Pembacaan : Hakim-Hakim 14:1-20
Minggu ini kita kembali melanjutkan sermon series “From Judges To Jesus” dengan judul Kuasa-Nya Melampaui Kebobrokan Manusia.
Bacaan : Hakim-Hakim 14:1-20
14:1 Simson pergi ke Timna dan di situ ia melihat seorang gadis Filistin.
14:2 Ia pulang dan memberitahukan kepada ayahnya dan ibunya: "Di Timna aku melihat seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku."
14:3 Tetapi ayahnya dan ibunya berkata kepadanya: "Tidak adakah di antara anak-anak perempuan sanak saudaramu atau di antara seluruh bangsa kita seorang perempuan, sehingga engkau pergi mengambil isteri dari orang Filistin, orang-orang yang tidak bersunat itu?" Tetapi jawab Simson kepada ayahnya: "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai."
14:4 Tetapi ayahnya dan ibunya tidak tahu bahwa hal itu dari pada TUHAN asalnya: sebab memang Simson harus mencari gara-gara terhadap orang Filistin. Karena pada masa itu orang Filistin menguasai orang Israel.
14:5 Lalu pergilah Simson beserta ayahnya dan ibunya ke Timna. Ketika mereka sampai ke kebun-kebun anggur di Timna, maka seekor singa muda mendatangi Simson dengan mengaum.
14:6 Pada waktu itu berkuasalah Roh TUHAN atas dia, sehingga singa itu dicabiknya seperti orang mencabik anak kambing--tanpa apa-apa di tangannya. Tetapi tidak diceriterakannya kepada ayahnya atau ibunya apa yang dilakukannya itu.
14:7 Maka pergilah ia ke sana, lalu bercakap-cakap dengan perempuan itu, sebab Simson suka kepadanya.
14:8 Setelah beberapa waktu kembalilah ia ke sana untuk kawin dengan perempuan itu; dan ketika ia menyimpang dari jalan untuk melihat bangkai singa itu, tampaklah ada kawanan lebah pada kerangka singa itu dan juga madu.
14:9 Dikeruknya madu itu ke dalam tangannya dan sambil memakannya ia berjalan terus, kemudian pergilah ia kepada ayahnya dan ibunya, dan memberikannya juga kepada mereka, lalu mereka memakannya. Tetapi tidak diceriterakannya kepada mereka, bahwa madu itu dikeruknya dari kerangka singa.
14:10 Setelah ayahnya pergi kepada perempuan itu, Simson mengadakan perjamuan di sana, sebab demikianlah biasanya dilakukan orang-orang muda.
14:11 Ketika mereka melihat dia, dipilihlah tiga puluh orang kawan untuk menemani dia.
14:12 Kata Simson kepada mereka: "Aku mau mengatakan suatu teka-teki kepada kamu. Jika kamu dapat memberi jawabnya yang tepat kepadaku dalam tujuh hari selama perjamuan ini berlangsung dan menebaknya, maka aku akan memberikan kepadamu tiga puluh pakaian lenan dan tiga puluh pakaian kebesaran.
14:13 Tetapi jika kamu tidak dapat memberi jawabnya kepadaku, maka kamulah yang harus memberikan tiga puluh pakaian dalam dan tiga puluh pakaian kebesaran kepadaku." Kata mereka kepadanya: "Katakanlah teka-tekimu itu, supaya kami dengar."
14:14 Lalu katanya kepada mereka: "Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan." Ada tiga hari lamanya mereka tidak dapat memberi jawab teka-teki itu.
14:15 Pada hari ketujuh berkatalah mereka kepada isteri Simson: "Bujuklah suamimu, supaya diberitahukannya kepada kami jawab teka-teki itu; kalau tidak, kami akan membakar engkau beserta seisi rumah ayahmu. Apakah engkau mengundang kami untuk membuat kami menjadi miskin? Tidak, bukan?"
14:16 Lalu menangislah isteri Simson itu sambil memeluk Simson, katanya: "Engkau benci saja kepadaku, dan tidak cinta kepadaku; suatu teka-teki kaukatakan kepada orang-orang sebangsaku, tetapi jawabnya tidak kauberitahukan kepadaku." Sahutnya kepadanya: "Sedangkan kepada ayahku dan ibuku tidak kuberitahukan, masakan kepada engkau akan kuberitahukan?"
14:17 Tetapi isterinya itu menangis di sampingnya selama ketujuh hari mereka mengadakan perjamuan itu. Pada hari yang ketujuh diberitahukannyalah kepadanya, karena ia merengek-rengek kepadanya, kemudian perempuan itu memberitahukan jawab teka-teki itu kepada orang-orang sebangsanya.
