Pembacaan : Hakim-Hakim 17-18
Kita memasuki minggu keempat belas dari Sermon Series kita From Judges to Jesus dengan judul “Gelapnya Hati Yang Menyembah Berhala”. Kita akan melihat dari 2 pasal, dan pasal ini tidak berbicara tentang seorang hakim, tetapi ada sesuatu cerita di sana.
Minggu lalu kita belajar kisah tragis dari Simson. Hakim-Hakim pasal 17 dan 18 ini tidak disusun secara kronologis. Artinya kisah-kisah di kedua pasal ini tidak harus terjadi setelah masa Simson. Lebih berfungsi untuk menyoroti kondisi spiritual yang kacau di Israel selama periode para hakim.
Baca: Hakim-Hakim 17:1-6
1. Ada seorang dari pegunungan Efraim, Mikha namanya.
2. Berkatalah ia kepada ibunya: “Uang perak yang seribu seratus itu, yang diambil orang dari padamu dan yang karena itu kauucapkan kutuk – aku sendiri mendengar ucapanmu itu – memang uang itu ada padaku, akulah yang mengambilnya.” Lalu kata ibunya: “Diberkatilah kiranya anakku oleh Tuhan.”
3. Sesudah itu dikembalikannyalah uang perak yang seribu seratus itu kepada ibunya. Tetapi ibunya berkata: “Aku mau menguduskan uang itu bagi Tuhan, aku menyerahkannya untuk anakku, supaya dibuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu. Maka sekarang, uang itu kukembalikan kepadamu.”
4. Tetapi orang itu mengembalikan uang itu kepada ibunya, lalu perempuan itu mengambil dua ratus uang perak dan memberikannya kepada tukang perak, yang membuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu; lalu patung itu ditaruh di rumah Mikha.
5. Mikha ini mempunyai kuil. Dibuatnyalah efod dan terafim, ditahbiskannya salah seorang anaknya laki-laki, yang menjadi imamnya.
6. Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
Mikha mengaku kepada ibunya bahwa dia telah mencuri sejumlah besar uang darinya. Nilai uang perak yang dicuri sangat besar setara dengan gaji 110 tahun.
Hakim-Hakim 17:2
2. Berkatalah ia kepada ibunya: “Uang perak yang seribu seratus itu, yang diambil orang dari padamu dan yang karena itu kauucapkan kutuk – aku sendiri mendengar ucapanmu itu – memang uang itu ada padaku, akulah yang mengambilnya.”
Alasan utama Mikha mengaku bukan karena dia bertobat, namun karena takut akan konsekuensi dari kutukan. Mikha mendengar ibunya mengucapkan kutukan terhadap pencuri itu. Dia sebenarnya tidak bertobat, dia dengar kutukan ibunya terhadap pencuri, makanya dia mengaku.
Perenungan Bagi Kita: Menyesali konsekuensi dosa tidak sama dengan bertobat dari dosa.
Menyesali konsekuensi dosa adalah fokus pada diri sendiri, merupakan reaksi terhadap dampak dosa yang merugikan. Sedangkan bertobat dari dosa adalah fokus pada relasi dengan Tuhan, menyadari bahwa dosa merusak hubungan dengan Tuhan. Ada banyak orang yang selesai dengan masalahnya, namun beberapa waktu kemudian jatuh pada masalah yang sama, artinya dia tidak bertobat. Pertobatan adalah ekspresi hati yang mendalam akan hubungan yang rusak dengan Tuhan dan kita rindu kembali kepada Tuhan. Apakah kita hanya menyesal, atau kita benar-benar bertobat?
Hakim-Hakim 17:2b-4
2. Lalu kata ibunya: “Diberkatilah kiranya anakku oleh Tuhan.”
3. Sesudah itu dikembalikannyalah uang perak yang seribu seratus itu kepada ibunya. Tetapi ibunya berkata: “Aku mau menguduskan uang itu bagi Tuhan, aku menyerahkannya untuk anakku, supaya dibuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu. Maka sekarang, uang itu kukembalikan kepadamu.”
