EXODUS WEEK 7 " GOD SPEAK " Rev. Michael Chrisdion, MBA
Pembacaan : Keluaran 3 : 1 -22
- TUHAN BERBICARA DAN DAN BERJUMPA DENGAN MUSA
Keluaran 3: 1 - 4
1Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. 2 Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. 3Musa berkata: “Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?” 4Ketika dilihat Tuhan, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: “Musa, Musa!” dan ia menjawab: “Ya, Allah.”
Peristiwa ini terjadi pada waktu Musa sudah berumur 80 tahun yaitu setelah dia melarikan diri dari Mesir. Ketika sampai di Midian bertemu para perempuan yaitu anak Yitro dank arena Musa membantu mereka akhirnya Yitro mengawinkan Musa dengan salah satu anak perempuannya dan menjadi gembala kambing domba Yitro. Ditengah kegagalan dan keputusasaannya itulah tiba-tiba ada suatu peristiwa dimana Tuhan memanggil Musa dan berbicara dengan dia. Musa mengalami penampakan malaikat dalam nyala api yang keluar dari semak duri namun semak duri itu tidak terbakar. Dan setelah Musa mendekat untuk memeriksanya maka terdengarlah suara Allah memanggilnya. Sebenarnya pada awalnya Musa tidak tahu kalau yang menampakkan diri itu Tuhan dan setelah Tuhan berbicara maka barulah Musa tahu bahwa itu adalah Tuhan. Dari sini kita belajar satu doktrin yaitu kita tidak bisa mengenal Tuhan kalau bukan Tuhan yang berinisiatif untuk berbicara, memanggil dan menjumpai kita.
Seringkali kita ini merasa bahwa kita kenal Tuhan itu karena kita memikirkan tentang Tuhan. Namun sebenarnya kalau Tuhan tidak berinisiatif untuk menyatakan diriNya kepada kita maka kita tidak akan pernah kenal Tuhan. Dan pengenalan kita akan Tuhan mencapai puncaknya di dalam Yesus Kristus yang merupakan wujud Tuhan yang menjadi manusia. Dan yang kedua tentu saja melalui ayat-ayat alkitab yang merupakan Firman Tuhan yang dinyatakan kepada kita. Jadi kalau kita perhatikan maka Musa tidak mempunyai akses kepada Tuhan kalau bukan Tuhan yang lebih dulu berinisiatif untuk menyatakan diriNya kepada Musa. Perlu kita renungkan bahwa kita suka lupa asal mula bagaimana kita mengenal Tuhan. Sering kita hanya berasumsi bahwa kita langsung mengenal Tuhan dan kita pikir kita bisa mengenal Tuhan dengan belajar atau dengan kekuatan kita sendiri. Untuk mengenal orang saja maka kita membutuhkan inisiatif dari seseorang untuk membuka dirinya dan berkomunikasi serta berinteraksi. Namun untuk mengenal Tuhan maka kita tidak bisa datang sesuka kita tetapi Tuhan yang menyatakan diriNya kepada kita. Sebab itu ada dua tipe pernyataan (revelation) yaitu pernyataan umum (general revelation) dimana kita bisa observasi dan interaksi. Namun untuk Tuhan maka kita perlu pernyataan khusus (special revelation) yaitu hanya orang-orang yang dipilihNya dan atas inisiatifNya maka Tuhan dapat menyatakan diriNya. Dan kita suka lupa bahwa kalau kita bisa kenal Tuhan itu bukan karena kita yang berpikir sendiri tetapi Tuhan yang menyatakan dirinya di dalam kita. Jadi dari pihak kita maka kita tidak akan mampu mengenal Tuhan kalau Dia tidak lebih dahulu berinisiatif dan memanggil kita seperti Musa.
Mengapa Tuhan Menjumpai Musa?
Mengapa Tuhan yang begitu suci, kudus dan mulia mau mengenal seorang seperti Musa padahal Musa adalah seorang buron dan pembunuh yang tidak memiliki kualifiasi untuk dipanggil Tuhan.
