Pembacaan : Hakim-Hakim 5
Kita memasuki minggu keempat dari Sermon Series kita From Judges to Jesus. Dan kita akan membahas mengenai “Tangan Tuhan Di Balik Cerita Kita”.
Baca : Hakim-Hakim 5
1. Pada hari itu bernyanyilah Debora dan Barak bin Abinoam, demikian:
2. Karena pahlawan-pahlawan di Israel siap berperang, karena bangsa itu menawarkan dirinya dengan sukarela, pujilah Tuhan!
3. Dengarlah, ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka! Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi Tuhan, bermazmur bagi Tuhan, Allah Israel.
4. Tuhan, ketika Engkau bergerak dari Seir, ketika Engkau melangkah maju dari daerah Edom, bergoncanglah bumi, tirislah juga langit, juga awan tiris airnya;
5. gunung-gunung – yakni Sinai – bergoyang di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan, Allah Israel.
6. Dalam zaman Samgar bin Anat, dalam zaman Yael, kafilah tidak ada lagi dan orang-orang yang dalam perjalanan terpaksa menempuh jalan yang berbelit-belit.
7. Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel.
8. Ketika orang memilih allah baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang. Sesungguhnya, perisai ataupun tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel.
9. Hatiku tertuju kepada para panglima Israel, kepada mereka yang menawarkan dirinya dengan sukarela di antara bangsa itu. Pujilah Tuhan!
Ini adalah nyanyian dari Debora dan Barak atas apa yang telah terjadi dari Hakim-Hakim 4. Ini adalah nyanyian kemenangan yang dituliskan Debora dan Barak. Pertanyaan: mengapa kita perlu menyanyikan lagu di dalam kebaktian hari minggu sebelum firman? Mengapa kita perlu menyanyikan lagu dalam liturgi ibadah? Yang menyedihkan ada orang yang mengatakan ketidaksukaan mereka pada lagu-lagu. Ada orang yang beranggapan lebih baik baca ayat firman dari pada nyanyi. Maka pertanyaannya apakah benar menyanyi adalah hanya sebuah formalitas? Mungkin beberapa dari kita pernah berpikir begini, “Sudahlah jangan buru-buru, ini sekarang masih puji-pujian”. Seakan-akan pujian itu hanya ekstra dibandingkan khotbah.
“Nyanyian dalam ibadah bukanlah sekadar pengisi sebelum khotbah”.
Bukan “ekstra” sebelum “pertunjukkan utama”, bukan pemanasan sebelum khotbah. Bernyanyi bukanlah tambahan, justru nyanyian itu adalah bagian sentral dari ibadah, bagian dari memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan. Bahkan beberapa pakar Alkitab menunjukkan bahwa ketika kita ada di surga, tidak ada lagi khotbah, yang ada hanyalah pujian dan penyembahan. Jadi, saat kita memuji dan menyembah Tuhan, ini sama pentingnya dengan mendengarkan khotbah dan bernyanyi adalah bagian dari ibadah yang sesuai dengan Alkitab. Untuk itu, saat kita bernyanyi sebenarnya kita sedang menyembah Tuhan.
Beberapa orang pernah berkata, “Aduh, kalau saya nyanyi itu, saya gak dapat apa-apa”. Pertanyaannya, yang disembah siapa? Diri kita atau Tuhan? Kalau kita berpikir waktu kita bernyanyi untuk dapat sesuatu yang disembah itu siapa? Waktu kita menyembah, tujuan penyembahan kita adalah Tuhan. Makanya setiap pujian yang dinyanyikan di gereja ini, dipilih dengan hati-hati, karena kata-kata dalam lirik lagu itu mengingatkan kita bahwa hidup kita adalah milik Tuhan dan hidup kita seharusnya memuliakan Tuhan. Kalau kita berpikir bahwa waktu memuji Tuhan supaya dapat sesuatu, maka kita sedang salah kaprah, karena penyembahan kita seharusnya tujuannya bukan untuk mendapatkan sesuatu tetapi untuk menyembah Tuhan. Sinclair Ferguson menambahkan:
“Fondasi penyembahan di hati bukanlah suatu hal yang emosional, melainkan suatu hal yang teologis, karena penyembahan pada dasarnya adalah kebalikan dari dosa”.
