God Is Able

 EXODUS WEEK 8 " GOD IS ABLE " Rev. Michael Chrisdion, MBA

 

 

Pembacaan : Keluaran 4 : 1 - 31

 

1. Tanda mujizat yang terjadi itu bukan tentang kita tetapi menunjukkan kepada Tuhan (Tentang Tuhan)

 

Pada pasal 3 diceritakan bahwa Musa takut kalau orang Israel tidak percaya kepadanya sebab itu ketika Tuhan memanggil dia maka dia berkata “siapakah aku Tuhan” dan juga bertanya kepada Tuhan “siapa Engkau “? Sehingga akhirnya Tuhan menyatakan namaNya. Dalam Pasal 4 ini Musa bertanya kembali karena takut bangsa Israel tidak percaya kepadanya sehingga Tuhan memberikan tanda-tanda dan mujizat. Dalam Alkitab maka mujizat itu dibicarakan sebagai tanda yang fungsinya adalah menunjuk kepada sesuatu atau seseorang. Seperti kalau kita melihat suatu penunjuk arah yang menunjukkan arah ke suatu tempat maka itu hanya tanda dan bukan tempat atau tujuannya itu sendiri. Namun sekarang banyak orang mencari mujizat itu sebagai tujuan dan bukan sebagai tanda. Kalau kita perhatikan bahwa semua mujizat yang terjadi dan tertulis di dalam Alkitab itu selalu merujuk, mengacu dan menunjuk kepada seseorang. Dan mujizat itu bukan tujuannya tetapi hanyalah tanda kepada sesuatu yang merupakan arti sesungguhnya. Sebab itu kalau kita menjadi orang yang hanya  cari terobosan, berkat dan  mujizat maka kita kehilangan tujuan yang sesungguhnya. Banyak orang berupaya mencari mujizat padahal mujizat yang terbesar adalah Yesus yang adalah Tuhan rela turun ke dunia dan mati di kayu salib, bangkit, naik ke surga dan RohNya sekarang tinggal dalam kita. Dan sekarang tubuh kita menjadi Bait Roh Kudus. Sebab itu kalau kita tidak mengalami mujzat secara jasmani bahkan mengalami penderitaan selama kita hidup di dunia ini maka seperti Para Rasul kita bisa berkata bahwa penderitaan yang kita alami itu tidak ada bandingnya dengan kemuliaan yang akan kita terima dalam Kristus. 

Tanda dan mujizat menunjuk kepada Sang Pemberi Mujizat

8“Jika mereka tidak percaya kepadamu dan tidak mengindahkan tanda mujizat yang pertama, maka mereka akan percaya kepada tanda mujizat yang kedua. 9Dan jika mereka tidak juga percaya kepada kedua tanda mujizat ini dan tidak mendengarkan perkataanmu, maka engkau harus mengambil air dari sungai Nil dan harus kau curahkan di tanah yang kering, lalu air yang kauambil itu akan menjadi darah di tanah yang kering itu.”

 

Tanda dan mujizat disini berbicara tentang siapa yang mengirim Musa yaitu menunjuk kepada Sang Pemberi mujzat.  Sebab itu kalau kita mendapat mujizat maka bukan supaya kita bahagia atau berhasil sebab itu bukan tujuannya. Tetapi kalau ada mujizat yang terjadi itu supaya kita kenal siapa Pemberi mujizatnya yaitu supaya kita mengenal Tuhan. Demikian juga kalau kita melihat ciptaan itu tujuannya adalah supaya kita mengenal siapa penciptanya.

 

Kalau kita perhatikan dalam cerita ini yaitu mengapa Tuhan menyatakan mujizatNya melalui tongkat menjadi ular, tangan yang dimasukkan jubah menjadi kusta dan air dari sungai Nil yang dicurahkan ke tanah menjadi darah yaitu ternyata masing-masing ada maknanya yaitu ular melambangkan kuasa atau kedaulatan Musa, kusta melambangkan penyakit yang ditakuti, dan sungai Nil melambangkan sumber kesuburan atau kekayaan. Ketika Tuhan memerintahkan Musa untuk melemparkan tongkatnya menjadi ular dan memegang ekor ular itu kemudian menjadi tongkat kembali maka itu menunjukkan bahwa kedaulatan Tuhan itu lebih besar dari kedaulatan Firaun atau Mesir. Ketika Musa memasukkan tangannya dalam jubah dan menjadi kusta dan dimasukkan lagi menjadi sembuh yaitu menunjukkan bahwa Tuhan itu lebih besar daripada apa yang ditakuti oleh bangsa Mesir. Demikian juga kalau kita sedang mengalami ketakutan akan penyakit yang kita derita maka kita harus percaya bahwa Allah lebih berdaulat daripada penyakit kita. Kalaupun penyakit itu akan merusak tubuh kita maka itu tidak akan merusak jiwa kita yang sudah diselamatkan. Waktu Musa diperintahkan untuk mencurahkan air sungai Nil ke tanah dan menjadi darah untuk menunjukkan bahwa Tuhan itu lebih superior dari sumber kekayaan bangsa Mesir. 

