Kemenangan Yang Tak Terduga

FROM JUDGES TO JESUS – WEEK 4 "Kemenangan Yang Tak Terduga" 

Ps. Lius Erik


Pembacaan                : Hakim-Hakim 4

Kita memasuki minggu keempat dari Sermon Series kita From Judges to Jesus. Dan kita akan membahas mengenai “Kemenangan Yang Tak Terduga”. Kita akan melihat bagaimana Tuhan memakai tiga tokoh dalam kisah ini untuk menjadi alat Tuhan membebaskan bangsa Israel dari tangah musuh.

Baca : Hakim-Hakim 4

4. Pada waktu itu Debora ,   seorang nabiah,   isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel.
5. Ia biasa duduk  di bawah pohon korma Debora antara Rama  dan Betel   di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya.
6. Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam   dari Kedesh   di daerah Naftali, lalu berkata kepadanya: "Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor   dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali   dan bani Zebulon   bersama-sama dengan engkau, 
16. Lalu Barak mengejar kereta-kereta dan tentara itu sampai ke Haroset-Hagoyim, dan seluruh tentara Sisera tewas oleh mata pedang; tidak ada seorangpun yang tinggal   hidup. 
17. Tetapi Sisera dengan berjalan kaki melarikan diri ke kemah Yael,   isteri Heber, orang Keni  itu, sebab ada perhubungan baik antara Yabin, raja Hazor,   dengan keluarga Heber, orang Keni itu.
18. Yael  itupun keluar mendapatkan Sisera, dan berkata kepadanya: "Singgahlah, tuanku, silakan masuk. Jangan takut." Lalu singgahlah ia ke dalam kemah perempuan itu dan perempuan itu menutupi dia dengan selimut.
19. Kemudian berkatalah ia kepada perempuan itu: "Berilah kiranya aku minum air sedikit, aku haus." Lalu perempuan itu membuka kirbat susu,   diberinyalah dia minum dan diselimutinya pula.
20. Lagi katanya kepada perempuan itu: "Berdirilah di depan pintu kemah dan apabila ada orang datang dan bertanya kepadamu: Ada orang di sini?, maka jawablah: Tidak ada."
21. Tetapi Yael,   isteri Heber, mengambil patok kemah, diambilnya pula palu, mendekatinya diam-diam, lalu dilantaknyalah patok itu masuk ke dalam pelipisnya sampai tembus ke tanah--sebab ia telah tidur nyenyak   karena lelahnya--maka matilah   orang itu. 

Ada 3 poin yang kita pelajari dari khotbah minggu ini:

          1. SIKLUS DOSA YANG KEMBALI TERJADI

Kita mungkin akan bosan ketika membaca kisah Hakim-hakim ini, karena hampir di setiap awal kisah, kita akan menemukan pola yang sama kembali terjadi. Kita mungkin tidak habis pikir dengan bangsa Israel yang terus jatuh berulang kali di lubang yang sama dan di siklus dosa yang sama. Tapi kita harus ingat seperti yang khotbah di minggu sebelumnya bahwa kisah Hakim-Hakim juga adalah mencerminkan kita semua, yang seringkali jatuh bangun di dalam siklus dosa yang sama. 

Hakim-Hakim 4:1-3

1.  Setelah Ehud  mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat   di mata TUHAN. 
2. Lalu TUHAN menyerahkan mereka   ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah di Hazor.   Panglima tentaranya ialah Sisera   yang diam di Haroset-Hagoyim. 
3. Lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, sebab Sisera mempunyai sembilan ratus kereta   besi dan dua puluh tahun lamanya ia menindas   orang Israel dengan keras. 