14:18 Lalu pada hari yang ketujuh itu, sebelum matahari terbenam, berkatalah orang-orang kota itu kepadanya: "Apakah yang lebih manis dari pada madu? Apakah yang lebih kuat dari pada singa?" Sahutnya kepada mereka: "Kalau kamu tidak membajak dengan lembu betinaku, pasti kamu tidak menebak teka-tekiku."
14:19 Maka berkuasalah Roh TUHAN atas dia, lalu pergilah ia ke Askelon dan dibunuhnya tiga puluh orang di sana, diambilnya pakaian mereka dan diberikannya pakaian-pakaian kebesaran itu kepada orang-orang yang dapat memberi jawab teka-teki itu. Tetapi amarahnya masih juga bernyala-nyala, lalu pulanglah ia ke rumah ayahnya.
14:20 Maka diberikanlah isteri Simson itu kepada kawannya, bekas pengiringnya.
Masa kecil kita pasti diwarnai dengan kekaguman dengan tokoh-tokoh superhero. Mulai dari Power Rangers, Ultraman hingga superhero dari dunia Marvel pasti pernah membuat kita kagum dan mengidolakan tokoh superhero tertentu. Kekaguman ini tak jarang membuat kita secara sadar tidak sadar meniru perilaku mereka dan ingin menjadi seperti mereka.
Tidak hanya tokoh superhero, kita mungkin juga mengidolakan tokoh-tokoh alkitab yang heroik. Misalnya Daud yang bisa mengalahkan raksasa Filistin bernama Goliat, atau Gideon yang bisa mengalahkan ratusan ribu musuh hanya dengan 300 pasukan. Bahkan bisa jadi kita juga mengidolakan Simson yang bisa mencabik-cabik singa dengan tangan kosong.
Namun seiring bertambahnya pemahaman kita akan tokoh-tokoh tersebut kita dapat menemukan bahwa mereka hanya manusia biasa seperti kita. Manusia berdosa yang bergerak untuk kepentingan dirinya sendiri. Minggu ini secara khusus kita akan fokus ke kisah Gideon yang gagal melaksanakan kehendak Allah dan hanya hidup dengan kehendaknya sendiri.
Minggu lalu kita seakan melihat secercah harapan untuk bangsa Israel melalui berita kelahiran Simson. Setelah 40 tahun berada di masa penjajahan, akhirnya Tuhan akan mengirimkan seorang hakim yang telah dipilih sejak ia berada di kandungan. Simson seorang hakim pilihan Tuhan, seorang Nazir Allah semasa hidupnya malah tindakannya lebih seperti penjahat.
Tapi meski begitu Tuhan tetap memakai kebobrokan Simson untuk menggenapi rencana-Nya. Hal ini mengingatkan kita bahwa sekalipun manusia gagal melakukan kehendak-Nya namun kehendak-Nya tidak akan pernah gagal. Tidak ada satu hal pun yang dapat menggagalkan kehendak-Nya yang sempurna. Bahkan Tuhan dapat menggunakan setiap kebobrokan itu untuk menggenapi rencana-Nya yang sempurna.
1. KEBOBROKAN SIMSON
Pada pasal 14 ini kita melihat kisah Simson yang menyukai orang Filistin, musuh dari orang Israel. Orang tua Simson heran dengan keinginan Simson tersebut. Sebab Tuhan sudah mengingatkan bangsa Israel untuk tidak berhubungan dengan bangsa Filistin karena mereka akan membawanya menjauh dari Tuhan.
Manoah dan istrinya tentu bingung dengan permintaan Simson untuk dinikahkan dengan orang Filistin. Sebab, mereka masih ingat bagaimana Malaikat Allah memberitahukan rencana-Nya terhadap Simson. Bagaimana Simson akan menjadi seorang Nazir Allah dan menyelamatkan Israel. Nyatanya, kelakuan Simson bertolak belakang dengan apa yang dijanjikan Tuhan. SImson memberontak dari kehendak Tuhan dan melakukan kehendaknya sendiri.
Pada ayat 3 kita melihat bagaimana orang tua Simson mempertanyakan kehendaknya. Namun Simson tidak mengindahkannya dan tetap bersikeras. Ia berkata "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai." Kusukai dalam bahasa ibrani adalah Yassar, yang berarti dia benar menurut pandanganku. Sikap ini merangkum secara keseluruhan sikap bangsa Israel di kitab ini.