4Tetapi orang itu mengembalikan uang itu kepada ibunya, lalu perempuan itu mengambil dua ratus uang perak dan memberikannya kepada tukang perak, yang membuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu; lalu patung itu ditaruh di rumah Mikha.
Lihat ayat 3. Ayat ini tidak mengatakan bahwa ibunya sedang membuat patung dewa palsu. Dia membuat patung Tuhan Israel. Dia tidak membuat patung dewa baru, dia membuat patungnya Tuhan. Jadi dia menyembah Tuhan yang benar dengan cara yang salah. Kita pikir penyembahan berhala adalah menyembah sesuatu yang salah. Menyembah tuyul atau ke gunung kawi atau punya keris dan jimat, itu penyembahan berhala. Penyembahan berhala tidak hanya menyembah Allah-Allah palsu, tetapi juga menyembah Tuhan yang benar dengan cara yang salah. Mereka mencoba menciptakan “Tuhan versi mereka sendiri” yang sesuai dengan keinginan mereka. Hari-hari ini banyak sekali versi kekristenan ciptaan manusia sehingga mereka seakan-akan menyembah Tuhan yang benar tapi dengan cara yang salah.
2 Timotius 4:3-4
3. Sebab akan sampai waktunya orang tidak mau lagi menerima ajaran yang benar (sehat). Sebaliknya, mereka akan menuruti keinginan mereka sendiri, dan mengumpulkan banyak guru guna diajarkan hal-hal yang enak didengar di telinga mereka.
4. Mereka akan menutup telinga terhadap yang benar, tetapi akan memasang telinga terhadap cerita-cerita dongeng.
Ayat ini menunjukkan bahwa di akhir zaman, banyak orang hanya mau mendengar pengajaran yang sesuai dengan keinginan mereka, bukan kebenaran yang murni dari Tuhan. Pengajaran pewahyuan di luar Alkitab. Pemberitaan firman dengan cara menebar ketakutan. Orang yang takut masuk neraka, itu bukan orang yang mengasihi Tuhan tetapi mengasihi dirinya sendiri. Sorga itu bukan tentang lokasi tetapi tentang siapa yang bersama dengan kita. Kita bisa ada di tempat yang mungkin sangat menderita, tetapi kalau ada Yesus di sana itu adalah surga, karena kita bersama dengan Tuhan semesta alam.
2 Timotius 3:1-5
1. Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
2. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
3. tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
4. suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
5. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
Ibadah hanya dijalankan secara lahiriah, sementara isinya kosong dan palsu. Bentuk penyembahan palsu terhadap Tuhan yang benar.
Matius 15:8-9
8. “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
9. Percuma mereka beribadah kepada-Ku.”
Yesus menegur penyembahan yang dilakukan hanya secara lahiriah tetapi tidak berasal dari hati. Banyak yang menggantikan firman Allah dengan aturan dan tradisi buatan manusia. Banyak dari kita yang senang dengan Tuhan terobosan bebas, masalah. Orang Kristen adalah orang yang kaya, makmur, dan bebas masalah. Tuhan yang kalau kita memainkan kartu yang benar melakukan apa yang Dia minta Tuhan itu akan memastikan kita memiliki hidup yang kaya, makmur, dan hidup bebas masalah. Tanpa kesulitan apa pun. Namun, itu bukan Tuhan dari Alkitab. Ini adalah masalah kita hari-hari ini.
Hakim-Hakim 17:5-6
5. Mikha ini mempunyai kuil. Dibuatnyalah efod dan terafim, ditahbiskannya salah seorang anaknya laki-laki, yang menjadi imamnya.
6. Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
Mikha buat kuil, dia membuat efod dan terafim, pakaian keimaman dan dia menahbiskan salah satu seorang anaknya laki-laki menjadi imamnya. Ini kan melanggar firman Tuhan. Mikha menjadi Tuhan bagi dirinya sendiri. Di ayat 6 juga masalah budaya kita sekarang. Banyak sekali orang Kristen agamawi tidak sepenuhnya menolak Tuhan tetapi yang mereka inginkan hanyalah Tuhan yang sesuai dengan harapannya sendiri.
Perenungan Bagi Kita: Apakah kita melakukan apa yang benar menurut pandangan sendiri (menciptakan Tuhan versi sendiri), ataukah melakukan apa yang benar di mata Tuhan?
Mari kita lanjutkan ceritanya. Setelah Mikha membuat patung dan menempatkannya di rumahnya, dia bertemu dengan seorang Lewi yang sedang lewat di kota itu. Pada waktu itu, imam biasanya berasal dari suku Lewi. Ketika Mikha melihatnya, dia sangat gembira dan meminta Lewi itu menjadi imam bagi patung Tuhan miliknya.
Hakim-Hakim 17:10-12
10. Lalu kata Mikha kepadanya: “Tinggallah padaku dan jadilah bapak dan imam bagiku; maka setiap tahun aku akan memberikan kepadamu sepuluh uang perak, sepasang pakaian serta makananmu.”
11. Orang Lewi itu setuju untuk tinggal padanya. Maka orang muda itu menjadi seperti salah seorang anaknya sendiri.
12. Mikha mentahbiskan orang Lewi itu; orang muda itu menjadi imamnya dan diam di rumah Mikha.
Sebagai seorang suku Lewi tulen, seharusnya orang Lewi itu tahu bahwa itu tidak benar; menjadi imam bagi patung Tuhan. Tentunya, dia tahu bahwa secara teknis dia tidak bisa melakukan itu. Tapi mari kita lihat apa yang ditawarkan Mikha kepadanya 10b “dan aku akan memberimu sepuluh keping perak setahun, sepasang pakaian dan makananmu atau tempat tinggalmu.” Dan orang Lewi itu setuju untuk tinggal dan menjadi seperti salah seorang anaknya sendiri. Dengan begitu saja imam itu setuju. Dia menjadi imam bagi Mikha.
Niat imam muda ini benar-benar salah. Si orang Lewi ini tidak mengikuti firman Tuhan. Yang dia pikirkan adalah uang dan hal-hal duniawi daripada mengikuti jalannya Tuhan. Jaman sekarang banyak sekali imam-imam profesional yang orientasinya bukan menyembah Tuhan yang orientasinya bukan untuk membawa umat Tuhan kepada Tuhan. Namun orientasinya adalah uang, orientasinya adalah bisnis.
Mereka bukan pendeta tapi pedagang yang melakukan pelayanan bukan untuk memuridkan jemaat untuk menjadi serupa Kristus, namun mengentertain jemaat untuk menjadi serupa dunia. Mereka bukan mengkhotbahkan Injil, namun mereka memberikan ajaran yang enak diterima oleh telinga, bukan untuk mengasihi Tuhan namun untuk mengasihi dunia. Dan menaruh diri sendiri sebagai pusat dari penyembahan mereka. Inilah alasan mengapa Mikha meminta Lewi itu menjadi imam.
Hakim-Hakim 17:13
13.Lalu kata Mikha: “Sekarang tahulah aku, bahwa Tuhan akan berbuat baik kepadaku, karena ada seorang Lewi menjadi imamku.”
Perenungan Bagi Kita: Apa tujuan kita dalam menyembah Tuhan? Apakah untuk benar-benar menyembah-Nya atau untuk mendapatkan sesuatu dari-Nya?
Terkadang, kita memperlakukan Tuhan seolah-olah Dia adalah vending machine, yang ada hanya untuk melayani kita dan memberkati kita karena kita memberi persembahan atau melayani gereja. Kalau kita memasukkan jumlah uang yang pas dan benar, pencet kode yang benar maka akan keluar barang yang kita inginkan. Inilah yang terjadi dalam injil-injil palsu, yang mengajarkan bahwa jika kita menaati aturan tertentu, melakukan sesuatu yang tepat buat Tuhan, kita akan menerima kesehatan dan kekayaan, kemakmuran jasmani yang fana. Masalahnya adalah Tuhan tidak pernah membuat janji itu dalam Alkitab.