Kalau saudara melihat kembali diawal kisah ini, kita melihat siklus ini kembali terjadi. Orang Israel kembali melakukan yang jahat di mata Tuhan, lalu Tuhan menyerahkan mereka ke dalam tangan musuh. Tuhan mengizinkan mereka untuk dijajah oleh Yabin yang  memiliki seorang panglima yang bernama Sisera, yang dikatakan memiliki 900 kereta besi. Itu adalah alat perang yang sangat canggih dan paling canggih pada waktu itu. Mungkin kalau hari ini dapat kita samakan dengan 900 Tank. Suatu Angkatan perang yang sangat kuat dan menakutkan. Secara perlengkapan perang, bangsa Israel tidak ada apa-apanya dibandingkan pasukan Sisera ini.

Kita tahu bahwa sebenarnya hal utama yang membuat bangsa Israel mengalami kejatuhan adalah karena masalah Rohani. Mereka meninggalkan Tuhan, maka Tuhan menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin dan Sisera. Akibatnya adalah, 20 tahun mereka hidup sebagai tawanan. Allah sengaja membiarkan mereka hidup di dalam tekanan dan jajahan bangsa lain. Seolah-olah Allah sengaja membuat mereka berada di dalam posisi SKAK MAT, kalau di dalam istilah catur. Mereka tidak bisa bergerak ke mana-mana. Ke kanan salah, kiri salah, depan salah, belakang salah. Mereka hanya punya satu pilihan, yaitu melihat ke atas, kepada Tuhan.

“Kadang kala, Tuhan mengizinkan kita berada di dalam posisi “SKAK MAT” untuk mengalihkan pandangan kita kembali kepada SANG PENYELAMAT.”

Akhirnya setelah selama 20 tahun hidup di dalam jajahan, bangsa Israel tidak tahan, mereka merintih dan berseru kepada Tuhan. Kemudian kita tahu dari kisah yang kita baca tadi, Allah menjawab rintihan mereka dan membebaskan mereka melalui beberapa tokoh. Pertama adalah Debora.

Hakim-Hakim 4:4

4. Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, Isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel.

Penjelasan ini adalah satu hal yang tidak biasa. Karena Debora adalah satu-satunya perempuan yang menjabat sebagai hakim di masa itu. Padahal bangsa Israel pada waktu itu hidup di dalam budaya patriakal yang sangat kuat. Yang menekankan dominasi laki-laki atas perempuan. Bahkan di dalam bahasa aslinya, ayat keempat tadi lebih menekankan gender dari Debora yang seolah ingin menekankan keunikan ini.

Di katakan seperti ini: “Debora, a woman, a prophetess, wife of Lappidoth, She she-Judged Israel”. Ada penekanan yang begitu kuat tentang gender Debora pada bagian ini. Hal ini seolah menunjukkan di masa budaya patriakal saat itu, mungkin bangsa Israel mendapatkan penghinaan dari musuh karena dipimpin oleh seorang perempuan. Namun, di dalam kelemahan dan keterbatasan, Debora terbukti menjadi alat yang Tuhan pakai untuk memberikan keselamatan bagi Israel.

“Tuhan dapat memakai apa yang dianggap lemah dan tidak masuk hitungan untuk menjadi alat perpanjangan tangan-Nya.”

Kita perlu melihat lagi, apa sebenarnya yang membuat bangsa Israel bolak balik jatuh di lubang yang sama? Yang pertama adalah kalau kita melihat di ayat 1, di situ dikatakan: Setelah Ehud mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata Tuhan.” Apa maksudnya? Saudara, bagian awal dari ayat ini seolah menekankan bahwa selama ini bangsa Israel meletakkan iman percaya mereka kepada pemimpin mereka. Istilahnya, iman mereka adalah iman yang nebeng (numpang).

Sewaktu pemimpinnya masih ada, mereka bisa tetap berjalan dalam Tuhan. Karena mungkin ada yang mengingatkan mereka untuk taat, untuk beribadah, dll. Jadi istilahnya ada satpamnya. Namun, saat pemimpinnya mati, mereka mulai berkompromi lagi dan akhirnya melakukan hal yang mendukakan Tuhan. Kehidupan Kekristenan kita kadang bisa terjebak seperti itu juga. yaitu menyandarkan iman percaya kita kepada hal lain, selain Tuhan sendiri. Mungkin kita jadi saleh dan taat karena ada seseorang yang kita kagumi dan hormati. Atau mungkin kita menjadi saleh dan taat karena lingkungan yang mengondisikan kita. Tapi apa yang terjadi ketika hal-hal itu diambil dari kita?