 

Tiga hal ini sebenarnya adalah hal-hal yang dicari oleh manusia yaitu kekuasaan, kesehatan dan kekayaan yang dicari oleh manusia. Ini juga berbicara tentang kepada siapa kita menaruh iman kita. Kalau kita menaruh iman kita pada kekuasaan atau pemerintah  maka Tuhan itu lebih berdaulat dari pemerintah. Kalau kita mau menaruh iman kita kepada dokter maka Tuhan berdaulat atas kesehatan kita sebab Dia adalah dokter di atas segala dokter. Kalau kita mau menaruh iman kepada kekayaan maka Tuhan lebih berdaulat atas kekayaan dunia ini  sebab Dialah sang pencipta dunia ini   dan pemberi kehidupan. 

 

2. Saat Tuhan Memberikan Panggilan Itu Bukan Tentang Kita Tetapi Tentang Tuhan

 

10Lalu kata Musa kepada Tuhan: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.” 11Tetapi Tuhan berfirman kepadanya: “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan? 12Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.”13Tetapi Musa berkata: “Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.” 14Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap Musa dan Ia berfirman: “Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya. 15Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan. 16Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya. 17Dan bawalah tongkat ini di tanganmu, yang harus kaupakai untuk membuat tanda-tanda mujizat.”

Mengapa ketika Musa dipanggil Tuhan merasa tidak pandai bicara? Ada yang mengatakan bahwa Musa itu gagap. Ada yang mengatakan bahwa Musa sudah lupa bahasa Mesir dan ada yang berkata bahwa Musa sudah begitu lama meninggalkan sekolah Mesir sehingga dia takut untuk tidak bisa menjawab argumentasi Firaun. Namun anehnya disini yaitu ketika Musa beralasan dan berdebat dengan Tuhan maka dia bisa berbicara dengan lancar sekali. Hal ini sama dengan kita yaitu ketika kita dipangil Tuhan maka banyak sekali alasan untuk tidak meresponi dan menghidupi panggilan Tuhan itu. Sebab itu kalau kita mendapat panggilan Tuhan maka janganlah kita melihat diri kita sendiri sebab pasti kita tidak akan mampu. 

11Tetapi Tuhan berfirman kepadanya: “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan? 12Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.

Tuhan yang menciptakan Musa, yang menyelamatkan,  melindungi Musa dalam perantauan dan Tuhan yang memanggil Musa atas inisiatifNya, kasih karunia dan anugerahNya yang menopang, maka Tuhan yang sama tahu kelemahan, keterbatasan dan ketidak mampuan Musa. 

Roma 11:33-36
33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! 34 Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? 35Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? 36Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

 

Panggilan Tuhan atas Musa bukan tentang Musa tetapi tentang Tuhan. Tuhan berkuasa dan berdaulat melebihi semua keterbatasan kita, kelemahan kita dan ketidakmampuan kita. Kadang kita seperti Musa yaitu suka melihat kepada keterbatasan,  kelemahan dan ketidakmampuan kita. Mari kita sama-sama mengalihkan perhatian kita bahwa Tuhan itu yang akan menyempurnakan ketidakmampuan kita. Seperti Musa maka kita cenderung  melihat ketidak mampuan kita sendiri dan mengandalkan diri sendiri dan selalu lupa bukan tentang apa yang kita hadapi tetapi siapa yang bersama dengan kita. Jika Tuhan bersama kita maka kita akan dapat melakukan kehendak-nya, walaupun kita lemah maka Tuhan yang menguatkan dan walaupun kita tidak mampu maka Tuhan yang memampukan. 

 

21Firman Tuhan kepada Musa: “Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.

