Setiap orang sekuat-kuatnya pasti memiliki kelemahan. Baik tokoh fiksi maupun nyata pasti tidak luput dari suatu kelemahan. Hari ini kita akan belajar bagaimana Tuhan tetap setia berkarya dalam kelemahan umat-Nya. Minggu ini kita kembali melanjutkan sermon series “From Judges To Jesus” dengan judul Kasih Karunia dalam Kelemahan.
Hakim-Hakim 16:1-19, 23-30
Simson di Gaza
16:1 Pada suatu kali, ketika Simson pergi ke Gaza, dilihatnya di sana seorang perempuan sundal, lalu menghampiri dia.
16:2 Ketika diberitahukan kepada orang-orang Gaza: "Simson telah datang ke sini," maka mereka mengepung tempat itu dan siap menghadang dia semalam-malaman itu di pintu gerbang kota, tetapi semalam-malaman itu mereka tidak berbuat apa-apa, karena pikirnya: "Nanti pada waktu fajar kita akan membunuh dia."
16:3 Tetapi Simson tidur di situ sampai tengah malam. Pada waktu tengah malam bangunlah ia, dipegangnya kedua daun pintu gerbang kota itu dan kedua tiang pintu, dicabutnyalah semuanya beserta palangnya, diletakkannya di atas kedua bahunya, lalu semuanya itu diangkatnya ke puncak gunung yang berhadapan dengan Hebron.
Simson dan Delila
16:4 Sesudah itu Simson jatuh cinta kepada seorang perempuan dari lembah Sorek yang namanya Delila.
16:5 Lalu datanglah raja-raja kota orang Filistin kepada perempuan itu sambil berkata: "Cobalah bujuk dia untuk mengetahui karena apakah kekuatannya demikian besar, dan dengan apakah kami dapat mengalahkan dia dan mengikat dia untuk menundukkannya. Maka kami masing-masing akan memberikan seribu seratus uang perak kepadamu."
16:6 Lalu berkatalah Delila kepada Simson: "Ceritakanlah kiranya kepadaku, karena apakah kekuatanmu demikian besar, dan dengan apakah engkau harus diikat untuk ditundukkan?"
16:7 Jawab Simson kepadanya: "Jika aku diikat dengan tujuh tali busur yang baru, yang belum kering, maka aku akan menjadi lemah dan menjadi seperti orang lain manapun juga."
16:8 Lalu raja-raja kota orang Filistin membawa tujuh tali busur yang baru yang belum kering kepada perempuan itu dan ia mengikat Simson dengan tali-tali itu,
16:9 sedang di kamarnya ada orang bersiap-siap. Kemudian berserulah perempuan itu kepadanya: "Orang-orang Filistin menyergap engkau, Simson!" Tetapi ia memutuskan tali-tali busur itu seperti tali rami yang terbakar putus, apabila kena api. Dan tidaklah ketahuan di mana duduk kekuatannya itu.
16:10 Kemudian berkatalah Delila kepada Simson: "Sesungguhnya engkau telah mempermain-mainkan dan membohongi aku. Sekarang ceritakanlah kiranya kepadaku dengan apa engkau dapat diikat."
16:11 Jawabnya kepadanya: "Jika aku diikat erat-erat dengan tali baru, yang belum terpakai untuk pekerjaan apapun, maka aku akan menjadi lemah dan menjadi seperti orang lain manapun juga."
16:12 Kemudian Delila mengambil tali baru, diikatnyalah dia dengan tali-tali itu dan berseru kepadanya: "Orang-orang Filistin menyergap engkau, Simson!" --di kamar ada orang bersiap-siap--tetapi tali-tali itu diputuskannya tanggal dari tangannya seperti benang saja.
16:13 Berkatalah Delila kepada Simson: "Sampai sekarang engkau telah mempermain-mainkan dan membohongi aku. Ceritakanlah kepadaku dengan apakah engkau dapat diikat." Jawabnya kepadanya: "Kalau engkau menenun ketujuh rambut jalinku bersama-sama dengan lungsin lalu mengokohkannya dengan patok, maka aku akan menjadi lemah dan menjadi seperti orang lain manapun juga."
16:14 Kemudian perempuan itu mengokohkan lagi tenunan itu dengan patok, lalu berserulah ia kepadanya: "Orang-orang Filistin menyergap engkau, Simson." Tetapi ketika ia terjaga dari tidurnya, disentaknya lepas patok tenunan dan lungsin itu.