            Misalnya, hari minggu kita bisa terlihat sangat rohani, karena kita berada di lingkungan Kristen, lingkungan orang percaya, sama-sama memuji Tuhan dan mendengarkan firman. Hal itu dapat mengondisikan kita menjadi orang yang rohani. Tapi begitu masuk ke hari Senin sampai Sabtu, dengan lingkungan yang lain, berada di luar komunitas Kristen, kita bisa menjadi orang yang berbeda. Di hari minggu kita bisa terlihat seperti malaikat, tapi mungkin di hari Senin sampai Sabtu, kita bisa berubah menjadi penjahat. Kalau itu yang terjadi, sebenarnya kehidupan Kekristenan kita hanyalah karena agama. 

“Kehidupan Kekristenan yang dijalani atas dasar AGAMA dapat menjebak kita untuk hidup di dalam DRAMA.”

Inilah hal pertama yang membuat bangsa Israel kembali terjatuh. Warren Wiersbe menambahkan:

“Israel sebagaimana tertulis di dalam kitab Hakim-hakim menggambarkan perbedaan antara ‘Reformasi Agamawi’ dan ‘Kebangunan Rohani.’ Reformasi Agama hanya mengubah perilaku sementara Kebangunan Rohani mengubah karakter.”

Hal berikutnya yang membuat bangsa Israel jatuh di dalam siklus dosa yang sama adalah ini - Di bagian akhir kisah Ehud, salah satu hakim yang kita pelajari kemarin, di katakan seperti ini: Maka amanlah tanah itu, delapan puluh tahun lamanya (Hak 3:30b). Inilah yang juga perlu kita pahami sebagai seorang Kristen. Kadang kala, keadaan aman dan nyaman dapat membuat seseorang terjatuh ke dalam dosa. Karena kecenderungan kita sebagai manusia pada waktu keadaan aman dan nyaman adalah kita menjadi terlena dan menjadi lengah, sehingga tidak berjaga-jaga.

Pada waktu keadaan aman dan nyaman, justru di saat itulah kita harus berjaga-jaga. Karena pada saat keadaan aman dan nyaman, kita manusia cenderung lengah dan terlena. Tuhan sendiri sudah memberikan peringatan itu kepada bangsa Israel, melalui Musa sebelum mereka masuk ke Tanah Perjanjian.

Di dalam ulangan 6, sebelumnya Allah memberikan nasehat kepada bangsa Israel melalui Musa: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, kekuatanmu. Apa yang Kuperintahkan ini harus kau ajarkan berulang-ulang kepada anak-anakmu pada waktu engkau duduk, berbaring, dalam perjalanan.” Kita sering mendengar ayat itu kan. Tapi sesudah bagian itu, sebenarnya Tuhan masih memberikan satu peringatan yang sangat penting kepada mereka. 

10.Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu--kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; 
11.rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kau isi; sumur-sumur yang tidak kaugali;   kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami--dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang,   
12 maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan  TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.
13 Engkau harus takut akan TUHAN,  Allahmu; kepada Dia   haruslah engkau beribadah dan demi nama -Nya haruslah engkau bersumpah

Ini yang Tuhan peringatkan dari sejak semula kepada bangsa Israel. Tapi ternyata yang dilakukan Israel justru sebaliknya. Ketika berkat datang, ketika dalam keadaan aman dan nyaman, mereka justru berkompromi dan menjauh dari Tuhan. Sesungguhnya kehidupan Kristen bukanlah kehidupan yang aman dan nyaman, melainkan kehidupan yang siap siaga. Karena di dalam dunia ini banyak hal yang kita harus perangi. Di dunia ini kita berhadapan dengan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan Injil. Kita berhadapan dengan kepercayaan-kepercayaan yang salah, namun kini diterima oleh dunia. Kita berhadapan dengan berhala-berhala yang dapat menggoda kita dan menjauhkan kita dari Tuhan. Bahkan kita juga berhadapan dengan musuh utama kita, yaitu si jahat. Oleh sebab itu kita perlu untuk selalu berada dalam kondisi berjaga-berjaga.

