Demikian juga kalau kita sedang mengalami seperti yang dialami bangsa Israel maka kita bisa menguji bahwa “ keadaan sebenarnya tidak pernah menghancurkan iman kita tetapi keadaan akan mengungkapkan kualitas iman kita apakah iman kita benar atau besar tetapi di tempat yang salah. Dan itulah yang dialami oleh bangsa Israel yang merasa putus asa (broken spirit) karena mereka menempatkan iman mereka pada tempat yang salah yaitu mungkin menaruh imannya pada Musa, Firaun atau diri mereka sendiri.
GOSPEL CONNECTION
Yesaya 61:1
1Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati(BROKEN HEARTED), untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara
Ayat ini di baca ulang oleh Yesus Kristus waktu Dia mau memulai pelayananNya. Yesus datang pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas dan membacanya.
Lukas 4: 17 - 21
4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Jadi kalau kita bertanya “ mengapa Allah tidak meniadakan kejahatan dan penderitaan?” maka jawabannya adalah “Sudah” . Dia sudah memulai proyek pemusnahan kejahatan dan penderitaan dan Dia bukan hanya membasmi tetapi Dia masuk ke tempat paling dalam yaitu membasmi akarnya yaitu dosa. Itu sebabnya Tuhan berinkarnasi menjadi manusia supaya Dia yang tidak mengenal dosa menjadi dosa supaya kita yang berdosa tidak terus hidup dalam dosa tetapi menjadi kebenaran dalam Allah.
Ibrani 2:14&18 (BIMK)
14Oleh sebab orang-orang yang Ia sebut anak itu, adalah makhluk manusia yang dapat mati, maka Yesus sendiri menjadi sama dengan mereka dan hidup dalam keadaan manusia. Ia berbuat begitu, supaya dengan kematian-Nya Ia dapat menghancurkan Iblis yang menguasai kematian…
18Dan karena Ia sendiri pernah menderita dan dicobai, Ia dapat menolong orang-orang yang terkena cobaan.
Inkarnasi Kristus ke dalam dunia menjadi bukti paling konkrit bagi keseriusan Allah dalam memberantas kejahatan dan penderitaan. Kematian-Nya di atas kayu salib merupakan pukulan telak bagi sumber kejahatan dan penderitaan yaitu dosa dan Iblis. Waktu kita berkata mengapa atau berpikir bahwa tidak ada yang merasakan duka dan penderitaan kita maka sesungguhnya Yesuspun pernah mengalami hal itu. Itulah sebabnya Yesus harus datang sebagai manusia yaitu supaya Dia bisa merasakan apa yang kita rasakan. Ketika dikayu salib Yesus berkata “ Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku “ maka Dia lakukan itu supaya ketika kita berada dalam kesendirian dan keputusasaan maka kita tidak akan pernah merasa ditinggalkan dan dimampukan untuk menang mengalahkan keputusasaan. Yesus tidak hanya mati tetapi bangkit pada hari yang ketiga, dosa dikalahkan dan perbudakan dan belenggu dosa dipatahkan serta maut tidak lagi berkuasa.
Kalau dalam Perjanjian Lama dikatakan “ Aku akan “ maka Yesus mengatakan “ Aku sudah selesai “
Kelak Tuhan akan memusnahkan penderitaan dan kejahatan secara total. Di bumi dan langit baru akan terjadi pemulihan besar-besaran dimana tidak ada lagi dosa, penderitaan, air mata, virus atau kegoncangan ekonomi, tetapi yang ada adalah kemuliaan Tuhan dimana kita bersama-sama dengan Dia.
Kalau saat ini kita sedang resah atau mengalami keputusasaan maka mari kita renungkan yaitu jangan-jangan kita sedang menempatkan iman kita pada tempat yang salah. Kalau kita bisa menempatkan iman kita pada tempat yang benar maka kita bisa mengobati semua keresahan kita sebab kita tahu bahwa kita sudah menerima semua yang Yesus sudah selesaikan dalam hidup kita.
2 Korintus 1:20
Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.
Janji Tuhan disini tidak berbicara tentang hal-hal materi tetapi tentang Kristus. Sebab itu janganlah kita mencari terobosan atau mujizat sebab terobosan yang sesungguhnya adalah kita dimiliki Kristus dan mujizat yang sesungguhnya adalah kita dianugerahi Kristus, diselamatkan, dibebaskan, diadopsi dan disertai oleh Kristus.
St Agustine mengatakan “Engkau menciptakan kami untuk dirimu sendiri Ya Tuhan, hati kami tidak bisa menemukan ketenangan sampai akhirnya hati kami menemukan perhentian, tempat ketenangan di dalam Mu Ya Tuhan”
Mungkin hari ini kita merasa restless, kuatir atau berteriak mengapa dan tidak ada yang pernah merasakan apa yang kita rasakan. Sesungguhnya Yesus pernah merasakan apa yang kita rasakan. Dia bukan hanya menebar janji namun Dia menepati janjiNya. Dia bukan hanya berkata Aku akan tetapi hari ini Dia berkata kepada kita “ Aku sudah “. Sebab itu sekarang kita bisa rest sebab Injil bukan tentang kita tetapi Injil tentang Tuhan yang setia kepada kita. Injil bukan tentang apa yang kita harus lakukan tetapi apa yang Tuhan sudah selesaikan buat kita.