16:15 Berkatalah perempuan itu kepadanya: "Bagaimana mungkin engkau berkata: Aku cinta kepadamu, padahal hatimu tidak tertuju kepadaku? Sekarang telah tiga kali engkau mempermain-mainkan aku dan tidak mau menceritakan kepadaku, karena apakah kekuatanmu demikian besar."
16:16 Lalu setelah perempuan itu berhari-hari merengek-rengek kepadanya dan terus mendesak-desak dia, ia tidak dapat lagi menahan hati, sehingga ia mau mati rasanya.
16:17 Maka diceritakannyalah kepadanya segala isi hatinya, katanya: "Kepalaku tidak pernah kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibuku aku ini seorang nazir Allah. Jika kepalaku dicukur, maka kekuatanku akan lenyap dari padaku, dan aku menjadi lemah dan sama seperti orang-orang lain."
16:18 Ketika dilihat Delila, bahwa segala isi hatinya telah diceritakannya kepadanya, disuruhnyalah memanggil raja-raja kota orang Filistin, katanya: "Sekali ini lagi datanglah ke mari, sebab ia telah menceritakan segala isi hatinya kepadaku." Lalu datanglah raja-raja kota orang Filistin itu kepadanya sambil membawa uang itu.
16:19 Sesudah itu dibujuknya Simson tidur di pangkuannya, lalu dipanggilnya seorang dan disuruhnya mencukur ketujuh rambut jalinnya, sehingga mulailah Simson ditundukkan oleh perempuan itu, sebab kekuatannya telah lenyap dari padanya.
16:23 Sesudah itu berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untuk mengadakan perayaan korban sembelihan yang besar kepada Dagon, allah mereka, dan untuk bersukaria; kata mereka: "Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita Simson, musuh kita."
16:24 Dan ketika orang banyak melihat Simson, mereka memuji allah mereka, sambil berseru: "Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita musuh kita, perusak tanah kita, dan yang membunuh banyak teman kita."
16:25 Ketika hati mereka riang gembira, berkatalah mereka: "Panggillah Simson untuk melawak bagi kita." Simson dipanggil dari penjara, lalu ia melawak di depan mereka, kemudian mereka menyuruh dia berdiri di antara tiang-tiang.
16:26 Berkatalah Simson kepada anak yang menuntun dia: "Lepaskan aku dan biarkanlah aku meraba-raba tiang-tiang penyangga rumah ini, supaya aku dapat bersandar padanya."
16:27 Adapun gedung itu penuh dengan laki-laki dan perempuan; segala raja kota orang Filistin ada di sana, dan di atas sotoh ada kira-kira tiga ribu orang laki-laki dan perempuan, yang menonton lawak Simson itu.
16:28 Berserulah Simson kepada TUHAN, katanya: "Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin."
16:29 Kemudian Simson merangkul kedua tiang yang paling tengah, penyangga rumah itu, lalu bertopang kepada tiang yang satu dengan tangan kanannya dan kepada tiang yang lain dengan tangan kirinya.
16:30 Berkatalah Simson: "Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini." Lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya, maka rubuhlah rumah itu menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orang banyak yang ada di dalamnya. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya.
Pasal 16 merupakan puncak dari kisah Simson, di pasal ini kita melihat bagaimana Simson menjadi hakim pertama yang ditangkap bahkan sampai dibunuh oleh musuhnya. Simson merupakan gambaran pemimpin yang sangat potensial tapi juga sangat tidak ideal. Kekuatannya begitu luar biasa tetapi ia tidak bisa meregulasi hawa nafsunya, sehingga membuatnya menjadi seorang pemimpin yang begitu impulsif.
1. MEWASPADAI TITIK LEMAH
16:16 Lalu setelah perempuan itu berhari-hari merengek-rengek kepadanya dan terus mendesak-desak dia, ia tidak dapat lagi menahan hati, sehingga ia mau mati rasanya.
16:17 Maka diceritakannyalah kepadanya segala isi hatinya, katanya: "Kepalaku tidak pernah kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibuku aku ini seorang nazir Allah. Jika kepalaku dicukur, maka kekuatanku akan lenyap dari padaku, dan aku menjadi lemah dan sama seperti orang-orang lain."
Pada bagian di atas diceritakan bagaimana Delila merengek kepada Simson untuk memberi tahu rahasia kekuatannya. Setelah merengek berulang kali, Simson akhirnya tidak tahan dan ia memberitahukan rahasia kekuatannya pada Delila. Godaan memang seringkali tidak hanya datang satu kali saja, tapi datang berkali-kali hingga membuat kita akhirnya jatuh seperti Simson.