Bangsa Israel terlena sehingga mereka kembali jatuh dan kembali mengulang siklus dosa yang sama. Bersyukur karena Tuhan kita adalah Tuhan yang panjang sabar dan setia kepada umat-Nya. Dia tidak tinggal diam melihat kesengsaraan yang dialami umat-Nya. Dan Ia bertindak tepat pada waktu-Nya.

           2. ALLAH YANG BERPERANG BAGI UMAT-NYA

Di bagian awal tadi kita melihat bangsa Israel merintih dan berseru kepada Tuhan, dan Tuhan menjawab mereka melalui seorang nabiah yang bernama Debora. Debora kemudian memanggil seorang yang bernama Barak, yang dikatakan anak dari Abinoam dari kota Kedes di daerah Naftali. Siapakah Barak? Kemungkinan besar Barak adalah orang yang cukup berpengaruh. Dia adalah seorang pemimpin yang juga sedang berusaha berjuang untuk membebaskan diri dari Yabin dan Sisera. Singkatnya Debora berkata kepada Barak bahwa Tuhan memerintahkan Barak untuk maju melawan Sisera dengan 10 ribu orang Naftali, dan melalui Barak, Allah berjanji akan memberikan kemenangan kepada Israel. Tapi perhatikan jawaban Barak.

Hakim-Hakim 4:8-9

8. Jawab Barak kepada Debora: “Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju.”
9. Kata Debora: “Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.” Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kedesh. 

Intinya Barak setuju untuk melaksanakan perintah Tuhan, hanya jika Debora ikut bersama dengan dia. Ada 2 pandangan terkait respons dari Barak terhadap panggilan Tuhan melalui Debora ini. Pandangan pertama menyimpulkan bahwa Barak ini kurang iman sehingga dia meminta Debora untuk ikut. Makanya kemudian di ayat ke-9 Debora berkata: “Oke aku ikut kamu, tapi ingat, engkau tidak akan mendapat kehormatan dari kemenangan itu, melainkan seorang Perempuan yang akan mendapatkannya.” Jadi seolah olah apa yang terjadi di ayat ke-9 adalah akibat dari apa yang terjadi di ayat 8, yaitu akibat lemahnya iman Barak sehingga perlu mengajak Debora ikut dengannya.

Pandangan yang kedua dan kita sependapat dengan ini dijelaskan oleh Timothy Keller:

Debora tidak sedang menegur Barak, tapi hanya mengatakan kepadanya bahwa sekalipun ia harus menuruni lereng bukit dan berhadapan dengan 900 kereta besi, dia tidak akan mendapat kehormatan untuk itu.”

Jadi apa yang disampaikan Debora adalah sebuah pernyataan akan fakta yang akan terjadi, bukan teguran karena lemahnya iman Barak. Dan kerinduan Barak agar Debora ikut dengannya juga bukanlah sebuah ketidaktaatan, melainkan karena dia tahu bahwa Debora adalah orang yang diurapi Tuhan. Ditambah lagi perjalanan yang akan dilakukannya bukanlah perjalanan yang mudah. Jadi dengan meminta Debora untuk ikut dengannya, Barak secara tidak langsung sedang meminta penyertaan Tuhan bersamanya. Apa yang Barak lakukan adalah hal yang sebenarnya wajar. Apa yang akan ia hadapi tidaklah mudah, sehingga ia sungguh membutuhkan penyertaan Tuhan melalui kehadiran Debora.