Kenapa penyembahan kebalikan dari dosa? Karena dosa menaruh diri sendiri sebagai pusat dari kehidupan, tetapi saat kita menyembah, kita sedang menaruh Tuhan sebagai pusat dari kehidupan kita. Bukan lagi kita yang menjadi pusat, melainkan Kristus. Jadi, penyembahan itu penting, sama pentingnya dengan khotbah. Bahkan saat kita menyanyi sebenarnya kita sedang mengkhotbahkan Injil kepada hati kita. Untuk itu, kalau kita datang ibadah, datanglah tepat waktu (on time), supaya kita sadar bahwa menyanyi dan menyembah itu bukan pemanasan sebelum khotbah, tetapi juga bagian utama dalam ibadah.
Hakim-Hakim 4 dan Hakim-Hakim 5 tidak boleh dipisah karena pasal 4 berbicara catatan Sejarah (fakta historis) dan pasal 5 adalah interpretasi teologis (sudut pandang Tuhan).
Ada 3 poin yang kita pelajari dari khotbah minggu ini:
1. SANG PAHLAWAN YANG SESUNGGUHNYA
Di pasal 4, diceritakan bangsa Israel masuk kembali dalam siklus dosa. Orang-orang Israel menyembah berhala dan Tuhan menyerahkan mereka ke tangan Yabin, raja Kanaan. Yabin punya panglima namanya Sisera. Sisera memiliki 900 kereta perang. Bangsa Israel tidak berdaya di hadapan mereka hingga dijajah oleh raja Kanaan. Lalu, bangsa Israel merintih dan berseru kepada Tuhan dan Tuhan mendengar seruan mereka dan Tuhan membangkitkan seorang hakim perempuan yaitu Debora. Debora mendatangi barak dan berkata, “Pergilah dan lawan Sisera. Tuhan akan menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu.” Barak menjawab, “Baik, saya akan pergi jika kamu pergi. Tapi jika kamu tidak pergi, saya tidak akan pergi.” Debora berkata, “Tentu. Saya akan pergi bersamamu. Tapi kamu tidak akan mendapatkan kemuliaan di akhir pertempuran ini. Tuhan akan menyerahkan Sisera ke tangan seorang wanita.” Dan kita berpikir Debora sedang merujuk pada dirinya sendiri.
Jadi, Barak memimpin 10.000 prajuritnya dan mengalahkan Sisera dan 900 keretanya. Tapi Sisera melarikan diri dan bersembunyi di tenda Yael. Dia pikir dia aman karena ada perjanjian damai antara Yabin dan suami Yael. Jadi, Yael memberi Sisera susu untuk diminum dan Sisera tertidur. Tiba-tiba Yael menancapkan pasak tenda ke kepala Sisera saat dia tidur. Jadi, seorang panglima yang kuat, hebat dan gagah mati di tangan seorang ibu rumah tangga. Dari peristiwa itu, orang-orang Israel terus memiliki keunggulan dan mereka mengalahkan Yabin. Dari pasal 4 ada 3 pahlawan yaitu Debora, Barak, dan Yael. Itu adalah pasal 4.
Pasal 5 dimulai dengan nyanyian. Barak & Deborah tidak menulis lagu ini untuk menceritakan keberanian dan prestasi mereka yang luar biasa. Mereka menulis lagu ini untuk merayakan keselamatan dari Tuhan. Tuhan adalah pahlawan sejati umat-Nya. Tuhanlah pahlawan di balik semua pahlawan.
Kalau kita ditolong oleh hamba Tuhan, ditolong oleh orang yang baik sama kita, jangan mempahlawankan manusia. Tuhan pakai orang tua kita, Tuhan pakai CG leader kita, core team kita, tetapi kita ini semua manusia berdosa, jangan kultuskan manusia berdosa. Percayalah, di balik semua orang yang baik, orang yang dipakai Tuhan, tetap saja Tuhanlah pahlawan di balik semua pahlawan.
Hakim-Hakim 5:4-5
4. Tuhan, ketika Engkau bergerak dari Seir, ketika Engkau melangkah maju dari daerah Edom, bergoncanglah bumi, tirislah juga langit, juga awan tiris airnya;
5. gunung-gunung – yakni Sinai – bergoyang di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan, Allah Israel.
“Tuhan yang sama yang menampakkan diri di Gunung Sinai senantiasa setia untuk menyelamatkan umat-Nya. Tuhan tidak terjebak di masa lalu; Tuhan terus bergerak mendampingi serta terus menyelamatkan umat-Nya.”