Bukan kelemahan yang membuat kita jatuh, tapi justru ketika kita merasa kuat dan baik-baik saja kita tanpa sadar jatuh ke dalam perangkap dosa. Simson berulang kali telah dicobai oleh musuhnya dan ia terus berhasil melewatinya. Pada momen ini, ia merasa di atas angin dan berpikir bahwa ia akan baik-baik saja seperti sebelumnya. Ia meremehkan resiko dan konsekuensi yang akan ia terima.
Dari Simson dan Delila kita bisa melihat 2 keinginan yang begitu merusak. Simson menginginkan kenikmatan seksual dari Delila. Sedangkan Delila menginginkan uang dan ketenaran dari Simson. Bila kita merefleksikan kita sangat mungkin menjadi Simson maupun Delila. Kita bisa jadi memiliki obsesi-obsesi yang membutakan dan menggerakkan hidup kita.
Simson dan Delila sama-sama merupakan dua orang yang hidupnya digerakkan oleh obsesi. Ketika kita memiliki keinginan atau obsesi lain di luar kepuasan dalam Kristus — entah itu berupa kekayaan, seks, kedudukan, atau ketenangan — hal-hal tersebut menjadi titik kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh si jahat. Kita perlu waspada terhadap tipu muslihat musuh yang sangat gigih untuk membuat kita merasa tak berdaya dan lemah.
Musuh kita bukan hanya seperti Delilah, melainkan jauh lebih licik dan tekun dalam mengganggu perjalanan iman kita. Musuh utama kita bukanlah pesaing bisnis, rekan kerja, pasangan, mertua, dosen, atau atasan! Lawan utama kita adalah Iblis, roh-roh jahat, dan penguasa di udara. Obsesi dapat membuat kita rela berkompromi dan melupakan esensi yang sebenarnya.
Efesus 6:12 karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
CS Lewis berkata ada dua kekeliruan yang setara dan bertentangan mengenai iblis yang bisa menjatuhkan manusia. Pertama ialah tidak mempercayai keberadaan mereka. Yang lain mempercayai, memikirkannya secara berlebihan, dan tertarik kepada iblis pada tingkat yang tidak sehat. Iblis menyenangi kedua macam kekeliruan itu. Iblis menyukai seorang materialis atau seorang penyihir dengan kegembiraan yang sama.
Ini adalah fenomena yang sering kita temui dalam masyarakat: ada yang sangat realistis hingga meremehkan keberadaan kuasa kegelapan, sementara yang lain justru meninggikan dan menghormati kuasa tersebut. Ini semua adalah bagian dari tipu daya si jahat untuk menyesatkan kita.
Bukankah ini serupa dengan kisah Simson? Dia merasa kuat dan mampu mengalahkan musuh-musuhnya dengan kekuatannya sendiri. Saat berperang, Simson tidak pernah melibatkan pasukan; dia menumpas musuh-musuhnya sendirian, seperti seorang "lone ranger" atau, dalam istilah anak muda sekarang, "solo player".
Bukankah ini mirip dengan kita yang sering terlalu bergantung pada kekuatan sendiri dan tidak mengandalkan Tuhan? Kita bahkan meremehkan kuasa kegelapan yang sebenarnya dapat menjebak kita dengan tipu muslihatnya. Iblis seringkali menggunakan keinginan kita untuk menggoda dan membutakan pikiran kita.
Yakobus 1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
Mari kita melihat prinsip kerja sebuah grand piano. Dalam grand piano terdapat banyak senar yang menghasilkan bunyi saat tuts ditekan, karena palu kecil di dalamnya memukul senar tersebut. Namun, menariknya, senar-senar itu juga bisa bergetar dan menghasilkan suara tanpa disentuh, hanya dengan mendengar suara lain di dekatnya yang memiliki frekuensi yang sama.
Demikian pula, keinginan-keinginan kita ibarat senar hati yang dapat beresonansi. Iblis tidak dapat membuat kita berdosa atau menyentuh kita, tetapi dia tahu bagaimana menggoda dengan "lagu" yang sesuai dengan berhala hati kita. Jika kita memiliki kerinduan tertentu, dia akan menyoroti hal-hal yang sesuai untuk memancingnya. Maka dari itu, kita perlu waspada terhadap titik lemah kita. Iblis tidak bisa mengambil keselamatan kita, tetapi dia bisa terus memainkan senar berhala yang ada di hati kita.