Terkait pandangan yang mengatakan bahwa iman barak adalah iman yang lemah, akibatnya dia tidak mendapat kehormatan itu, hal ini sebenarnya kurang kuat, karena nama barak masih disebut di dua kitab lain sebagai seorang pahlawan. Pertama, di dalam 1 Samuel, 12:11–Nabi Samuel menyebut nama Barak di situ sebagai salah satu tokoh yang Tuhan pakai untuk membebaskan umat Israel. Samuel bisa menyebutkan tokoh yang lain, tapi kenapa Barak? Lalu yang kedua, di dalam Ibrani 11:32. Nama Barak muncul lagi sebagai salah satu tokoh yang disebut sebagai saksi iman.

Berbicara mengenai iman ada 2 ekstrem yang muncul terkait pemahaman tentang iman. Sisi pertama berkata bahwa iman yang benar pasti akan menghasilkan sesuatu yang positif, akan memberikan kemenangan. Sisi yang lain berkata iman yang benar itu kalau kita menderita  bahkan menderita sampai mati. Itulah iman yang benar. Kita bisa melihat fokus keduanya? Fokusnya pada hasil (outcome).

Kalau kita kembali kepada kisah Barak. Timothy Keller menyimpulkan mengenai iman yang benar melalui kisah Barak ini:

1, Iman adalah mendengarkan Tuhan di dalam setiap tahap kehidupan dan dalam segala keadaan. Inilah alasan Barak ingin Debora untuk ikut dengan dia. Dia rindu mendengar pimpinan Tuhan di dalam perjalanan yang tidak mudah di depannya.
2. Iman adalah tetap menunjukkan keberanian di dalam menghadapi tantangan yang besar secara manusia. Saudara bayangkan, 900 kereta besi yang akan dihadapinya bukanlah perkara yang mudah. Secara hitungan manusia, 10 ribu prajurit Israel yang berjalan kaki juga tidak akan dapat mengalahkan Prajurit Sisera dengan mudah. Tapi Barak tetap maju berperang.
3. Iman itu rendah hati dan tidak mencari kehormatan. Barak tetap menaati Tuhan dan memimpin umat Israel, sekalipun kehormatan itu tetap diberikan kepada orang lain. Bahkan pada poin yang ketiga ini, Tim Keller menegaskan bahwa iman Barak adalah gambaran akan pembebas yang sejati, Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan. Melainkan merendahkan diri-Nya bahkan sampai mati di atas kayu salib demi kita.

“Iman yang benar tidak pernah bertujuan untuk memuliakan diri sendiri, tetapi untuk memuliakan Tuhan.”

Ketika kita melanjutkan kisah ini, kita akan melihat bahwa:

“Tuhan kita bukanlah Tuhan yang hanya mendengar seruan umat-Nya, namun Ia juga pribadi yang bertindak menyelamatkan umat-Nya.”

Kalau kita melihat kepada  ayat 6 dan 7 kita dapat melihat dengan jelas bahwa Tuhanlah yang memberikan Instruksi untuk Barak maju. Kemudian kita melihat Tuhanlah yang akan menggerakkan Sisera ke Kison, dan Tuhanlah yang akan menyerahkan Sisera dan pasukannya kepada Barak.

Kemudian di ayat 14, sewaktu Debora memerintahkan Barak untuk menyerang, Debora meyakinkan Barak bahwa Tuhan telah menyerahkan Sisera ke tangannya. Dan Debora juga berkata bahwa Tuhan telah maju di depannya. Dengan kata lain, ini bukanlah pertempuran Barak, tapi pertempuran Tuhan. Tuhanlah yang berperang melawan Sisera. Dan Tuhanlah yang memimpin bangsa Israel untuk berperang. Tuhanlah yang pada akhirnya menundukkan Sisera. Jadi Barak dan tentara Israel memenangkan pertempuran melawan Sisera. Tapi Barak bukanlah sumber kemenangan itu. Barak hanyalah sarana yang Tuhan pakai untuk memenangkan pertempuran itu. Tuhan sendirilah yang menyelamatkan Israel dari tangan musuh.