Sadarkah kita Tuhan terus bekerja hingga saat ini? Apakah kita menyadari Tuhan bekerja minggu lalu, 2 hari yang lalu, atau bahkan satu jam yang lalu? Kalau kesaksian kita tentang Tuhan adalah tahun lalu tetapi minggu lalu, 5 tahun yang lalu bukan 2 hari yang lalu, jangan-jangan kita sudah tidak bergerak lagi bersama dengan Tuhan atau Tuhan bekerja dalam hidup kita, jangan-jangan kita buta dan lupa untuk melihat pekerjaan-Nya. Yang kita lihat selalu yang kurang dan masalahnya. Tuhan adalah Tuhan yang terus bekerja bagi kita, kita saja yang tidak melihat dan tidak bersyukur. Padahal kalau kita hitung berkat Tuhan dan kesetiaan Tuhan itu tidak terhitung. Kalau hari ini, kita jarang merasakan dan merenungkan kebaikan Tuhan, jangan-jangan kita sedang amnesia rohani.
Hakim-Hakim 5:6-9
6. Dalam zaman Samgar bin Anat, dalam zaman Yael, kafilah tidak ada lagi dan orang-orang yang dalam perjalanan terpaksa menempuh jalan yang berbelit-belit.
7. Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel.
8. Ketika orang memilih allah baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang. Sesungguhnya, perisai ataupun tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel.
9. Hatiku tertuju kepada para panglima Israel, kepada mereka yang menawarkan dirinya dengan sukarela di antara bangsa itu. Pujilah Tuhan!
Diceritakan situasi bangsa Israel di jalan-jalan itu mencekam dan penuh dengan bahaya. Orang-orang Israel berada dalam situasi yang putus asa. Alasannya karena bangsa Israel memilih menyembah berhala dan dewa-dewa bangsa Kanaan dan tidak lagi menyembah Tuhan yang sejati. Mereka berada dalam kesesakan, penindasan, dan merintih putus asa. Apakah mereka layak menerima bantuan Tuhan? Tidak. Tetapi dari nyanyian ini kita bisa belajar, yaitu:
“Tuhan sering kali mengizinkan kita mengalami situasi “putus asa” agar kita kembali bergantung kepada Dia saja.”
Segala pergumulan yang kita alami, baik itu melalui keadaan atau kebodohan kita sendiri. Tuhan tidak hanya mengamati dari jauh; Dia mengendalikan setiap detail kecil dalam hidup kita. Dan dalam situasi yang sulit, Tuhan adalah Pahlawan yang berperang untuk kita. Setiap pergumulan, setiap kesulitan, dan tantangan yang kita hadapi dalam hidup, diizinkan Tuhan untuk menjadi sarana Tuhan supaya kita dapat melihat-Nya lagi. Bahkan saat kesulitan datang, mungkin dari kebodohan kita, itu menjadi sarana Tuhan untuk menampilkan kebesaran dan kebaikan dan kita mengalami kemenangan Tuhan lagi dan lagi. Mungkin saat ini kita sedang mengalami air mata, putus asa, dan mungkin kita bertanya kepada Tuhan, “Mengapa ini terjadi Tuhan”. Saat kita dalam kondisi itu, baru kita ingat Tuhan dan butuh Tuhan.
Dave Ralph Davies dalam Judges Such a Great Salvation mengatakan:
“Umat Tuhan yang tertindas memperoleh penghiburan besar saat mengetahui bahwa Tuhan yang sama yang datang ke Sinai adalah Tuhan yang juga berulang kali menyelamatkan umat-Nya dari penderitaan. Sang Omnipoten bermurah hati menyelamatkan umat-Nya berulang-ulang.”
Kalau kita lihat Kembali hidup kita, berapa kali Ia selamatkan kita, berapa kali Ia menunjukkan kemurahan dan kesetiaan-Nya kepada kita? Mungkin kita sering mengalami kebetulan-kebetulan dari permasalahan kita yang telah selesai. Jangan-jangan itu bukan kebetulan melainkan tuntunan tangan Tuhan dalam hidup kita.
“Tuhan menyatakan kekuatan dan kebesaran-Nya di dalam kerapuhan & kelemahan kita.”
Dalam kasih-Nya, Tuhan mengizinkan kita untuk berhadapan dengan situasi yang jauh melampaui kekuatan kita, supaya kita sadar betapa rapuhnya kita namun pada saat yang sama betapa besarnya kekuatan Tuhan. Kalau kita lihat dari kisah ini, kita bisa menyimpulkan yaitu setiap generasi merasakan dan mengalami campur tangan Tuhan dalam kehidupan mereka.