Timothy Keller mengatakan:
“Orang beragama melihat Tuhan bermanfaat (useful). Orang berinjil melihat Tuhan itu indah (beautiful).”
Apakah kita melihat Tuhan untuk membangun karier kita, keuangan kita atau kita melihat Tuhan indah, lebih indah daripada karier, lebih indah daripada uang.
Efek Bahaya Dari Penyembahan Berhala!
Hakim-Hakim 18:1-2
1. Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel dan pada zaman itu suku Dan sedang mencari milik pusaka untuk menetap, sebab sampai hari itu mereka belum juga mendapat bagian milik pusaka di tengah-tengah suku-suku Israel.
2. Sebab itu bani Dan menyuruh dari kaumnya lima orang dari seluruh jumlah mereka, semuanya orang-orang yang gagah perkasa, yang berasal dari Zora dan Esytaol, untuk mengintai negeri itu dan menyelidikinya, serta berkata kepada mereka: ”Pergilah menyelidiki negeri itu.” Ketika orang-orang itu sampai ke pegunungan Efraim di rumah Mikha, bermalamlah mereka di sana.
Mengapa lima mata-mata ini dikirim. Di Israel, ada 12 suku, dan setiap suku diberikan bagian tanah yang berbeda di tanah Kanaan. Namun, suku Dan gagal menaklukkan wilayah yang diberikan kepada mereka karena kurangnya iman kepada Tuhan. Tidak puas dengan tanah mereka, mereka mengirim mata-mata untuk mencari wilayah yang lebih baik. Jadi mereka tidak mencari pertolongan Tuhan untuk merebut wilayah yang ditugaskan kepada mereka, namun mereka mencari tanah di tempat lain. Jadi masalah dengan suku Dan adalah ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan yang benar. Mereka mengabaikan instruksi Tuhan dan memilih untuk mendengarkan orang lain, sayangnya, orang yang salah. Mari kita baca ayat-ayat berikutnya.
Hakim-Hakim 18:3-6
3Ketika mereka ada dekat rumah Mikha itu, dikenal merekalah logat orang muda suku Lewi itu, lalu singgahlah mereka ke sana dan berkata kepadanya: “Siapakah yang membawa engkau ke mari? Apakah pekerjaanmu dan urusanmu di sini?” 4Katanya kepada mereka: “Begini begitulah dilakukan Mikha kepadaku; ia menggaji aku dan aku menjadi imamnya.” 5Kata mereka kepadanya: “Tanyakanlah kiranya kepada Allah, supaya kami ketahui apakah perjalanan yang kami tempuh ini akan berhasil.” 6Kata imam itu kepada mereka: “Pergilah dengan selamat! Perjalanan yang kamu tempuh itu dipandang baik oleh Tuhan.”
Lalu lima mata-mata ini bertemu dengan Mikha dan imam yang orientasinya duit tadi. Imam itu meyakinkan mereka bahwa Tuhan akan membantu kelima mata-mata itu. Pertanyaannya, bisakah kita percaya kepada seorang imam profesional seperti ini? Imam yang sama yang menyembah berhala di pasal sebelumnya, imam yang sama yang orientasinya uang, ngomong kelihatannya sepertinya benar. Apakah ini pantas untuk memiliki integritas sebagai imam?
Kelima Pengintai dari suku Dan ini menemukan suatu kota namanya kota Lais, yang makmur, tenang, dan aman. Kota ini tidak punya perlindungan dan tentara-tentara untuk melindungi mereka. Lalu para mata-mata kembali pulang untuk memberikan laporan kepada sukunya mereka siap-siap perang dengan 600 orang tapi sebelum perang mereka mampir ke rumah Mikha karena mereka ingat di rumah Mikha ada kuilnya dan ada patungnya Tuhan dan Mikha punya imam pribadi orang Lewi. Jadi apa yang mereka lakukan? 600 orang Dan kemudian datang ke rumah Mikha, mereka mengambil patung pahatan dan patung tuangan, baju efod, dan benda-benda keagamaan Mikha seperti terafim. Lalu apa yang dilakukan iman itu?
Hakim-Hakim 18:18-21
18. Ketika kelima orang itu masuk ke rumah Mikha dan mengambil efod serta patung-patung berhala itu, pemuda Lewi itu bertanya, “Apa ini yang kalian lakukan?”
19. Mereka menjawab, “Diam! Jangan bertanya. Ikut saja dengan kami, nanti engkau menjadi imam dan penasihat kami. Daripada menjadi imam untuk satu keluarga saja, lebih baik menjadi imam untuk satu suku!”
20. Pemuda Lewi itu senang dengan saran itu. Jadi, ia mengambil efod dan patung-patung berhala itu lalu ikut dengan mereka.
Bisakah kita melihat apa yang terjadi di sini? Imam ini tidak lagi peduli dengan apa yang dikatakan kitab suci. Imam Lewi ini telah mengkhianati Mikha dengan menjual dirinya kepada penawar tertinggi. Dia benar-benar berpikir ini adalah kesepakatan yang lebih baik menjadi imam bagi seluruh suku daripada hanya satu keluarga. Coba kita perhatikan, orang Lewi ini seharusnya tidak menjadi imam! Dia seharusnya jadi pedagang. Bagi dia semuanya tentang uang. Karena gara-gara suku Dan, jemaatnya dari satu keluarga meledak jadi satu suku.
Bukannya membimbing orang menuju Tuhan, imam ini membiarkan mereka menyembah dewa-dewa lain dan hidup dengan cara yang sepenuhnya bertentangan dengan kehendak Tuhan. Dan kita dapat melihat dalam ayat 20 dikatakan bahwa hati imam itu senang.
Apa yang membuatnya senang bukanlah Tuhan, tetapi lebih tentang kesempatan untuk mendapatkan uang.
Kembali ke pertanyaan awal: bisakah kita mempercayai kata-katanya? Bisakah kita mempercayai keputusan yang didorong oleh keinginan dosa? Mari kita lihat apa yang terjadi ketika suku dan mengikuti arahannya.
Hakim-Hakim 18:27
27. Lalu bani Dan, dengan membawa barang-barang yang dibuat Mikha, juga imamnya, mendatangi Lais, yakni rakyat yang hidup dengan aman dan tenteram. MEREKA MEMUKUL ORANG-ORANG ITU DENGAN MATA PEDANG DAN KOTANYA DIBAKAR.
Atas arahan imam palsu ini suku dan menyerang dan membakar kota Lais yang damai dan tidak bersalah. Apa pelajaran penting yang kita bisa pelajari dari penyembahan berhala?
1. Penyembahan berhala seperti dosa tersembunyi yang memicu semua dosa lainnya. Dosa perilaku sebenarnya disebabkan oleh dosa motivasi di dalam hati yang menaruh iman bukan kepada Tuhan namun kepada sesuatu yang fana (penyembahan berhala)
Dosa berbohong itu mungkin berasal dari sesuatu yang lebih mendalam. Kita mungkin berbohong karena takut ditolak oleh orang-orang di sekitar kita, artinya kita lebih menghargai penerimaan manusia daripada penerimaan Tuhan. Atau kita mungkin berbohong karena kita menghargai status kita, reputasi kita power kita lebih daripada Tuhan.
Suami yang berselingkuh, Lalu ketahuan, diexpose dosanya. Sang suami langsung minta maaf kepada istrinya, dan bahkan setuju untuk ikut konseling dengan pendetanya. Apakah dia bertobat? Belum tentu, tetapi hanya menyesal. Kita harus melihat bukan dari selingkuhnya saja, karena selingkuh itu hanya dosa di permukaan. Kita perlu cek motivasi. Untuk dapat bertobat, harus melihat jauh ke dalam, bukan hanya kepada dosa perilakunya, tetapi dosa motivasinya. Karena alasan dan motivasi suami selingkuh itu berbeda-beda. Dan kita harus bisa mengidentifikasinya dengan benar baru kita bisa menghancurkan dosa/berhala ini.
Mungkin ketika suami berselingkuh, dia merasa dihargai oleh selingkuhannya. Dia haus dan menyukai hal tersebut. Yang dia cari adalah kasih, dan penerimaan dari wanita selingkuhannya. Atau mungkin bukan itu motivasinya, melainkan, ketika dia berselingkuh, dia merasa punya kuasa atas atau kontrol atas hidupnya. Kita harus bisa mengidentifikasi dan mengexpose dengan benar baru bisa dosa dan berhala tersebut dapat dibereskan.
Berhala adalah segala sesuatu:
- Yang menarik hati dan imajinasi kita lebih daripada Allah
- Yang kita inginkan dengan memanfaatkan Allah untuk memenuhi tujuan Anda
- Yang bisa memberikan kita kesenangan, makna hidup, dan identitas, di luar Allah
- Yang baik yang kita jadikan sandaran dalam hidup
- Yang harus kita punyai agar merasa aman, berarti, dan bernilai
Berhala bisa berupa keluarga, anak-anak, karier, pencapaian atau status sosial dan kita jadikan identitas kita. Berhala bisa berupa hubungan yang romantis, penerimaan dati sesama, kecantikan, kepandaian, keamanan atau kenyamanan, moralitas bahkan keberhasilan pelayanan. Saat makna hidup kita itu tergantung pada hidup orang lain, kita bisa menyebutnya dengan hubungan “ketergantungan” tetapi itu sebenarnya adalah berhala. Dan ada banyak cara menggambarkan hubungan seperti itu , tetapi istilah yang paling tepat adalah penyembahan . Dan Tim Keller mendefinisikan itu sebagai penyembahan berhala, dia mengatakan:
“Penyembahan berhala adalah segala sesuatu yang Anda lihat, dan di dalam hati Anda berkata kepadanya, “Jika saya memiliki itu, maka hidup saya bernilai dan bermakna. Namun jika saya kehilangan itu, saya tidak bisa hidup.’”
Hakim-Hakim 18:21-26 (Berhala dan Imam Pribadi Mikha dirampas oleh Suku Dan). Hakim-hakim 18:24: Mikha menjawab, “Kamu melarikan patung-patung saya dan imamnya, sehingga saya tidak mempunyai apa-apa lagi.”
Ketika Mikha mengetahui apa yang telah terjadi, bahwa imam dan suku Dan telah mengambil berhala-berhalanya, dia menjadi sangat sedih dan marah. Dia mengejar suku Dan untuk menghadapi mereka, tetapi melihat ukuran dan kekuatan mereka, dia menyadari bahwa dia tidak punya pilihan selain membiarkan mereka pergi. Kalau kita ingat, pada awalnya, Mikha berpikir dia memiliki segalanya yang diatur dengan sempurna dan bahwa Tuhan akan memberkatinya, tetapi pada akhirnya berhala itu tidak mampu menepati janjinya bahkan dicuri dan dirampas darinya, akhirnya dia kecewa dan dia merasa kosong di dalam.
2. Penyembahan berhala selalu berakhir mengecewakan dan meninggalkan perasaan kosong/HAMPA. Berhala selalu tidak pernah menepati apa yang dijanjikannya, tidak mampu menyelamatkan, selalu meninggalkan kita dalam keadaan kecewa, putus asa, sendirian dan hampa.
Kita mungkin berpikir: “Kalau aku nikah sama dia, aku akan bahagia, aku akan puas.” “Kalau aku kerja di tempat itu, gaji segitu, aku akan puas.” “Kalau aku bisnis ini dengan omzet segini, oh aku akan puas, aku akan bahagia, aku akan utuh.” Tapi apa yang terjadi waktu kita memperolehnya, kita tetap tidak puas karena ada orang yang lebih kuat dan kita merasa terancam. Dan mungkin kita berpikir, “Oh mungkin aku nikah sama orang yang salah.” “Oh mungkin aku membutuhkan gaji yang lebih tinggi, bisnis yang lebih besar, teman yang lebih banyak, popularitas dan ketenaran yang lebih lagi.” “Mungkin aku kurang cantik, kurang tampan, kurang kekar, kurang kurus, terlalu kurus, terlalu gemuk.” Hati kita selalu kosong dan selalu tidak puas. Semua hal yang fana, semua berhala dalam hidup kita, akhirnya akan mengecewakan kita dan akan membuat kita hampa dan kosong.