Hakim-Hakim 4:23

23. Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang Israel.

Jadi dari kisah ini kita tahu siapa pahlawan yang sesungguhnya, yaitu TUHAN sendiri. Apa yang dapat kita pelajari pada bagian ini? Kita tahu bahwa di di dalam segala hal yang kita lakukan, tujuannya adalah SOLI DEO GLORIA. Segala kemuliaan bagi Tuhan. 

Namun akibat dosa, terkadang tanpa kita sadari, kita dapat melakukan pekerjaan ataupun pelayanan yang tujuan awalnya untuk memuliakan Tuhan, tapi malah menjadi memuliakan diri sendiri. Untuk itu kita perlu berhati-hati dan senantiasa mengecek hati kita.

Bagian ini juga kembali mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak pernah menyerah terhadap umat-Nya. Sekalipun untuk kesekian kalinya bangsa Israel meninggalkan Tuhan, namun Tuhan tetap sabar dan setia kepada umat-Nya. Bahkan Ia sendiri yang berperang demi menyelamatkan umat-Nya. Dan tidak hanya itu. Tuhan juga memakai kita, orang berdosa yang sebenarnya tidak masuk hitungan, untuk bekerja bersama dengan Dia.

          3. RANCANGAN-NYA YANG TIDAK TERDUGA

Satu lagi tokoh yang Tuhan pakai untuk menjadi penentu atas kemenangan Israel adalah seorang Ibu Rumah tangga yang bernama Yael. Dia menjadi sarana yang Tuhan pakai untuk memastikan kemenangan Israel atas Sisera. Saudara, kalau saudara membaca kisah ini dari ayat 1-24, saudara akan menemukan ada satu ayat yang membingungkan. Ayat ini terdapat di antara kisah sewaktu Debora mengutus Barak, dan sesudah itu kisah sesudahnya adalah pertempuran yang terjadi antara Barak dan pasukannya melawan Sisera dan pasukannya.

Hakim-Hakim 4:11

11. Adapun Heber, orang Keni itu, telah memisahkan diri dari suku Keni, dari anak-anak Hobab ipar Musa, dan telah berpindah-pindah memasang kemahnya sampai ke pohon Tarbantin di Zaanaim yang dekat Kedesh.

Kalau kita baca sekilas, ayat ini hanya menerangkan sebuah informasi, yaitu seorang bernama Heber yang berpindah-pindah Alamat. Ya mungkin dia tidak akur sama tetangganya makanya berpindah-pindah. Dari kisah yang kita baca, Heber adalah suami dari Yael. Tapi apa signifikansi ayat itu di dalam kisah ini? Saudara, justru inilah bagian yang sangat penting dari kisah ini. Karena ternyata kepindahan Heber dan keluarganya, membuat hubungan Heber dan Yabin menjadi dekat. Sewaktu Sisera terpojok dan melarikan diri, dia melarikan diri ke arah Kadesh, dan di sana sudah ada Yael, istri dari Heber yang menunggunya, yang menjadi penentu dari kemenangan bangsa Israel atas Sisera.  

Jadi, pertanyaannya, apakah kepindahan Heber dan keluarganya ke Kadesh adalah suatu kebetulan? Sama sekali tidak! Ternyata itu adalah bagian dari rancangan Tuhan dari sejak semula. Dalam kedaulatan-Nya, Tuhan mendesain semua itu terjadi sehingga kepindahan alamat itu menempatkan Yael di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat. Maka tepatlah seperti yang Debora katakan kepada Barak, yaitu bahwa seorang perempuanlah yang akan mendapatkan kehormatan dari peperangan itu. Dan perempuan itu adalah Yael. Seorang ibu rumah tangga. Tuhan memakai seorang ibu rumah tangga untuk mengalahkan musuh-Nya. Sebuah kemenangan yang sangat tidak terduga. Tidak ada seorang pun pasti yang menyangka bahwa seorang panglima yang hebat, gagah perkasa, mati di tangan seorang ibu rumah tangga.

Kalau kita merenungkan kisah ini. Bagaimana mungkin kita tidak terkagum dengan rancangan yang Tuhan buat di dalam hidup umat-Nya. Tidak ada satu momen pun di dalam hidup kita yang berada di luar rancangan-Nya.

“Tuhan kita memiliki rancangan yang tidak terduga. Bahkan hal yang kelihatannya biasa dan tidak berarti dapat Tuhan pakai untuk mewujudkan rencana-Nya.”

Kalau kita melihat di dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa rancangan Tuhan tidak pernah terduga oleh akal pikiran manusia. Hal yang mungkin kelihatannya sepele, tidak diperhatikan, bahkan hal-hal yang tidak baik menurut kita, justru Tuhan pakai menjadi bagian dari rancangan-Nya. Keadaan yang tidak baik, penderitaan, bahkan kesalahan kita ternyata Tuhan juga bisa pakai menjadi bagian dari rancangan-Nya yang tidak terduga 

Mungkin kita merasa hidup kita tidak ada artinya. Bahkan kita mungkin menyesali beberapa hal yang ada di dalam hidup kita. Kita mungkin menyesali keluarga kita. Mengapa Tuhan izinkan saya lahir di keluarga seperti ini? Mengapa keluarga saya tidak pernah rukun? Mengapa papa mama harus berpisah? Dan lain sebagainya. Mungkin kita menyesali keputusan yang pernah kita ambil, karena kita merasa keputusan itu adalah keputusan yang salah, dan sekarang kita mengalami dampaknya. Atau mungkin kita sedang mengalami pergumulan pribadi yang berat dan kita bertanya-tanya mengapa Tuhan mengizinkan kita mengalami pergumulan ini? Dari semua hal itu kita menyimpulkan - sepertinya Tuhan tidak memiliki rancangan apa-apa atas hidup kita.

Ketika hal itu terjadi, kita perlu kembali mengingat akan janji-Nya, bahwa Dia tidak pernah meninggalkan dan mengabaikan kita. Dia ada bersama dengan kita. Pada saat kita kembali menyadari bahwa Ia ada bersama dengan kita, maka hal -hal seperti ketidakpastian hidup, segala pergumulan yang kita hadapi tidak akan menghancurkan kita, namun justru akan membuat kita menjadi pribadi yang rendah hati, dan kita bisa tetap tenang menghadapi semua itu, karena kita tahu siapa yang bersama dengan kita.

Mungkin saat ini kita melihat hidup kita berantakan, tidak jelas, dan hancur. Kita melihat masalah yang sepertinya datang silih berganti menghantam kita. Tapi percayalah, di balik segala kekalutan hidup kita saat ini, ada satu kebenaran bahwa di balik itu, ada Tuhan, Sang Perancang hidup kita. Kita mungkin hanya bisa melihat sebagian hidup kita, tetapi Tuhan melihat dan merancangkan dari awal sampai dengan selesai.

“Kita mungkin tidak dapat menduga rancangan Tuhan atas hidup kita, namun satu hal yang pasti adalah bahwa rancangan-Nya pasti yang terbaik.”

Gospel Connection:

Kalau kita melihat apa yang Alkitab tuliskan, Alkitab selalu menceritakan situasi yang terjadi itu apa adanya. Tidak ada yang ditutup tutupi. Termasuk kisah bagaimana Yael membunuh Sisera menggunakan  patok dan palu dan kemudian menghujamkannya ke kepala Sisera bahkan sampai dikatakan menembus ke tanah. Tidak ada yang ditutup tutupi dan diceritakan apa adanya. Tapi mungkin ada dari kita yang berpikir bahwa apa yang Yael lakukan itu terlihat kejam atau sadis. Mengapa Allah melegalkan apa yang Yael lakukan itu? 

Yang harus kita sadari, yaitu bahwa kisah yang ada di di dalam Hakim-Hakim adalah kisah tentang Tuhan yang menyelamatkan. Tuhan yang berperang melawan musuh, dan musuh utama Tuhan di dalam kisah ini adalah Sisera. Yael Tuhan pakai untuk membunuh Sisera, dan sebagai Ibu Rumah Tangga,  Yael mempertaruhkan segalanya untuk mengeksekusi musuh utama Tuhan dan menyelamatkan umat Tuhan. 

Saat ini kita tidak lagi hidup di dalam Perjanjian lama, kita hidup di dalam perjanjian baru di mana kita harus mengasihi musuh kita dan membiarkan pembalasan itu datang dari Allah. Namun, yang harus kita perhatikan adalah sikap Yael terhadap Sisera. Sikap itulah yang harus kita lakukan terhadap musuh utama Tuhan dan musuh utama kita, yaitu dosa.

Sebagai orang-orang yang telah mengalami keselamatan dari Tuhan, kita tidak bisa hidup bermain-main dengan dosa. Kita harus memperlakukan dosa seperti Yael memperlakukan Sisera karena dosa sangat mengerikan. Tuhan sangat serius di dalam menghancurkan musuh-Nya dan musuh umat-Nya. Oleh sebab itu kita harus bertindak tegas dan tidak kompromi terhadap dosa. Pada akhirnya kita tahu seberapa serius Tuhan kita di dalam menghadapi DOSA, yaitu ketika kita dapat mengerti makna akan SALIB

“Salib menceritakan betapa seriusnya Tuhan di dalam menghadapi dosa. Salib adalah bukti bahwa Tuhan menghakimi dan menghukum dosa dengan serius.”

Sesungguhnya salib adalah satu-satunya yang pantas kita terima. Kita yang seharusnya dihukum dan disalibkan akibat dosa kita. Namun, Yesus datang dan Dia menggantikan posisi kita menjalani hukuman yang seharusnya kita terima di salib itu.

Di salib itu:

- Yesus, Sang Anak ALLAH harus mengalami keterpisahan dengan Allah Bapa akibat dosa kita
- Yesus harus menderita dan menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung
- Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa, supaya di dalam Dia, kita di benarkan oleh Allah.

Melalui salib, dosa dikalahkan dan dosa dihancurkan sehingga kita yang seharusnya menerima hukuman, kita yang seharusnya ditinggalkan, dan kita yang seharusnya binasa, dapat diselamatkan melalui pengorbanan Yesus di salib. Inilah Injil. Tuhanlah yang menjadi pahlawan di dalam kisah ini, Bukan Debora, Barak, Yael atau siapa pun kita di tempat ini. Oleh sebab itu, hanya Dialah satu-satunya yang layak mendapatkan kemuliaan itu. Tuhan tetap setia sekalipun kita berulang kali tidak setia dan meninggalkan kita. Dia akan terus mengejar kita dan membawa kita kembali kepada-Nya.

Pertanyaan Reflektif

  • Apakah hidup kita saat ini bertujuan untuk memuliakan Tuhan atau diri sendiri?
  • Sadarkah kita bahwa kita berharga di mata-Nya dan bahwa rancangan-Nya atas hidup kita itu indah?

Gospel Response:

  • Bertobat dari hidup yang bersandar pada kekuatan dan kemuliaan diri sendiri.
  • Pandanglah kepada Yesus, Sang Pahlawan sejati yang telah menyelamatkan dan memberikan kemerdekaan kekal untuk kita.

Orang Berinjil:

  • Tidak terlena dengan keadaan aman dan nyaman, namun senantiasa berjaga-jaga di dalam menjalani kehidupan.
  • Menyadari betapa mengerikannya dosa dan akibatnya, sehingga tidak lagi hidup bermain-main dengan dosa.
  • Senantiasa bersyukur karena sadar bahwa setiap detail hidupnya ada di dalam rancangan Tuhan.