2. SUATU UNDANGAN UNTUK BERPARTISIPASI
Di sini kita melihat fokus nyanyian beralih dari Tuhan kepada umat-Nya. Pujian ini mengandung terguran,
Hakim-Hakim 5:11-18
11. Pada waktu itu turunlah umat Tuhan ke pintu gerbang.
12. Bangunlah, bangunlah, Debora! Bangunlah, bangunlah, nyanyikanlah suatu nyanyian! Bangkitlah, Barak! dan giringlah tawananmu, hai anak Abinoam!
13. Lalu turunlah para bangsawan yang terluput, umat Tuhan turun bagi-Nya sebagai pahlawan.
14. Dari suku Efraim mereka datang ke lembah, mengikuti engkau, ya suku Benyamin, dengan laskarmu; dari suku Makhir turunlah para panglima dan dari suku Zebulon orang-orang pembawa tongkat pengerah.
15. Juga para pemimpin suku Isakhar menyertai Debora, dan seperti Isakhar, demikianlah Naftali menyertai Barak. Mereka menyusul dia dan menyerbu masuk lembah. Tetapi pihak pasukan-pasukan suku Ruben ada banyak pertimbangan.
16. Mengapa engkau tinggal duduk di antara kandang-kandang sambil mendengarkan seruling pemanggil kawanan? Di pihak pasukan-pasukan suku Ruben ada banyak pertimbangan!
17. Orang Gilead tinggal diam di seberang sungai Yordan; dan suku Dan, mengapa mereka tinggal dekat kapal-kapal? Suku Asyer duduk di tepi pantai laut, tinggal diam di teluk-teluknya.
18. Tetapi suku Zebulon ialah bangsa yang berani mempertaruhkan nyawanya, demikian juga suku Naftali, di tempat-tempat tinggi di padang.
Ada 2 kategori kontras. Ada yang berpartisipasi (meresponi undangan Tuhan) vs ada yang tidak berpartisipasi (tidak meresponi undangan Tuhan). Debora mengatakan bahwa ada banyak “pertimbangan” di antara kaum Ruben. Dan dia mengulang kalimat yang sama dua kali, yang berarti itu penting. Bukan berarti kaum ruben mengabaikan undangan untuk ikut berperang. Tidak. Tetapi mereka mempertimbangkan. Tapi mereka memutuskan bahwa itu bukan waktu yang tepat untuk meninggalkan kandang artinya pekerjaan mereka. Ternyata, masalahnya tentang ekonomi dan duit. Mereka melakukan perhitungan dan memutuskan bahwa perang itu tidak sepadan dengan usahanya. Mereka menolak untuk mengorbankan kepentingan dan kesejahteraan individu mereka demi kepentingan bangsa. Domba mereka lebih penting daripada saudara-saudara mereka.
Masalah ekonomi lebih penting dari pada berpartisipasi dalam rencana Tuhan. Mereka tidak berpartisipasi karena mereka menolak mengorbankan kepentingan ekonomi, kesejahteraan ekonomi, demi kepentingan Tuhan dan rencana Tuhan.
Hakim-Hakim 5:23
23 “Kutukilah kota Meros!” firman Malaikat Tuhan, “kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu Tuhan, membantu Tuhan sebagai pahlawan.”
Kita tidak tahu di mana Meros berada, tetapi itu pasti berada di dekat medan pertempuran. Dan tidak dikatakan bahwa mereka melakukan sesuatu yang buruk. Tidak dikatakan, “Mereka duduk diam, minum-minum, menghisap ganja, dan mengejek orang-orang yang bilang iya terhadap undangan tuhan.” Tidak. Yang mereka lakukan adalah tidak melakukan apa-apa. Mereka tidak terlibat. Mereka menolak untuk membantu umat Tuhan dan malaikat tuhan mengutuk mereka. Jadi apa yang bisa kita pelajari?
“Dari sudut pandang Tuhan, kepasifan & tidak melakukan apa-apa bukanlah posisi netral! Mengatakan “TIDAK” atas “UNDANGAN TUHAN” bukanlah posisi yang netral. Kita berada di dalam (di dalam berkat Tuhan), atau kita berada di luar (di bawah kutuk).”