17:6 Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
21:25 Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
Ada dua ayat yang menegaskan hal tersebut. Pada dua ayat diatas kita bisa melihat ayat yang ditulis sama persis. Kedua ayat ini menunjukkan bagaimana orang Israel tidak lagi melakukan kehendak Tuhan tapi melakukan kehendaknya sendiri seperti Simson.
Tiga Ketentuan Nazir Allah
Simson telah melanggar 3 ketentuan nazar Nazir Allah dengan sempurna. Simson melanggar ketentuan pertama di ayat 8 dan 9 dimana ia menyentuh bangkai singa yang telah ia bunuh sebelumnya. Parahnya, Simson bahkan memberikan madu dari bangkai tersebut kepada orang tuanya. Sehingga ia tidak hanya menajiskan dirinya tapi juga orang tuanya.
Simson juga melanggar ketentuan kedua dimana ia pergi ke kebun anggur dan mengadakan perjamuan (ayat 5, 10). Kebun anggur adalah suatu tempat yang sangat berbahaya untuk seseorang yang tidak boleh bersentuhan dengan anggur sama sekali. Apalagi sampai mengadakan perjamuan, bisa dipastikan Simson kemungkinan besar meminum anggur dalam dua peristiwa ini. Kita juga pasti tahu bahwa nantinya Simson juga akan melanggar ketentuan yang ketiga.
Simson harusnya mendekat kepada Allah. Namun ia malah mendekat pada musuh dan mengikuti kehendaknya sendiri. Simson seorang nazir yang seharusnya berjalan di dalam kehendak Tuhan, tapi lebih memilih untuk berjalan dengan keinginannya sendiri.
Pertanyaan Reflektif
2. TANGAN TUHAN YANG TERUS BEKERJA
Melanjutkan kisah tadi, pada waktu perjamuan pesta itu Simson memberikan teka-teki kepada 30 orang yang menemaninya. Teka-teki ini tidak bisa dijawab dan setelah beberapa hari mereka mengancam istri Simson. Singkat cerita akhirnya Simson membocorkan jawaban itu pada istrinya karena istrinya terus menangis. Kemudian istrinya membocorkan jawabannya kepada 30 orang itu.
Hal itu menimbulkan kemarahan bagi Simson sehingga ia pergi ke Askelon dan membunuh 30 orang di sana. Simson mengambil pakaian mereka dan memberikan kepada 30 orang yang menjawab teka-teki itu. Lalu ia pulang ke rumah ayahnya dengan kemarahan yang masih berkobar. Simson juga meninggalkan istrinya dan memberikannya pada temannya.
Kisah ini intinya menggambarkan bahwa Simson seharusnya dari awal pergi berperang melawan orang Filistin bukan malah menikah dengan orang Filistin. Tapi disini Tuhan menggunakan ego dan hawa nafsu Simson (hal yang buruk) untuk menyerang orang Filistin. Di mulai dengan yg tadi, dia membunuh 30 orang Filistin di Askelon (14:9). Kemudian di dalam kemarahannya karena istrinya diberikan ke orang lain, dia membakar ladang gandum milik orang Filistin (15:1-5). Lalu kemudian dia membantai banyak orang Filistin (15:7-8) dan dia membunuh 1000 orang Filistin seorang diri (15:15).
Sekali lagi Tuhan menunjukkan bahwa ia senantiasa menggenapi rencana-Nya bahkan melalui kelemahan & kegagalan umat-Nya.
Coba pikirkan apa yang membuat Simson menjadi begitu kuat? Apakah rambutnya? Bukan rambut yang menjadikan Simson kuat. Namun Roh Tuhan dalam diri Simson yang membuatnya jadi kuat. Dalam kisah Simson tercatat tiga kali Roh Tuhan berkuasa dalam diri Simson.
Pertama di dalam Hakim-hakim 14:6, dikatakan “Pada waktu itu berkuasalah Roh Tuhan atas dia, sehingga singa itu dicabiknya seperti orang mencabik anak kambing. Kemudian di dalam Hakim-hakim 14:19, dikatakan: “Maka berkuasalah Roh Tuhan atas dia, lalu pergilah ia ke Askelon dan di bunuhnya tiga puluh orang di sana.”