Efesus 6:11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis
Peperangan rohani yang sebenarnya bukan hanya soal mengusir roh jahat atau menyingkirkan kuasa kegelapan dari rumah atau suatu tempat. Lebih dari itu, peperangan ini terjadi dalam hati kita — ketika keinginan-keinginan yang ditiupkan oleh si jahat berusaha mengalihkan kita dari Allah.
Si jahat menyanyikan "lagu-lagu" yang selaras dengan hasrat tersembunyi kita, menggoda kita untuk mengejar hal-hal yang menjauhkan kita dari kasih dan kehendak Tuhan. Maka, peperangan rohani adalah perjuangan melawan godaan yang mengaburkan tujuan hidup kita yang sejati dalam Kristus.
Pertanyaan Reflektif
2. ALLAH MEMAKAI KELEMAHAN KITA UNTUK KEMULIAAN-NYA
16:23 Sesudah itu berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untuk mengadakan perayaan korban sembelihan yang besar kepada Dagon, allah mereka, dan untuk bersukaria; kata mereka: "Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita Simson, musuh kita."
16:24 Dan ketika orang banyak melihat Simson, mereka memuji allah mereka, sambil berseru: "Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita musuh kita, perusak tanah kita, dan yang membunuh banyak teman kita."
Ayat 23 menggambarkan perayaan besar orang Filistin di Gaza, di kuil dewa mereka, Dagon. Mereka berkumpul penuh sukacita karena merasa berhasil menaklukkan Simson, yang dahulu perkasa namun kini jatuh dalam kelemahan. Para pemimpin dan raja Filistin, bersama ribuan warga, bersuka cita dan memuji Dagon atas kemenangan ini.
Kemenangan ini menjadi pemenuhan dendam mereka terhadap Simson, yang sebelumnya membunuh banyak rekan mereka dan menghancurkan ladang-ladang mereka. Kegembiraan mereka meluap karena mereka melihat Simson, sosok yang dulunya ditakuti, kini tidak berdaya. Ayat 23-24 ini menggambarkan puncak perayaan kemenangan Filistin, yang menganggap kejatuhan Simson sebagai bukti bahwa Dagon lebih kuat daripada musuh mereka.
Saya memang merasa terpanggil dan senang melayani pelajar. Suatu waktu saya berkesempatan untuk melayani dua sekolah dalam sehari. Pukul 4, saya sudah bangun untuk bersiap-siap, dan pukul 5 saya berangkat menuju sekolah yang akan saya layani. Waktu itu, rumah saya di Menganti, sementara sekolah yang saya tuju di daerah MERR, yang memakan waktu perjalanan sekitar 1,5 hingga 2 jam. Meskipun masih mengantuk, saya tetap berangkat karena ibadah dimulai pukul 7 pagi. Setelah itu, pukul 10, saya lanjut melayani di sekolah lain.
Di tengah-tengah kesibukan itu, saya sempat berpikir, "Wah, luar biasa juga ya saya ini, mau repot-repot melayani Tuhan sepagi ini!" Saya merasa cukup gigih dan tangguh untuk menghadapi kesulitan. Namun, saat saya mau masuk gerbang sekolah selanjutnya, tiba-tiba motor menabrak mobil saya dari arah samping. Pintu mobil rusak parah dan biaya perbaikannya cukup besar, walau syukurlah pengendara motor tidak apa-apa.
Dalam kejadian itu, saya sadar Tuhan mengingatkan saya. Bukan karena saya hebat atau punya etos yang tinggi sehingga bisa melayani, tetapi karena anugerah-Nya. Kejadian itu membuat saya menyadari betapa lemah dan terbatasnya saya.
Jika hari ini Anda merasa lemah dan tak berdaya menghadapi pergumulan, syukurilah. Kelemahan adalah kesempatan untuk bergantung penuh kepada Tuhan. Dalam kelemahan kita, kita bisa memahami anugerah Tuhan yang menyelamatkan kita dari kesombongan atas kekuatan kita sendiri.
2 Korintus 12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
2 Korintus 12:10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Tuhan mengizinkan kita mengalami kelemahan dan kegagalan agar kita menyadari betapa pentingnya bergantung kepada-Nya setiap waktu. Dalam setiap keterbatasan dan kesulitan yang kita hadapi, kita diingatkan bahwa kekuatan kita sendiri tidak cukup untuk mengatasi hidup ini.