5Lalu Ia berfirman: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.” 6Lagi Ia berfirman: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
Dalam Alkitab kita jumpai bahwa setiap orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan selalu mengalami ketakutan. Perjumpaan dengan Tuhan adalah pengalaman yang traumatis karena membuat kita sadar bahwa kita adalah orang yang berdosa. Kalau bukan Tuhan dan anugerahNya maka sebenarnya bisa hangus dan mati karena dihukum sebab Tuhan itu maha suci dan kita adalah orang berdosa. Sebagai contoh kalau dengan orang yang lebih berpengaruh, lebih berpangkat dan lebih kaya saja maka kita bisa sungkan atau takut apalagi dengan Tuhan yang maha suci, mulia dan kudus maka kita akan lebih takut lagi karena kita begitu banyak dosa. Seringkali kita hanya menganggap Tuhan itu sebagai sahabat namun lupa bahwa Tuhan yang sama itu juga sangat membenci dosa dan bisa menghanguskan kita kapan saja. Kalau tanpa anugerah dan inisiatifNya untuk menyelamatkan maka kita ini layak untuk dibinasakan. Seringkali kita mempunyai imajinasi tentang Tuhan bahwa Tuhan itu selalu setuju dengan kita, tidak pernah menegur kita dan tidak bertentangan dengan kita maka itu bukanlah Tuhan. Tuhan yang sebenarnya pasti akan mengingatkan kita, menegur dan mengarahkan kita. Membuat kita nyaman dan aman tetapi juga tidak membuat kita nyaman dengan dosa serta menyatakan karakterNya kepada kita. Jadi Tuhan berinisiatif untuk memilih kita walau kita masih berdosa tetapi Dia begitu mengasihi kita sehingga Dia juga mengubah kita untuk serupa dengan gambarNya.
2. TUHAN BERBICARA MENYATAKAN NAMANYA
7Dan Tuhan berfirman: “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. 8Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. 9Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. 10Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.”
13 Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka?
Waktu Musa bertanya tentang nama maka dalam konteks Alkitab nama itu menandakan siapa orang itu atau keturunannya yang berbicara tentang otoritas, kredibilitas dan integritasnya. Sebab itu Alkitab berkata lebih baik nama baik dan nama yang harum. Jadi nama yang akan disebutkan Tuhan ini akan mendefinisikan Tuhan dan menjadi basis otoritas Musa untuk menghadap Firaun.
14 Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”
Ketika Tuhan menyatakan namanya “ Aku adalah Aku “ artinya Allah yang mendefinisikan diriNya sendiri dan Allah Tritunggal yang eksistensial dari diriNya sendiri. Allah tidak membutuhkan penyebab dan standar karena Dia sendiri standarnya. Sebagai contoh : Tuhan tidak menjadi baik karena Dia memenuhi Kriteria Kebaikan dan melakukan apa yang menjadi kriteria kebaikan itu sehingga Dia menjadi baik. Seorang ayah dianggap sebagai ayah yang baik ketika kita mengasuh,, terlibat, membiayai, meluangkan waktu dan mengasihi anak kita maka kita bisa dibilang orang ayah yang baik. Kita dianggap sebagai orang baik ketika kita ramah, suka menolong orang, melakukan kegiatan sosial, tidak mendendam, pemaaf, sabar, dan setia kawan. Manusia untuk perlu baik/good maka perlu sebuah Standard (tolak ukur) baik/good dan kalau kita memenuhi standard tersebut maka kita baru bisa disebut baik/Good.
Tetapi tidak begitu dengan Tuhan dimana Tuhan itu baik bukan karena Dia menyertai, mengampuni atau bukan karena Dia melakukan hal-hal itu semua. Tetapi Tuhan baik karena Tuhan adalah kebaikan itu sendiri. Kebaikan Tuhan tidak ditentukan oleh suatu definisi atau standard tetapi Tuhanlah definisi, standard dan tolak ukur kebaikan itu.
Tuhan bukan hanya punya kebaikan atau mencari kebaikan atau melakukan kebaikan tetapi Tuhan adalah definisi dan eksistensi kebaikan itu sendiri. Tuhan bukan hanya punya kasih atau mencari kasih atau melakukan kasih tetapi Tuhan adalah kasih dimana definisi dan eksistensi Kasih itulah Tuhan. Tuhan bukan hanya punya kesetiaan atau berlaku setia atau mengusahakan kesetiaan tetapi definisi dan eksistensi setia itulah Tuhan. Dengan demikian itu akan menenangkan kita sebab kebaikan Tuhan tidak tergantung dari standard apapun karena definisi kebaikan dan eksistensi kebaikan adalah Tuhan sendiri. Dan Tuhan tetap baik apapun yang terjadi atas hidup kita karena Dia adalah kebaikan yang kekal, Tuhan adalah Tuhan.