Waktu dikatakan Tuhan mengeraskan hati Firaun maka ini bukan berarti Tuhan membuat Firaun yang hatinya baik dan taat terus dibuat oleh Tuhan menjadi jahat dan keras, tetapi dari awal Firaun memang sudah jahat, bengis dan menolak Tuhan. Tetapi rencana Tuhan tidak bisa digagalkan oleh manusia bahkan Tuhan memakai kejahatan dan kebengisan Firaun untuk menunjukkan kuasaNya dan menyatakan kemuliaanNya. Sama seperti dalam kehidupan kita yaitu pada saat kita mengalami banyak kesengsaraan atau mengalami penderitaan maka itu adalah akibat dosa dan konsekuensi dari kesalahan kita sendiri atau karena keadaan dunia yang sedang menuju kepada kebinasaan. Tetapi Tuhan bisa memakai kesengsaraan dan bahkan konsekuensi dosa kita untuk menunjukkan kebesaranNya dan kemuliaan kasih karuniaNya! Dalam segala sesuatu yang kita alami maka kita harus percaya bahwa Allah berdaulat dan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. 

 

Gospel Connection

 

22Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman Tuhan: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; 23 sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung.”

 

Disini dikatakan bahwa Israel disebut sebagai anak Allah yang sulung yang harus dibawa keluar dari Mesir sebab kalau tidak maka anak  sulung dari orang Mesir akan mati. Dan yang terjadi akhirnya anak sulung Mesir mati dan anak Allah yaitu bangsa Israel keluar dari Mesir yang artinya untuk supaya keluar dari Mesir maka harus ada korban. Namun setelah keluar dari Mesir semestinya bangsa Israel diperintahkan untuk menyembah Tuhan namun mereka tidak mau menyembah Tuhan tetapi justru menyembah allah-allah lain. Bangsa Israel yang seharusnya dipakai Tuhan untuk rencana penebusanNya itu sepertinya gagal sebab mereka diberkati bukan menjadi berkat tetapi malah menyalah gunakannya. Tetapi kita memiliki Allah yang berdaulat dimana kegagalan bangsa Israel tidak dapat menggagalkan rencana Tuhan. Apa yang bangsa Israel (Simbol Anak Allah) tidak mampu lakukan maka Yesus Kristus yaitu pribadi kedua Allah Tritunggal  menyelesaikannya secara sempurna. Dulu kita adalah musuh Allah tetapi melalui pengorbanan Yesus sekarang kita menjadi anak-anak Allah.

24Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, Tuhan bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. 25Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: “Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku.” 26Lalu Tuhan membiarkan Musa. “Pengantin darah,” kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu.

Mengapa Tuhan sangat marah mengenai anak Musa yang tidak disunat. Sunat adalah tanda jasmani (covenant) yaitu tanda ikatan perjanjian Tuhan bahwa umat Tuhan harus disunat karena ada darah yang tercurah dan adalah tempat yang sangat sensitif. Musa yang mestinya adalah gambaran penyelamat Israel tidak melakukan tugasnya sebagai kepala keluarga untuk menyunatkan anaknya artinya dia kurang peduli terhadap covenant ikatan perjanjiannya Tuhan untuk menyelamatkan keluarganya, itulah sebabnya Ziporah yang melakukannya. Apa Makna Injilnya yaitu Apa yang Musa (Gambaran Penyelamat) tidak mampu lakukan maka Yesus Kristus yaitu pribadi kedua Allah Tritunggal menyelesaikannya secara sempurna. Sunat kita sekarang bukan sunat jasmani tetapi sunat Kristus yaitu Dia memberikan darah dan tubuhNya. Sekarang kita menjadi umat Allah bukan karena apa yang kita lakukan tetapi apa yang Kristus sudah selesaikan. Sekarang kita tidak dapat diganggu gugat dan  tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus.

 

Kolose 2:9-11
9Sebab dalam Dialah (Kristus) berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, 10dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa. 11Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,

 

3. Kalau Segala Sesuatu Itu Tentang Tuhan Dan Menunjuk Kepada Tuhan Maka Percayalah Kepadanya Dan Hiduplah Untuk Kemuliaannya. 

 

Semua cerita diatas sebenarnya bukan tentang Musa atau bangsa Isreal tetapi tentang kesetiaan Tuhan. Kalau Tuhan itu setia terhadap Musa dan bangsa Israel maka Dia juga akan setia kepada kita. Dan kalau segala sesuatu itu tentang Tuhan dan menunjuk kepada Tuhan maka percayalah kepadaNya dan hiduplah untuk kemuliaanNya. Jangan kita hidup untuk dunia ini atau hanya mencari mujizat dan berkatNya sebab Tuhan sudah melakukan semua itu, namun mari kita percaya kepada kesetiaaNya dalam hidup kita sampai saat ini serta hidup untuk kemuliaanNya.