Coba periksa hati kita akhir-akhir ini. Berapa banyak Tuhan memberikan undangan untuk kita bertobat, lebih serius kepada-Nya, undangan untuk bisa melayani Dia, tetapi kita tidak mau. Kita hitung-hitungan waktu, tenaga, dan kesibukan yang lainnya. Bagi kita yang sudah jauh dari Tuhan, sudah lama tidak bergereja dan tidak mendengarkan firman Tuhan, ada suatu undangan untuk kembali kepada Tuhan. Apakah kita mau merespons undangan itu?
Hakim-Hakim 5:19-22
19. Raja-raja datang dan berperang, pada waktu itu raja-raja Kanaan berperang dekat Taanakh, pada mata air di Megido, tetapi perak sebagai rampasan tidak diperoleh mereka.
20. Dari langit berperang bintang-bintang, dari peredarannya mereka memerangi Sisera.
21. Sungai Kison menghanyutkan musuh, Kison, sungai yang terkenal dari dahulu kala itu. – Majulah sekuat tenaga, hai jiwaku! –
22. Ketika itu menderaplah telapak kuda, karena berpacu lari kuda-kudanya.
Dan ayat-ayat ini memberi tahu kita bagaimana Israel memenangkan pertempuran. Tuhan menurunkan hujan dari langit dan menyebabkan sungai banjir. Sisera tidak akan pernah mengatur keretanya di dekat sungai jika dia tau akan ada hujan. Tetapi Tuhan memberi tahu Debora dan bangsa Israel di mana harus berperang, dan Tuhan menghancurkan pasukan Sisera melalui pekerjaan-Nya. Cuaca cerah dibuat hujan badai.
Tuhan mengirimkan badai dan menyebabkan sungai Kison meluap, mengalir, dan membanjiri area tersebut. Dan kereta-kereta perang Sisera yang tak terkalahkan menjadi tidak berguna karenanya. Jadi, semua keuntungan memiliki kereta perang hancur saat prajurit-prajurit Barak turun dari gunung Tabor. Tuhan berpihak pada bangsa Israel.
Tuhanlah yang memenangkan perang. Para raja Kanaan berperang, tetapi mereka tidak berperang melawan Debora dan Barak. Mereka berperang melawan Tuhan yang mengendalikan seluruh alam semesta dan ciptaan-Nya. Kita dapat belajar bahwa ada suatu kerja sama antara Tuhan dan umat-Nya.
“Tuhan tidak membutuhkan bantuan kita untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya. Tapi Tuhan mengundang kita untuk berpartisipasi di dalam pekerjaan-Nya yang mulai.”
Kedaulatan Tuhan tidak pernah meniadakan tanggung jawab manusia. Orang percaya adalah mereka yang senantiasa berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan. Tetapi mereka tahu pada waktu mereka melakukan pekerjaan Tuhan itu bukan mereka yang berprestasi tetapi Tuhan yang bersama dengan mereka. Tuhan yang ada di belakang mereka. Apakah Tuhan berdaulat? Iya. Apakah kita tetap aktif dan berpartisipasi? Ya. Jangan pertentangkan ini.
3. KONTRAS ANTARA MUSUH DAN SAHABAT TUHAN
Hakim-Hakim 5:24-27
24. Diberkatilah Yael, isteri Heber, orang Keni itu, melebihi perempuan-perempuan lain, diberkatilah ia, melebihi perempuan-perempuan yang di dalam kemah.
25. Air diminta orang itu, tetapi susu diberikannya; dalam cawan yang indah disuguhkannya dadih.
26. Tangannya diulurkannya mengambil patok, tangan kanannya mengambil tukul tukang, ditukulnya Sisera, dihancurkannya kepalanya, diremukkan dan ditembusnya pelipisnya.
27. Dekat kakinya orang itu rebah, tewas tergeletak, dekat kakinya orang itu rebah dan tewas, di tempat ia rebah, di sanalah orang itu tewas, digagahi.
Bagian terakhir dari nyanyian ini adalah kontras kisah dua wanita yaitu Yael dan ibu Sisera.
Hakim-Hakim 5:28-30
28. Dari jendela ibu Sisera menjenguk dan berseru dari tingkap: “Mengapa keretanya tak kunjung datang? Mengapa kereta-keretanya belum kedengaran?”
29. Yang paling bijak di antara dayang-dayangnya menjawabnya, dan ia sendiri juga membalas perkataannya itu:
30. “Bukankah mereka mendapat jarahan dan membagi-baginya, gadis seorang dua untuk setiap orang jarahan kain berwarna sehelai dua untuk Sisera, jarahan kain sulaman aneka warna sehelai dua untuk leherku?”
Debora menggambarkan ibu Sisera yang cemas menunggu anaknya kembali dari pertempuran. Dia tidak tahu bahwa anaknya telah mati di tangan seorang wanita, yaitu Yael. Ibu Sisera dan para wanita di sekitarnya berasumsi bahwa Sisera sedang membagi-bagi jarahan perang, termasuk memperkosa wanita-wanita yang dijadikan budak seks. Ironisnya, Sisera, yang biasa memperlakukan wanita sebagai objek, dibunuh oleh seorang wanita.
Mungkin kita melihat ketidakadilan di negeri ini. Mungkin kita berpikir Tuhan mengapa diam terhadap kejahatan? Memang saat ini seakan-akan tidak adil karena memang kita hidup di dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Tetapi di situ membuat kita melihat bahwa suatu hari ada keadilan di atas segala keadilan. Kita melihat di sini ada kontras antara musuh Tuhan & sahabat Tuhan.
Hakim-Hakim 5:31
31. Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya Tuhan! Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya. Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya.
Debora menutup nyanyian dengan doa agar semua musuh Tuhan binasa, dan sahabat-sahabat Tuhan menjadi seperti matahari yang terbit dalam kekuatan. Bagaimana kita mengambil kesimpulan saat kita melihat ketidakadilan di sekeliling kita?
“Tuhan akan menyelesaikan semua masalah , memulihkan segala sesuatu dan menegakkan keadilan yang sempurna.” Musuh-musuh Tuhan akan binasa, tetapi sahabat-sahabat Tuhan akan bangkit dalam kekuatan dan kemuliaan.
Mata Tuhan tidak tertidur. Dia terus bekerja dan tidak ada yang sia-sia. Seperti Tuhan telah membuat Sisera dan Yabin binasa, Ia akan membuat semua musuh-Nya binasa. Mungkin saat ini kita belum melihat semua musuh Tuhan binasa. Tetapi setiap cerita yang kita kenal memiliki akhir yang bahagia. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sahabat atau musuh Tuhan? Apakah kita berkata ya pada undangan Tuhan atau kita memilih netral? Tuhan ingin agar kita berada di pihak-Nya.
“Kita semua adalah musuh Tuhan yang pantas menerima murka-Nya. Namun melalui iman kita berubah dari musuh menjadi sahabat Tuhan.”
Mengapa kita bisa dari musuh Tuhan menjadi sahabat Tuhan? Apakah Tuhan mengorbankan keadilan-Nya? Kalau boleh jujur kita sering tidak konsisten. Kadang kita bisa berkata ya, tapi di saat yang lain kita bisa berkata tidak pada undangan Tuhan. Kita sering egois dan jatuh bangun. Lalu mengapa kita bisa menjadi sahabat Tuhan? Ia tidak mengorbankan keadilan-Nya untuk menjadikan musuh-Nya menjadi sahabat-Nya. Yesus telah membayar ketidakadilan itu. Yesus telah menanggung ketidakkonsistenan kita.
GOSPEL CONNECTION:
Di salib Yesus Kristus:
“Yesus Kristus adalah pahlawan kita yang sejati”.
Injil dan karya Kristus perlu diberitakan dan direnungkan terus menerus (momen by momen – slow motion) untuk memungkinkan kita yang mudah lupa, agar dapat menikmati dan merayakan keselamatan yang diberikan Tuhan, momen demi momen. Mungkin alasan kenapa kita tidak bersukacita ketika Tuhan menolong kita karena kita tidak sadar betapa berdosanya hidup kita. Betapa diperbudaknya kita oleh berhala-berhala yang fana dari dunia. Tetapi kemenangan Tuhan di atas kayu salib kita tidak pernah renungkan. Itulah sebabnya tiap minggu di tempat ini kita diingatkan selalu tentang kebenaran Injil. Maukah kita setiap hari merenungkan keindahan Injil, supaya kita tidak terlena dengan keindahan dunia ini dan hati kita senantiasa di tata ulang terus menerus.
“Ketika kita berada dalam Yesus, kemenangan-Nya menjadi kemenangan kita”.
Di dalam Kristus, tangan Tuhan bekerja di balik semua cerita kita. Setiap lika-liku kehidupan, bahkan saat kita menghadapi kematian, tangan Tuhan tidak pernah melepaskan kita, bahkan hidup-Nya menjadi hidup kita.
Pertanyaan Reflektif
Gospel Response:
Orang Berinjil: