Kita berada dalam seri khotbah berjudul Facing the World with Gospel Confidence. Saat ini, kita sudah hampir sampai pada minggu ke-16, dan pada kesempatan ini kita akan membahas pandangan Injil mengenai peperangan rohani atau spiritual warfare.
Bacaan: Efesus 6:10-13
6:10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.
6:11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;
6:12 karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
6:13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.
Pertanyaan pertama yang ingin diajukan adalah: Apakah setan atau iblis benar-benar ada? Jawaban yang sering muncul biasanya dua macam. Pertama, ada yang percaya dengan tegas bahwa setan itu nyata, karena banyak cerita mistis dan seram di Indonesia, seperti santet, pelet, kerasukan, dan sebagainya. Bahkan film-film horor seperti Suster Ngesot, Siksa Kubur, dan Kuntilanak sangat populer dan sering ditonton.
Namun, ada juga yang sangat rasional, tinggal di kota besar, berpendidikan tinggi, dan percaya bahwa semua fenomena tersebut bisa dijelaskan secara ilmiah melalui psikologi, fisiologi, antropologi, atau geologi. Kedua reaksi ini sebenarnya masih jauh dari pandangan Injil yang sesungguhnya mengenai peperangan rohani.
Charles Baudelaire, yang menulis untuk film The Usual Suspect, pernah mengatakan, "The greatest trick that the devil ever pulled was convincing the world that he didn't exist." Artinya, tipu muslihat terbesar iblis adalah meyakinkan dunia bahwa dirinya tidak ada.
Jika melihat keadaan dunia saat ini—kekerasan di mana-mana, perpecahan keluarga, kejahatan terorganisir, korupsi besar-besaran, eksploitasi, perdagangan manusia, diskriminasi, dan perang—kita harus menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar faktor psikologi, fisiologi, antropologi, atau lingkungan. Ada sesuatu yang lebih dalam, yaitu peperangan rohani yang nyata.
Hari ini, ada tiga poin utama yang akan dibahas:
1.Peperangan kita melawan siapa?
2.Apa yang sebenarnya kita lawan?
3.Bagaimana kita bisa menang?
PEPERANGAN KITA MELAWAN SIAPA?
Efesus 6:12 mengatakan, "Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap, roh-roh jahat di udara." Ini menunjukkan bahwa peperangan yang kita hadapi bukan hanya melawan manusia atau masalah sosial, tetapi ada kekuatan spiritual di balik semua itu. Jika ada peperangan, kekejaman, korupsi, rasisme, dan kemiskinan, itu bukan hanya masalah sosial atau sistemik, tetapi ada kekuatan spiritual yang bekerja di baliknya.
Untuk memahami ini, perlu dibuat kontras antara pola pikir rasional Barat dan pola pikir mistis Timur. Ketika terjadi tragedi atau bencana, ada dua kecenderungan:
Kedua ekstrem ini tidak sesuai dengan Alkitab. Pola pikir mistis cenderung over spiritualisasi, menyalahkan setan untuk segala sesuatu, sementara pola pikir rasional Barat cenderung under spiritualisasi, mengabaikan dimensi rohani dan tanggung jawab manusia.
Jika semua masalah hanya karena pendidikan atau sistem pemerintahan, maka dunia seharusnya membaik dengan adanya prosedur dan SOP yang baik. Namun kenyataannya, kejahatan semakin mengerikan. Jika semua bisa diselesaikan dengan sesajen, doa pelepasan, atau minyak urapan, maka dunia ini seharusnya penuh kedamaian. Namun kenyataannya, kebencian, kekerasan, dan ketidakadilan tetap ada.
Akar Masalah: Hati Manusia dan Kuasa Jahat
Kesimpulannya, peperangan, kekerasan, korupsi, dan rasisme lebih dari sekadar faktor sosial dan bukan hanya karena kutuk atau roh jahat. Ada kejahatan yang mengakar di dalam hati manusia dan diperparah oleh kuasa si jahat. Kombinasi keduanya yang menyebabkan masalah ini.
Andrew Delbanco, mengatakan bahwa jurang antara keterlihatan kejahatan dan kemampuan kita menghadapinya semakin besar. Dunia modern kehilangan kosakata tentang dosa dan kejahatan karena menolak keberadaan roh jahat.
Dalam film The Silence of the Lambs, karakter Hannibal Lecter, seorang kanibal dan pembunuh berantai, berkata, "Nothing happened to me. I happened." Artinya, tidak ada yang terjadi padanya, tetapi dialah yang membuat semuanya terjadi. Ini menunjukkan bahwa kejahatan tidak hanya karena kondisi atau trauma masa lalu, tetapi sumbernya ada di dalam hati manusia.
Sejarah menunjukkan bahwa pendekatan over spiritualisasi (mistisisme) dan under spiritualisasi (rasionalisme) sama-sama gagal menyelesaikan masalah kejahatan. Contohnya, bangsa Jerman yang sangat berpendidikan melakukan Holocaust, pembantaian jutaan orang Yahudi. Jika masalahnya hanya sosial, maka revolusi sosial dan Marxisme seharusnya menyelesaikan masalah, tetapi justru melahirkan penindasan baru.
Neo-marxisme di negara-negara Barat juga gagal membawa damai sejati, malah mendorong polarisasi dan kekerasan atas nama keadilan. Rasionalisme (under spiritual) mengabaikan keberadaan dosa dan iblis, sementara mistisisme (over spiritual) mengabaikan tanggung jawab manusia dan akar dosa di hati.
Budaya klenik seperti santet dan pelet sering menjadi cara untuk melampiaskan amarah dan dendam, tetapi tidak pernah menghapus akar luka dan membawa pengampunan atau damai. Contohnya, perselisihan antar keluarga yang diselesaikan dengan santet dan balasan santet, berputar seperti lingkaran setan selama bertahun-tahun.
Alkitab mengajarkan bahwa asal usul kejahatan dimulai dari pemberontakan malaikat, yaitu kejatuhan iblis. Dalam Yesaya 14 dan Yehezkiel 28, digambarkan makhluk surgawi yang sombong dan ingin menyamai Tuhan, lalu jatuh. Yesus sendiri berkata dalam Lukas 10:18, "Aku melihat iblis jatuh seperti kilat dari langit."
Kejahatan tidak berasal dari Allah, tetapi dari makhluk ciptaan yang menyalahgunakan kehendak bebas, termasuk malaikat yang memberontak. Manusia juga jatuh ke dalam dosa karena pemberontakan hati yang ingin menyamai Tuhan, seperti yang terjadi pada Adam dan Hawa di Kejadian 3. Roma 5:12 menjelaskan bahwa dosa masuk ke dunia melalui Adam dan merusak seluruh manusia. Yeremia 17:9 menyatakan bahwa hati manusia sangat licik dan jahat.
Dosa bukan hanya sesuatu yang menimpa manusia, tetapi berasal dari dalam hati. Markus 7:20-23 mengoreksi pemahaman yang terlalu fokus pada pencemaran dari luar, menegaskan bahwa apa yang keluar dari dalam hatilah yang menajiskan manusia. Mazmur 51:5 juga menyatakan bahwa manusia diperanakkan dalam dosa.
Karena dosa berasal dari dalam hati, solusi tidak cukup hanya dengan reformasi sosial atau terapi psikologis, tetapi harus ada pembaharuan hati yang radikal melalui Injil. Pandangan dunia sering mengatakan manusia pada dasarnya baik dan hanya sistem yang rusak, atau roh jahat yang harus diusir. Namun Injil mengajarkan bahwa hati manusia rusak dan kuasa jahat memperparahnya. Pendidikan dan ritual hanya memberi lega sesaat, tetapi hanya Injil yang dapat mencabut akar dosa dari dalam hati.
APA SEBENARNYA YANG KITA LAWAN?
Setelah mengetahui siapa musuhnya, yaitu diri sendiri dan iblis, pertanyaan berikutnya adalah apa yang sebenarnya harus dilawan. Efesus 6:11 berkata, "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis." Kata "tipu muslihat" dalam bahasa aslinya adalah methodeia, yang berarti skema atau strategi licik.
TIPU MUSLIHAT IBLIS
Jadi, yang dilawan adalah skema iblis, strategi liciknya, rancangannya yang tersembunyi. Ini lebih dari sekadar masalah psikologis, lebih dari sekadar manifestasi roh jahat. Ini soal skema tersembunyi. Kalau diperhatikan, ayat selanjutnya berkata bahwa perjuangan kita bukan melawan darah dan daging. Dalam bahasa Inggrisnya: for we do not wrestle against flesh and blood. Kata “perjuangan” di sini bukan sekadar pergumulan biasa. Paulus memakai kata wrestle—bergulat dengan tangan kosong.
Penjelasannya begini. Dalam konteks zaman dulu, kalau perang masih menggunakan panah, itu artinya lawan masih di jarak jauh. Kalau sudah pakai pedang, berarti jaraknya makin dekat, walau masih ada ruang untuk menyerang. Tapi kalau pedang sudah terlempar, dan tidak ada senjata tersisa, lalu apa yang terjadi? Gulat. Gulat itu perkelahian jarak dekat, kontak langsung, tangan kosong. Paulus ingin menekankan bahwa iblis bermain di jarak dekat. Pertarungannya intens, hidup dan mati. Di momen itu, bisa saja leher dipatahkan, tangan dilumpuhkan.
CS Lewis dalam The Screwtape Letters mengatakan bahwa iblis senang dengan dua kesalahan manusia: tidak percaya pada keberadaan roh jahat, dan percaya secara berlebihan.
Strategi iblis ada dua arah: meremehkan kuasa kegelapan (under-spiritualization) atau melebih-lebihkannya (over-spiritualization). Misalnya, ada yang berpikir, "Ah, setan itu mitos. Masalah psikologi aja." Lalu semua dianggap trauma atau tekanan sistemik. Akhirnya solusi yang dicari cuma ideologi atau filsafat. Di sisi lain, ada juga yang menyalahkan roh jahat untuk segala hal. Ban bocor pun ditengking dalam nama Yesus. Padahal ya harus ditambal.
Kalau melebih-lebihkan, hidup jadi penuh ketakutan. Misalnya, seseorang keguguran lalu dianggap karena sempat datang ke pemakaman saat hamil. Semua hal jadi penuh takhayul. Ini bahaya. Tapi di Efesus 6:10 dikatakan: “Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan dan di dalam kekuatan kuasa-Nya.” Artinya, ada kuasa yang tinggal di dalam kita jika kita ada di dalam Kristus. Roh yang di dalam kita lebih besar daripada roh di dunia ini.
Efesus 6:10,13 mengingatkan untuk kuat di dalam Tuhan dan kekuatan kuasanya. Roh yang ada di dalam orang percaya jauh lebih besar daripada roh dunia. Ada kuasa yang tinggal di dalam setiap orang yang percaya kepada Kristus, sehingga tidak perlu takut atau lari dari peperangan rohani. Selain itu kita juga diingatkan untuk mengambil seluruh perlengkapan senjata Allah supaya dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat dan tetap berdiri. Kemenangan sudah pasti bagi yang ada di dalam Kristus.
KOMPLEKSITAS DOSA
Yang perlu dipahami sekarang adalah kompleksitas dosa. Dosa bukan cuma karena setan atau sistem. Richard Baxter, seorang Puritan dari tahun 1600-an, menulis tentang melankolia—sejenis depresi—dan menjelaskan bahwa pergumulan manusia punya empat sumber utama:
Seringkali pergumulan melibatkan interaksi dari beberapa faktor ini. Tanpa disadari ada kesalahan dalam melakukan pendekatan terhadap pergumulan ini. Pendekatan yang hanya mengandalkan satu faktor, seperti over spiritualisasi (semua karena setan) atau under spiritualisasi (semua karena fisik atau psikologis), tidak efektif. Kita perlu memahami pandangan injil dan keluar dari kedua kesalahan ini. Karena keduanya adalah bagian dari skema (metode) tipu muslihat iblis.
John White, seorang konselor Kristen, menjelaskan bahwa iblis tidak membuat orang berdosa secara langsung, tetapi memainkan kecenderungan dosa yang sudah ada dalam hati, seperti senar piano yang bergetar tanpa disentuh. Iblis menyanyikan lagu-lagu hawa nafsu, kepahitan, dan kesombongan yang sudah ada di hati, sehingga membuat orang jatuh dalam dosa.
STRATEGI TIPU MUSLIHAT IBLIS
Iblis menggunakan dua cara utama untuk menipu:
Godaan membuat orang meremehkan kekudusan Tuhan, mereka merasa kebal (imun) terhadap dosa karena merasa dirinya cukup kuat/baik secara spiritual. Sedangkan tuduhan membuat orang meragukan kasih Tuhan, karena terlalu berfokus kepada kegagalannya mereka gagal untuk berpengharapan pada Kristus.
Dalam buku Precious Remedies Against Satan's Devices, ada banyak cara iblis menggoda, di antaranya:
Iblis membuat orang terus-menerus melihat dosa dan penderitaan sebagai hukuman Tuhan, padahal semua hukuman sudah ditanggung Kristus. Keraguan dan tuduhan membuat orang merasa tidak layak dan terasing dari kasih Tuhan. Penting untuk mengenali skema tipu muslihat iblis, menyadari kecenderungan dosa yang sering dimainkan, dan tidak membiarkan hati terus digoyang oleh godaan dan tuduhan. Perlu juga diingat bahwa musuh (iblis) tidak statis; ketika satu strategi gagal, iblis akan beralih ke taktik lain.
Kita juga perlu mengenali 4 cara iblis menuduh:
Jangan beri celah. Karena iblis bekerja dalam skema. Tipu muslihat. Dia tidak frontal menyerang, tapi halus, licik. Dia akan membisikkan: “Tuhan tidak peduli. Kamu tidak layak. Lihat dosamu.” Atau sebaliknya: “Kamu lebih rohani dari orang lain. Kamu bisa atasi sendiri. Tidak perlu pertobatan.” Dia akan membuat seseorang terlalu meremehkan dosa, atau terlalu terikat rasa bersalah sampai lupa salib. Dia akan mengaburkan Injil. Dan itu strategi paling berbahaya. Karena Injil adalah satu-satunya jalan kita bisa berdiri teguh.
STOP & REFLECT
Apakah kita sedang dipermainkan oleh Iblis? Apakah kita mengenali skema tipu muslihat ini? Apakah kita sedang digoda atau sedang dituduh? Apa reaksi kita over atau under spiritualisasi?
BAGAIMANA KITA BISA MENANG?
Bagaimana kita dapat menang dalam peperangan rohani ini? Langkah pertama: kenali skema dan tipu muslihat iblis yang paling sering dimainkan dalam hidup kita. Sadari "senar hati"—kecenderungan dosa yang paling sering digetarkan oleh musuh. Iblis tahu di mana celah kita. Pertanyaannya, apakah kita sendiri tahu?
Kadang, kita tahu celah itu, tapi justru kita dekati dan main-main di sana, seolah-olah bisa mengontrolnya. Apa suara-suara yang sering kamu ulang dalam hati? Apakah itu suara Injil, atau gema tipu muslihat iblis?
Mungkin suaranya seperti ini:
“Enggak apa-apa, ini dosa kecil kok.”
“Cuma klik sebentar, nanti dihapus, enggak ada yang tahu.”
“Kamu ini gagal, pecundang, enggak ada harapan.”
“Atau: kamu sudah kerja keras, boleh dong kompromi sedikit.”
Kenali kalimat-kalimat ini. Apa yang membuatmu marah? Apa yang membuatmu rendah diri? Apa yang membuatmu membela diri atau tidak terima? Tangkap semuanya. Jangan biarkan itu berakar.
Langkah kedua: kalau sudah menang di satu area, waspadai perubahan strategi iblis. Musuh kita tidak statis. Ketika satu taktik gagal, ia beralih ke yang lain. Mungkin dulu kamu berjuang soal kontrol, sekarang kamu sudah menyerahkannya pada Tuhan. Tapi iblis akan mencoba lewat harga diri, reputasi, atau rasa tidak dihargai. Serangannya bisa sangat halus—menggoda lewat hal yang tampaknya sah.
Senjata Kita: Injil
Apa kata Paulus? “Kenakanlah perlengkapan senjata Allah.” Injil adalah perlengkapan itu. Karena Injil menghancurkan dua strategi utama iblis: godaan (temptation) dan tuduhan (condemnation). Godaan menyembunyikan kekudusan Allah. Tuduhan menyembunyikan kasih Allah.
Tapi Injil menyatakan dua-duanya secara utuh. Ketika kita digoda, Injil mengingatkan kita akan kekudusan Allah. Ketika kita dituduh, Injil mengingatkan kita akan kasih Allah.
Injil berkata:
Jadi, saat kamu digoda, pandanglah salib. Dosa yang kamu anggap kecil itu membunuh Kristus. Masihkah kamu ingin memeluk dosa itu? Dan ketika kamu dituduh, pandanglah salib. Di sana kasih Allah ditunjukkan: tidak ada lagi yang perlu dibayar. Hutang dosa sudah lunas. Kita tidak perlu sesajen atau minyak urapan untuk memutus kutuk. Korban Kristus adalah aroma yang paling harum di hadapan Allah.
Salib Membungkam Tipu Muslihat Iblis
Salib menunjukkan dua hal:
Iblis ingin kita lupa akan dua kebenaran ini. Tapi salib menegaskan keduanya. Dosa memang besar—Yesus disalib karena dosa kita. Namun kasih Kristus lebih besar—Dia rela mencurahkan darah-Nya untuk menebus kita.Kita tidak hanya tahu bahwa kita diselamatkan karena salib. Kita harus merenungkannya setiap hari. Karena itulah strategi untuk menang.
Wahyu 12:11 berkata:
“Mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba dan oleh perkataan kesaksian mereka.”
Apa yang kamu saksikan? Diri sendiri, atau salib Kristus? Iblis bisa menipu, menyerang, tapi tidak bisa mengalahkan orang yang berdiri dalam Injil.
STOP & REFLECT
1. Apakah kita terlalu mengandalkan rasio (under-spiritual) atau terlalu sibuk mencari penyebab mistis (over-spiritual), sehingga lupa bahwa musuh kita adalah dosa dalam hati dan Kuasa Iblis di balik Kejahatan dunia ini?
2. Apakah saya terlalu meremehkan godaan setan atau terlalu takut pada kuasanya (tuduhannya), sehingga gagal melihat bahwa hanya Injil yang mampu membongkar tipu muslihatnya?
3. Apakah saya berusaha bertempur dengan kekuatan sendiri atau bergantung pada ritual (doa pelepasan, minyak urapan), padahal kemenangan saya datang di dalam Kristus dengan mengenakan Injil setiap hari?
ORANG BERINJIL
Sadar bahwa musuh sejati bukan hanya sistem sosial atau roh-roh jahat semata, melainkan dosa dalam hati yang hanya dapat ditaklukkan oleh kuasa Kristus.
Melawan tipu muslihat Iblis bukan dengan meremehkan atau membesar-besarkan kuasanya, melainkan dengan kebenaran Injil yang mengungkap kejahatan tanpa rasa takut.
Bertempur bukan dengan kekuatan diri atau ritual agama, tetapi dengan mengenakan Injil setiap hari sebagai perlengkapan kemenangan yang sudah disediakan di dalam Kristus.