Jadi ketika Musa disuruh menghadap Firaun dan berkata bahwa “Tuhan adalah Tuhan “ maka itu untuk menyatakan kepada Firaun bahwa sekalipun dia memiliki kuasa yang sangat hebat dibandingkan dengan penguasa-penguasa lain disekitarnya namun kalau dibandingkan dengan Tuhan yang berkuasa menciptakan segala alam semesta dengan FirmanNya maka Firaun itu tidak ada apa-apanya. Dengan pandangan seperti ini maka maka kita sekarang bisa berkata seperti yang dikatakan Firman Tuhan yaitu “ kalau Allah dipihak kita maka siapa yang menjadi lawan kita “.
Yohanes 10: 28-29
dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
Kalau Tuhan adalah defisini kebaikan dan kasih yang berinisiatif untuk menyelamatkan kita maka itu yang menjamin bahwa kita tidak akan kehilangan keselamatan. Kalau Tuhan yang berinisiatif menopang kita maka kita tidak akan gagal. Sebab itu Rasul Paulus berkata “ tidak ada yang dapat
3. TUHAN TIDAK LUPA ATAS IKATAN PERJANJIANYA
11Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” 12Lalu firman-Nya: “BUKANKAH AKU AKAN MENYERTAI ENGKAU? Inilah tanda bagimu, bahwa AKU YANG MENGUTUS ENGKAU: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.”…. 15Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: Tuhan, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak & Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun
Kita perlu tahu bahwa pilihan Tuhan atas Musa itu tidak bersyarat. Baik Musa atau bangsa Israel dipilih bukan karena mereka memiliki kualifikasi. Mengapa Musa dipilih atau mengapa Tuhan mau membebaskan bangsa Israel yaitu bukan karena mereka baik, layak atau mereka kudus tetapi Tuhan bertindak tanpa kondisi yaitu karena Dia membuat perjanjianNya atas Abraham, Ishak dan Yakub. Tuhan melakukan itu atas inisiatifNya, atas kedaulatanNya, atas pilihannya dan atas kasih karuniaNya.
Roma 9 - 15 Sebab Ia berfirman kepada Musa:
“Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” 16Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.
Roma 11 - 6Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.
Keputusan Tuhan untuk setia dan mengasihi Musa dan bangsa tidak tergantung dari performa mereka atau dari keberanian Musa tetapi semata-mata karena kedaulatanNya, kasihNya yang sempurna. Dan waktu kita menerima ini semua maka kita akan dimampukan untuk setia dan mengasihi Tuhan. (1 Yohanes 4:10)
Arti Semak Duri Yang Menyala
2 Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api
Apa yang mau disampaikan Tuhan melalui simbol ini yaitu akan ada waktunya dimana Tuhan akan tinggal di tengah-tengah umatNya dengan kekudusanNya dan umatNya yang berdosa tidak hangus karena kekudusanNya tetapi malah diselamatkan. Kalau kita bayangkan maka semak duri dana pi itu tidak bisa menyatu yaitu semak duri itu pasti terbakar. Demikian juga ketika Tuhan yang kudus bertemu dengan yang berdosa maka yang berdosa itu akan hangus dan dihukum. Tetapi akan ada waktunya dimana kekudusan Tuhan akan tinggal di tengah-tengah umat Tuhan dan kekudusan Tuhan itu tidak akan menghanguskan umat Tuhan yang berdosa. Dan semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar itu akhirnya digenapi melalui peristiwa Pentakosta yaitu melalui lidah api Roh Kudus yang dicurahkan ditengah-tengah umatNya. (Kisah 2: 3 – 4A)/
LALU MALAIKAT TUHAN MENAMPAKKAN DIRI KEPADANYA DI DALAM NYALA API YANG KELUAR DARI SEMAK DURI. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. 3Musa berkata: “Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?” 4Ketika dilihat Tuhan, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: “Musa, Musa!” dan ia menjawab: “Ya, Allah.”
Malaikat yang menampakkan diri kepada Musa adalah pre-inkarnasi Yesus yang memanggil dan berbicara kepada Musa. Dan kesetiaan Tuhan ini dinyatakan sampai jaman ini yaitu Dia yang tidak mengenal dosa menjadi dosa supaya kita yang berdosa menjadi kebenaran dalam Yesus Kristus sehingga kekudusan Tuhan yang seperti api yang menyala tidak menghanguskan kita tetapi melalui karya Kristus dimana Dia mati bukan hanya untuk menebusa dosa kita tetapi Dia tinggal dlam hidup kita. Kalau kita bisa memahami ini maka sekarang kita bisa tenang dalam Yesus Kristus pada segala situasi apapun yang kita alami.
Ibrani 1:1-3
1Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, 2maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. 3Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,