Dan satu lagi di dalam Hakim-hakim 15:14 sewaktu Simson menyerahkan dirinya untuk diberikan kepada orang Filistin, dikatakan: “Maka berkuasalah Roh Tuhan atas dia dan tali-tali pada tangannya menjadi seperti batang rami yang telah habis dimakan api dan segala pengikatnya hancur tanggal dari tangannya.” Sesudah itu ia membunuh 1000 orang Filistin di sana. Jadi, Simson dapat melakukan itu semua, semata-mata karena Roh Tuhan yang berkuasa atas-Nya
Pertanyaan mungkin muncul bagi kita. Bagaimana mungkin Simson yang begitu dikuasai oleh Roh Tuhan namun tetap hidup arogan, emosional, tidak dapat menguasai diri dan bertindak semaunya? Menurut Tim Keller, sangat mungkin seseorang memiliki karunia roh tapi tidak memiliki buah roh.
Dalam 1 Korintus 12 dan 14, Paulus memberitahu kita bahwa sangat mungkin untuk seseorang memiliki banyak karunia tapi tidak memiliki kasih. Seseorang dengan karunia yang begitu banyak tidak serta merta memiliki karakter yang baik pula. Tanpa kasih yang adalah buah roh tersebut karunia-karunia ini menjadi tidak ada artinya.
Berapa banyak kita melihat kasus orang-orang yang memiliki karunia rohani yang begitu baik dan memberkati banyak orang dalam pekerjaan dan pelayanannya. Namun gagal di dalam menjaga kekudusan hidup, bahkan tetap hidup dalam lumpur dosa?
Kembali pada Simson, meski ia diberi karunia kekuatan supranatural yang luar biasa tapi secara karakter ia sangat bobrok. Ia sering bertindak impulsif, mengikuti nafsu dan keinginan pribadinya tanpa memikirkan kehendak Tuhan. Simson adalah contoh bahwa seseorang bisa memiliki karunia besar dari Tuhan tetapi tanpa karakter yang saleh.
Lantas jika Tuhan tahu Simson itu bobrok, mengapa Tuhan tetap memakainya? Ini adalah pertanyaan yang salah karena kita sedang meletakkan Tuhan di dalam kotak kita. Bila itu terjadi maka tindakan Tuhan ditentukan oleh tindakan manusia. Padahal tindakan Tuhan tidak bergantung pada manusia tapi pada rencana agung-Nya sejak kekekalan yaitu karya keselamatan bagi umat pilihan-Nya.
Bukankah itu yang sebenarnya diceritakan dalam kitab Hakim-hakim? Bahkan, bukan hanya dalam kitab Hakim-hakim, melainkan di dalam seluruh Alkitab. Pesan utama dari seluruh bagian Alkitab adalah kasih karunia Tuhan yang tak terbatas, yang selalu diberikan kepada orang-orang berdosa. Ini merupakan bagian dari rencana agung Allah dalam keselamatan umat-Nya.
David Jackman, seorang Hamba Tuhan, menuliskan seperti ini: “Pada dasarnya, ini adalah buku tentang kasih karunia, belas kasihan yang tidak pantas kita terima, seperti seluruh isi Alkitab. Ini bukan berarti kita mengabaikan pentingnya kebenaran teologi atau beranggapan bahwa perilaku kita tidak penting (kita tetap akan merasakan akibat dari dosa kita). Namun, kita bisa bersukacita karena Tuhan juga bekerja melalui kegagalan kita sebagai bagian dari rencana-Nya.”
Pada dasarnya tidak ada seorang pun dari kita yang layak dipakai oleh Tuhan. Tuhan memakai kita bukan karena kita lebih baik, lebih suci, atau lebih kuat dari orang lain, melainkan karena kasih karunia-Nya. Tuhan memilih untuk bekerja dengan kita dan melalui kita, bukan karena kita pantas, tapi karena Dia berdaulat dan penuh kasih karunia.
Jadi pertanyaannya bukanlah kenapa Tuhan memakai orang seperti Simson atau orang lain yang kita pikir tidak layak. Tapi pertanyaan yang lebih tepat adalah kenapa Tuhan mau memakai kita yang juga penuh dengan kekurangan dan dosa ini?
Pertanyaan Reflektif
3. KASIH KARUNIA-NYA YANG SENANTIASA MENOPANG
15:18 Ketika ia sangat haus, berserulah ia kepada TUHAN: "Oleh tangan hamba-Mu ini telah Kauberikan kemenangan yang besar itu, masakan sekarang aku akan mati kehausan dan jatuh ke dalam tangan orang-orang yang tidak bersunat itu!"
Sesudah Simson menghabisi 1000 orang Filistin seorang diri, dia menjadi haus dan meminta air pada Tuhan. Ini adalah momen pertama Simson berdoa pada Tuhan yang dituliskan pada kitab Hakim-Hakim ini. Namun doa ini bila diperhatikan isinya bukanlah ucapan syukur atas kebaikan Tuhan. Melainkan berisi keluhan dan kemarahan karena kelelahan dan kehausan.
Sikap ini paralel dengan sikap bangsa Israel ketika keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian. Pada waktu itu bangsa Israel marah dan bersungut-sungut pada Tuhan karena tidak ada air. Tapi seperti Tuhan menjawab sungut-sungut bangsa Israel, Tuhan juga memberi Simon air untuk diminum.
Sekali lagi kita melihat, Tuhan menyatakan kasih karunia-Nya kepada Simson. Sekalipun Simson seperti bangsa Israel yang bersungut-sungut, Tuhan tetap sabar dan menunjukkan kasih-Nya. Kisah Simson dan bangsa Israel, termasuk gereja dari sejak jaman Perjanjian Baru sampai sekarang, mengingatkan kita semua bahwa bukan manusia yang setia, melainkan Tuhanlah yang tetap setia
Simson
- Melanggar perintah Tuhan
- Mengikuti nafsu, insting, kata hati
- My will be done
Yesus
- Taat melakukan perintah Bapa
- Taat mengikuti rencana Bapa
- Your will be done
Simson, bangsa Israel, para hakim, dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya adalah manusia yang tidak sempurna. Mereka sering gagal, tidak setia, dan tidak taat. Namun, kita tahu bahwa pada akhirnya ada Hakim yang sejati, yang sempurna, dan melakukan segala ketaatan. Dia adalah Yesus.
Berbeda dengan Simson, yang melanggar semua aturan kenazirannya, Yesus menaati setiap perintah Bapa. Simson lebih sering mengikuti hawa nafsu, insting, dan kehendaknya sendiri, sementara Yesus memilih untuk sepenuhnya taat kepada kehendak Bapa. Jika Simson mungkin menyimpulkan hidupnya dengan "Kehendakku yang terjadi," Yesus, dengan ketaatan yang sempurna, menyerahkan hidup-Nya dan berkata: "Kehendak-Mu yang terjadi."
IBRANI 5:8 Meskipun Yesus adalah Anak Allah, Dia rela menderita sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada Allah. (TSI)
Dalam Injil, kita melihat Yesus yang sangat tertekan, takut, dan bahkan berkata bahwa Dia merasa seperti akan mati. Dia tahu bahwa sebentar lagi akan mengalami hal yang paling menyakitkan: keterpisahan dari Bapa.
Penderitaan Yesus tidak dimulai saat Dia disiksa secara fisik, tetapi sudah dimulai di Taman Getsemani. Di sana, Yesus mengatakan bahwa Dia sangat menderita. Sebelumnya, Dia selalu memiliki hubungan yang sangat erat dengan Bapa, namun Dia akan kehilangan hubungan itu karena harus menanggung murka Allah, yang seharusnya menjadi hukuman bagi kita.
Jonathan Edwards, dalam khotbahnya "Christ's Agony", menggambarkan apa yang terjadi di Taman Getsemani. Dia mengatakan seolah-olah Allah Bapa menunjukkan cawan murka itu kepada Yesus dan membiarkan-Nya mencicipinya sedikit, agar Dia bisa merasakan penderitaan yang akan datang. Bapa seolah berkata, "Ini adalah cawan yang harus Kamu minum. Lihat murid-murid-Mu yang sedang tertidur di sana? Jika mereka ingin diselamatkan, tidak ada jalan lain. Kamu harus meminum cawan ini. Pilihannya hanya Kamu atau mereka yang binasa. Apakah kasih-Mu kepada mereka dan kepada-Ku cukup besar untuk mengambil cawan ini?"
Kita tahu, Yesus menjawab dengan, "Kehendak-Mu yang jadi." Meskipun kesedihan dan penderitaan-Nya sangat besar, kasih-Nya kepada Bapa dan kepada kita jauh lebih besar, sehingga Dia dengan rela dan taat minum cawan murka itu. Yesus menanggung hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada kita, seperti tertulis: "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."
Di Atas Salib
Namun Melalui Salib
Pertanyaan Reflektif
Yesus telah menebus dosa dan kegagalan saya, tetapi bagaimana saya merespons kasih karunia-Nya? Apakah saya menggunakan kasih karunia-Nya sebagai alasan untuk terus hidup dalam dosa, atau sebagai kekuatan untuk berubah dan berjuang untuk hidup lebih kudus?
ORANG BERINJIL