Justru dalam momen-momen saat kita merasa paling tak berdaya, kita diajak untuk menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya dan mengakui bahwa Dialah sumber kekuatan dan hikmat yang sejati. Melalui pengalaman gagal dan merasa lemah, kita diundang untuk mendekat kepada Tuhan, membangun ketergantungan yang lebih mendalam, dan menemukan damai yang sejati dalam penyertaan-Nya.
Pertanyaan Reflektif
3. KASIH KARUNIA & KESETIAAN ALLAH DALAM KELEMAHAN UMAT-NYA
16:28 Berserulah Simson kepada TUHAN, katanya: "Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin."
Ini adalah kali kedua Simson berdoa, memohon, “Ya Tuhan Allah, ingatlah kepadaku dan berilah aku kekuatan sekali ini saja, supaya aku dapat membalas dendam kepada orang Filistin atas kedua mataku.” Sebelumnya Simson terakhir kali berdoa pada saat ia kehausan setelah berperang di pasal sebelumnya.
Di sini, Simson yang kita lihat sangat berbeda dari Simson sebelumnya. Dahulu ia selalu tampak kuat dan menggunakan kekuatannya untuk kepentingan diri sendiri. Namun, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Simson berada dalam kondisi buta, lemah, dan putus asa. Kali ini, alih-alih berfokus pada dirinya, ia berpaling kepada Tuhan, meminta agar Tuhan mengingatnya dan memberinya kekuatan untuk membalas orang Filistin.
Simson adalah seorang hakim yang jarang berdoa atau memohon kepada Allah, penuh dengan rasa percaya diri dan kekuatan pribadi yang sering membuatnya tinggi hati. Orang Filistin mengira Tuhan telah meninggalkan Simson begitu mereka mencukur rambutnya, meyakini bahwa kekuatannya terletak pada sumpah untuk tidak pernah membiarkan rambutnya dicukur. Setelah sumpah itu dilanggar, mereka pikir Tuhan tidak akan lagi bersamanya. Namun, mereka tidak menyadari bahwa Tuhan dalam Alkitab adalah Tuhan yang penuh kasih karunia, yang tetap setia kepada umat-Nya, bahkan ketika mereka tidak setia kepada-Nya.
Kisah ini mencerminkan doktrin unconditional election (pemilihan tanpa syarat), di mana Allah memilih umat-Nya bukan berdasarkan perbuatan mereka, melainkan atas kehendak dan kasih karunia-Nya. Juga terlihat doktrin irresistible grace (anugerah yang tidak dapat ditolak), di mana meskipun Simson telah jatuh, kasih karunia Allah tetap bekerja dalam hidupnya untuk memenuhi rencana yang lebih besar.
Di tempat itu, sekitar 3.000 pria dan wanita berada di sana, ditambah banyak orang di dalamnya, menjadikan jumlahnya lebih dari 5.000 orang Filistin. Keadaan ini membentuk panggung bagi Tuhan untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Ketika Simson dalam kondisi lemah, ia justru menjadi sangat efektif, lebih dari saat ia masih kuat, dan dalam akhir hidupnya, ia menghabisi bukan hanya prajurit Filistin tetapi juga para pemimpin mereka.
Perjanjian Allah tidak tergantung pada kelemahan kita. Jika si jahat terus berusaha membuat kita lemah dan tak berdaya oleh dosa, kasih karunia Allah jauh lebih besar, setia mengejar kita dan memberi kesempatan untuk kembali kepada-Nya.
Saat ini, kita mungkin merasa banyak memiliki kelemahan dan bergumul dengan dosa. Namun, anugerah dan kesetiaan Allah tidak tergantung pada kelemahan kita. Kita tidak dapat mengubah masa lalu, tetapi ketika kita bertobat dan berbalik kepada Allah, Dia dapat “menggunakan” dosa-dosa kita untuk mencapai rencana-Nya. Pertobatan yang sejati tidak mengubah masa lalu kita, tetapi membawa harapan untuk masa depan.
Pertanyaan Reflektif
GOSPEL CONNECTION
Ketika Simson berdoa, ada dendam di hatinya terhadap orang-orang yang menghancurkannya, tetapi ketika Yesus berdoa di kayu salib, Dia memohon pengampunan bagi mereka yang menyakitinya. Yesus adalah gambaran sempurna kasih yang Simson gagal wujudkan.
Simson Vs Kristus
ORANG BERINJIL