Hakim-Hakim 18:28-31 adalah akhir cerita yang menyedihkan, menunjukkan betapa merosotnya dan betapa gelapnya keadaan spiritual bangsa Israel yang sarat dengan penyembahan berhala. Suku Dan menghancurkan orang-orang Lais dan mengambil tanah mereka. Mereka sepenuhnya menghancurkan kota itu dan membangunnya kembali sesuai keinginan mereka sendiri, mendirikan berhala mereka sendiri di rumah ibadah mereka.
Hakim-Hakim 18:30
30. Bani Dan menegakkan bagi mereka sendiri patung pahatan itu, lalu YONATAN BIN GERSOM BIN MUSA bersama-sama dengan anak-anaknya menjadi imam bagi suku Dan, sampai penduduk negeri itu diangkut sebagai orang buangan.
Imam yang bersama-sama dengan mereka tidak lagi dicatat di dalamnya, kita tidak tahu di mana keberadaannya. Lalu, muncul imam yang lain, dia adalah cucu Musa. Bersama-sama dengan anak-anaknya menjadi imam bagi suku Dan. Ini imam penyembahan berhala. Ada kemerosotan moral dan spiritual.
Dalam dua pasal, kita melihat bagaimana penyembahan berhala menular dan menginfeksi serta menyebarkan kegelapannya dari satu keluarga kepada seluruh suku Israel. Apa yang bisa kita pelajari?
3. Penyembahan berhala sering menyusup dan mencemari hati dengan cara yang sangat halus dengan kebohongannya. KEBOHONGAN BERHALA perlahan merayap masuk ke dalam pikiran & hati kita tanpa disadari sampai kita menjadi nyaman, dan akhirnya menjadikan berhala pusat dari kehidupan kita.
Peperangan rohani kita bukan mengusir setan, itu adalah ilusi dari setan. Peperangan sesungguhnya adalah kebohongan berhala. Seringkali, berhala yang kita sembah adalah sesuatu yang baik dan sulit diidentifikasi. Kita tidak menyadari bahwa hal-hal ini telah menggantikan Tuhan dalam kasih sayang kita.
Salah satu berhala yang paling umum di budaya saat ini adalah identitas kita, di mana kita tempatkan identitas kita pada faktor eksternal (hal yang dana) dan melupakan
siapa kita SEBENARNYA di dalam Kristus.
Kita mendasarkan identitas kita pada pencapaian kita, jumlah pengikut media sosial atau jumlah like yang kita terima, dan begitu harapan kita tidak terpenuhi, kita merasa hancur. Menjadi ibu atau ayah bisa menjadi masalah identitas. Kita memusatkan hidup kita pada anak-anak kita dan melihat anak kita sebagai sarana penerimaan diri. Kita mungkin mencari pengakuan dari orang lain tentang gaya pengasuhan kita atau menjadi orang yang sangat mengendalikan setiap detail kehidupan anak kita karena kita memberhalakan gagasan tentang anak yang sempurna atau keluarga yang sempurna. Berhala ini akan mempengaruhi tindakan kita. Kita mungkin menempatkan identitas pada pasangan. Kita percaya bahwa memiliki pasangan akan menyelesaikan masalah dan membuat kita bahagia, atau menghilangkan kesepian kita. Semua hal ini hanya dapat dipenuhi oleh Tuhan.
Apa berhala dalam hidup saya? Pertanyaan yang mengidentifikasikan berhala:
Dua pasal di kitab Hakim-Hakim menampilkan salah satu masa tergelap dalam sejarah Israel. Kita juga memiliki masalah yang sama dengan bangsa Israel. Biarlah studi kitab Hakim-Hakim ini mengungkapkan hati kita yang berdosa. Bahwa kita seperti orang-orang Israel itu. Kita harus menyadari bahwa masalah Israel adalah masalah kita juga di dunia saat ini. Kita memiliki kecenderungan untuk meremehkan masalah utama kita. Masalah utamanya adalah hati kita.
Apa masalah dalam hidup kita? Apa masalah dalam keluarga kita? Bisakah kita menjawab itu dengan mengatakan, "Kita harus menjadi orang yang lebih baik" atau "Kita harus memiliki rencana yang lebih baik"? Tidak! Kitab Hakim-hakim mencoba menunjukkan kepada kita bahwa masalah kita lebih dalam dari itu. Itu tidak ada di permukaan. Itu bukan tentang perilaku atau sikap. Masalah utamanya ada dalam diri kita, di dalam hati kita. Kita butuh hati yang baru.
Gospel Connection:
"Pada zaman itu tidak ada raja di Israel. Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” Ayat ini diulang 4 kali di Hakim-Hakim 17:6, 18:1, 19:1, 21:25 Penulis Hakim-hakim mencoba menunjukkan kepada kita bahwa untuk memperbaiki masalah utamanya, kita membutuhkan RAJA YANG BENAR. Masalah kita terlalu dalam untuk diperbaiki oleh seorang hakim, raja, pendeta, ataupun institusi agama yang fana.
“Kita membutuhkan seorang Raja yang sempurna & benar, yang penuh kasih & keadilan yaitu Yesus Kristus.”
Jika masa Hakim-hakim dianggap sebagai masa tergelap dalam sejarah Israel. Kegelapan tergelap yang sesungguhnya dicurahkan di atas salib Yesus Kristus. Pada hari yang tergelap itu, Yesus sepenuhnya ditinggalkan oleh dunia, ditinggalkan oleh murid-murid-Nya sendiri, dan akhirnya ditinggalkan oleh Bapa-Nya di surga.
Jika kitab Hakim-Hakim dianggap sebagai kitab yang paling menakutkan di Alkitab, kengerian yang paling menakutkan terjadi di atas salib Yesus Kristus. Dia disiksa tanpa ampun oleh para tentara, tubuh-Nya begitu rusak sehingga hampir tidak bisa dikenali. Tubuh Yesus dihancurkan bagi kita, darah-Nya tercurah demi kita.
Mengapa YESUS SANG RAJA harus mengalami penderitaan yang paling gelap dan paling mengerikan yang pernah disaksikan dunia ini? Karena Allah tidak ingin umat-Nya mengalami keadaan kegelapan dan kengerian dari kutuk dosa & maut. Masalah kita sangat dalam, sifat dosa kita terlalu gelap, kejahatan pelanggaran kita serta penyembahan berhala di hati kita membutuhkan menuntut korban yang sempurna. Korban itu siapa? Yesus. Dia merelakan dirinya dan menggantikan kita.
Melalui pertukaran ilahi ini, Yesus menanggung penghakiman dan hukuman yang seharusnya layak kita terima. Di dalam Kristus, Bapa melihat kita tanpa noda, tanpa kegelapan, Kita dikasihi dan dibenarkan di hadapan-Nya.
Keindahan injil adalah obat dari berhala-berhala di dalam hati kita. Untuk mengalahkan berhala, tidak bisa dengan kemauan keras. Untuk mengalahkan berhala, kita tidak bisa pakai komitmen manusia. Keindahan Injil adalah obat dari berhala kita. Kita perlu mengisi hati kita dengan sesuatu yang lebih indah dan lebih mulia daripada berhala-berhala itu.
“Yesus harus menjadi lebih indah bagi imajinasi Anda, lebih menarik bagi hati Anda, daripada Berhala Anda. Itulah yang akan menggantikan allah-allah palsumu.” “Jesus must become more beautiful to your imagination, more attractive to your heart, than your idol. That is what will replace your counterfeit gods.” - Timothy Keller (Counterfeit Gods)
Orang Berinjil: