Kuasa Di Balik Kelemahan

FROM JUDGES TO JESUS WEEK 7 "Kuasa Di Balik Kelemahan" 

Ps. Michael Chrisdion

 


Pembacaan                : Hakim-Hakim 7

Kita memasuki minggu keempat dari Sermon Series kita From Judges to Jesus. Dan kita akan membahas mengenai “Kuasa Di Balik Kelemahan”.

Baca : Hakim-Hakim 7

1. Adapun Yerubaal – itulah Gideon – bangun pagi-pagi dengan segala rakyat yang bersama-sama dengan dia, lalu mereka berkemah dekat mata air Harod; perkemahan orang Midian itu ada di sebelah utaranya, dekat bukit More, di lembah.
2. Berfirmanlah Tuhan kepada Gideon: “Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku.
3. Maka sekarang, serukanlah kepada rakyat itu, demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead.” Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang. 
4. Tetapi Tuhan berfirman kepada Gideon: “Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka turun minum air, maka Aku akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, tetapi barangsiapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang tidak akan pergi.”
5. Lalu Gideon menyuruh rakyat itu turun minum air, dan berfirmanlah Tuhan kepadanya: ”Barangsiapa yang menghirup air dengan lidahnya seperti anjing menjilat, haruslah kaukumpulkan tersendiri, demikian juga semua orang yang berlutut untuk minum.”
6. Jumlah orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya, ada tiga ratus orang, tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya berlutut minum air.
7. Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Gideon: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu; tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya.” 

Bayangkan kita punya perusahaan internasional dan kita sedang berusaha mencari seorang ceo yang akan mengepalai perusahaan kita. Maka kita pasti mencari kualifikasi yang sangat kompleks karena seorang ceo harus memimpin banyak hal dengan pendidikan dan pengalamannya yang juga kompleks. Karena kalau tidak, orang itu tidak mampu memimpin perusahaan yang besar itu. Ini adalah keadaan dunia. Masalahnya waktu kita mempelajari cara Tuhan bekerja dalam perjalanan iman kita, kalau kita pakai lensa dunia, maka itu akan menjadi sesuatu yang berkebalikan. Cara Tuhan bekerja dalam hidup kita berkebalikan dengan nilai-nilai dunia.

Kalau kita melihat cerita Alkitab, sangat bertentangan dengan cara kita memimpin perusahaan atau mencari orang untuk mengisi posisi pemimpin. Kalau kita perhatikan, Tuhan seringkali memanggil orang-orang yang tidak memenuhi syarat dan memberikan mereka tugas yang tampaknya mustahil sesuai dengan kualifikasi orang tersebut. Contohnya kalau kita lihat tokoh-tokoh Alkitab, belum tentu kalau mereka diinterview di Gibeon Church mereka itu bisa lolos untuk melayani di Gibeon Church. Misalnya Daud. Ia adalah penulis sebagian besar Mazmur. Dia jago nyanyi, dia jago memimpin dan menulis lagu. Tapi pada waktu dia diinterview, Daud diminta untuk menceritakan masa lalunya. Mungkin Daud akan bercerita kalau dia pernah selingkuh dengan wanita yang bukan isterinya dan membunuh suaminya untuk menutupi perselingkuhannya. Kira-kira kita mau tidak punya WL seperti itu? Bisa jadi Daud langsung dicoret.

Atau tokoh lainnya Paulus. Rasul Paulus menuliskan sebagian besar dari Perjanjian Baru tetapi kita pasti tidak akan mempekerjakan Paulus menjadi seorang pastor di sebuah gereja karena kalau ditanya tentang masa lalunya kita akan berpikir ulang. Mungkin Paulus akan menjawab kalau dia dulu mencebloskan pengikut-pengikut Kristus, bahkan dia yang membunuh namanya Stefanus. Mungkin kita akan mencoret nama Paulus untuk menjadi gembala sidang.

Demikian juga dengan Gideon. Kita tidak akan memilih seorang pengecut yang lemah seperti Gideon sebagai seorang pembebas bangsa (hakim) namun Gideonlah yang dipilih Tuhan menjadi hakim – alat Tuhan untuk membebaskan umat-Nya. 

Gideon tidak dipilih karena dia layak, tetapi panggilan Tuhan yang membuatnya layak. Kelemahan Gideon bukanlah sebuah kelemahan; itu adalah sebuah keuntungan. Karena melalui kelemahan ini, Tuhan ingin menyatakan bahwa kuasa-Nya justru menjadi sempurna di saat kita lemah.

“Kita paling kuat di dalam Tuhan justru di saat kita paling lemah di dalam kekuatan kita sendiri.”

Kalau kita melihat kehidupan kita sendiri, kapan Tuhan bekerja? Biasanya pada waktu kita lemah, di situ Tuhan bekerja. 

Ada 3 poin yang kita pelajari dari khotbah minggu ini:

          1. PERLUNYA MENJADI LEMAH

Hakim-Hakim 7:1-3

1. Adapun Yerubaal – itulah Gideon – bangun pagi-pagi dengan segala rakyat yang bersama-sama dengan dia, lalu mereka berkemah dekat mata air Harod; perkemahan orang Midian itu ada di sebelah utaranya, dekat bukit More, di lembah.
2. Berfirmanlah Tuhan kepada Gideon: “Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku.
3. Maka sekarang, serukanlah kepada rakyat itu, demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead.” Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang. 

Pasukan Israel dan pasukan Midian berkemah berdekatan. Pasukan Israel ada di bukit, sedangkan pasukan Midian ada di lembah. Gideon melihat bahwa pasukan Israel memiliki 32.000 tentara, sedangkan pasukan Midian memiliki 135.000 tentara. Rasio 1:4 tentara, bukanlah rasio yang baik untuk memenangkan suatu pertandingan. Namun, bagi Tuhan jumlah tentara bangsa Israel itu masih terlalu banyak. Jadi Tuhan menyuruh Gideon untuk mengumumkan siapa di antara tentara itu yang takut, dia bisa kembali pulang. Dan ternyata ada 22.000 orang yang pulang, artinya 70% dari pasukan Gideon pulang karena takut. Sisa 10.000 pasukan.

Setelah penyaringan yang pertama, rasio pasukan Israel dengan Midian menjadi 1:13,5 tentara. Rasionya makin buruk untuk mengalahkan pasukan Midian. Lalu, Tuhan melihat bahwa 10.000 pasukan itu masih terlalu banyak. Dan Tuhan memerintahkan Gideon untuk mengetes pasukannya minum air di sungai. 

Hakim-Hakim 7:4-7

4. Tetapi Tuhan berfirman kepada Gideon: “Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka turun minum air, maka Aku akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, tetapi barangsiapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang tidak akan pergi.”
5. Lalu Gideon menyuruh rakyat itu turun minum air, dan berfirmanlah Tuhan kepadanya: “Barangsiapa yang menghirup air dengan lidahnya seperti anjing menjilat, haruslah kaukumpulkan tersendiri, demikian juga semua orang yang berlutut untuk minum.”
6. Jumlah orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya, ada tiga ratus orang, tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya berlutut minum air.
7. Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Gideon: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu; tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya.”

Orang yang minum air seperti anjing menjilat dikirim pulang dan orang yang minum berlutut dan membawa air itu dengan tangan mereka untuk tetap tinggal. Setelah penyaringan yang kedua hanya 300 orang yang tersisa

Mungkin kita pernah mendengar dan guru-guru sekolah minggu memberitahu kita mengapa orang yang minum dengan tangan lebih baik daripada orang-orang yang minum seperti anjing menjilat. Mereka mengatakan bahwa orang yang minum dengan tangan lebih waspada dan berjaga-jaga, sementara orang-orang yang minum seperti anjing menjilat tidak hati-hati dan hanya memikirkan dahaga mereka, mereka bukan tentara sejati. Jadi, mereka yang tinggal adalah yang terbaik dari yang terbaik, pasukan elite yang siap untuk berperang. Dan moral dari cerita ini adalah, “Anak-anak, jangan seperti orang-orang yang pulang. Jadilah orang yang berjaga-jaga.” Tapi Alkitab tidak mengatakan hal ini. Lalu apa jawabannya? Kenapa prajurit yang minum dengan tangan disuruh tinggal oleh Tuhan dan prajurit yang lainnya disuruh pulang?

Bukan itu intinya! Karena Alkitab tidak pernah bilang suruh berjaga-jaga, karena juga ini tentang Gideon. Ini juga bukan pasukan elite. Kalau kita fokus kepada pertanyaan mengapa yang minum dengan tangan disuruh tinggal, kita melewati intinya. Apa yang Tuhan lakukan bukanlah memilih jenis prajurit yang terbaik. Tuhan tidak mencoba membuat sekelompok pasukan elite yang terlatih dengan baik. Jadi, tes minum adalah cara Tuhan untuk mengurangi jumlah pasukan Gideon. Itu intinya. Lalu kenapa harus dikurangi? Apa maksudnya?

Tuhan sengaja melucuti semua yang bisa diandalkan Gideon. Sampai akhirnya Gideon & bangsa Israel hanya bisa mengandalkan Tuhan saja!”

Tuhan sengaja mengambil semua yang bisa diandalkan Gideon, supaya Gideon tidak punya hal lain yang bisa diandalkan selain Tuhan saja. Bayangkan dari 10.000 menjadi 300 orang saja yang tetap tinggal. Gideon sekarang memiliki kurang dari 1% dari pasukan yang dia miliki sebelumnya. Sekarang rasio tentara Israel dengan tentara Midian adalah 1:450. Kemungkinan untuk menang perang tanpa pertolongan Tuhan, mustahil. Ini intinya. Kekuatan dan kemampuan perang mereka dalam kacamata manusia sudah tidak mungkin bisa mengalahkan Midian.

Hakim-Hakim 7:2

2. Berfirmanlah Tuhan kepada Gideon: “Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku. 

Perhatikan kalimat yang ditulis tebal. Ini adalah kecenderungan dosa manusia. Tuhan ingin Gideon dan bangsa Israel sadar bahwa tidak mungkin mereka bisa memenangkan perang ini. Kalau mereka bisa menang dengan jumlah yang banyak, nanti mereka bisa sombong. Tuhan tahu kecenderungan dosa manusia, kecenderungan dosa Israel, suka membanggakan kekuatan diri sendiri. Tuhan ingin mereka sadar, satu-satunya alasan bangsa Israel dan Gideon bisa menang adalah karena Tuhan bersama dengan mereka. Kemenangan ini bukan milik Israel tetapi milik Tuhan dan kemuliaan itu hanyalah untuk Tuhan saja. 

Dale Ralph dalam buku Judges Such a Great Salvation mengatakan:

“Karena kecenderungan umat Allah untuk memuliakan usaha mereka sendiri, untuk percaya pada metode mereka yang telah terbukti, untuk menghargai kontribusi mereka sendiri, untuk menganggap baik kepintaran mereka, maka Yahweh sering kali bersikeras agar umat-Nya direndahkan hingga tidak berdaya sama sekali, sehingga mereka harus menyadari bahwa pembebasan mereka hanya dapat dikaitkan dengan kuasa dan belas kasihan Yahweh.(Because of the tendency of God’s people to glorify their own efforts, to trust in their proven methods, to credit their own contributions, to think well of their cleverness, Yahweh frequently insists that his people be reduced to utter helplessness, so that they must recognize that their deliverance can only be chalked up to Yahweh’s power and mercy).

Jika Tuhan tidak mengurangi pasukan Gideon, Tuhan mungkin jadi catatan kaki. Tapi sekarang pasukannya tinggal 300 melawan 135.000 orang dan kalau mereka menang maka Tuhan menjadi berita utama. Maka mereka tidak bisa berdalih bahwa mereka orang hebat.

“Kekuatan kita sering kali lebih berbahaya daripada kelemahan kita, karena kekuatan kita seringkali membuat kita tidak bergantung pada Tuhan.”

Bisakah kita melihat kecenderungan dosa dalam diri kita untuk mencuri pujian dari Tuhan? Bukankah itu seringkali kita harus mengalami kelemahan-kelemahan. Kapan kita terakhir ditolong Tuhan? Kita ditolong Tuhan saat kita membutuhkan pertolongan Tuhan yaitu pada saat kita lemah. Tuhan tahu kita cenderung mengandalkan diri kita sendiri, bahwa sifat manusia jika ada kesempatan sekecil apapun untuk membanggakan kekuatan kita sendiri, kita akan sombong. Kita pikir kita kuat, kita pikir kita hebat, di situ kita tidak lagi memandang kasih karunia Tuhan, karena kita pikir kita tidak butuh Tuhan.

“Tuhan sering kali harus mengurangi “tentara-tentara” kita, melucuti segala sesuatu yang bisa kita andalkan selain Dia, agar kita sepenuhnya bergantung pada-Nya.”

Itulah sebabnya kita perlu dilemahkan. Tuhan sengaja mengurangi tentara-tentara kita karena Dia ingin kita menyadari betapa lemahnya kita karena di sana kita belajar untuk bersandar pada kekuatan Tuhan. Tuhan seringkali harus melemahkan kita terlebih dahulu sebelum Dia bisa bekerja dan membentuk kita dan memakai kita untuk pekerjaan-Nya yang besar.

Kalau kita mengalami masalah dalam kesehatan, kalau kita kehilangan pekerjaan, kalau kita ada masalah dengan bisnis, ketika pernikahan kita diambang kehancuran, ketika orang-orang yang kita cintai meninggalkan kita, ketika kita kehabisan akal tentang apa yang harus kita lakukan buat keluarga/anak-anak, di situ kita harus melihat bahwa momen-momen itu adalah momen di mana Tuhan mengizinkan tentara-tentara kita dikurangi, itulah saat-saat kita kembali bersandar pada Tuhan.

          2, PENGHIBURAN DI DALAM KELEMAHAN

Hakim-Hakim 7:8-11

8. Dari rakyat itu mereka mengambil bekal dan sangkakala; demikianlah seluruh orang Israel disuruhnya pergi, masing-masing ke kemahnya, tetapi ketiga ratus orang itu ditahannya. Adapun perkemahan orang Midian ada di bawahnya, di lembah.
9. Pada malam itu berfirmanlah Tuhan kepadanya: “Bangunlah, turunlah menyerbu perkemahan itu, sebab telah Kuserahkan itu ke dalam tanganmu.
10. Tetapi jika engkau takut untuk turun menyerbu, turunlah bersama dengan Pura, bujangmu, ke perkemahan itu;
11. maka kaudengarlah apa yang mereka katakan; kemudian engkau akan mendapat keberanian untuk turun menyerbu perkemahan itu.” Lalu turunlah ia bersama dengan Pura, bujangnya itu, sampai kepada penjagaan terdepan laskar di perkemahan itu. 

Jadi, Gideon menyelinap malam-malam. Lalu, bagaimana kondisi tentara Midian?

Hakim-Hakim 7:12-15

12. Adapun orang Midian dan orang Amalek dan semua orang dari sebelah timur itu bergelimpangan di lembah itu, seperti belalang banyaknya, dan unta mereka tidak terhitung, seperti pasir di tepi laut banyaknya.
13. Ketika Gideon sampai ke situ, kebetulan ada seorang menceritakan mimpinya kepada temannya, katanya: “Aku bermimpi: tampak sekeping roti jelai terguling masuk ke perkemahan orang Midian; setelah sampai ke kemah ini, dilanggarnyalah kemah ini, sehingga roboh, dan dibongkar-bangkirkannya, demikianlah kemah ini habis runtuh.”
14. Lalu temannya menjawab: “Ini tidak lain dari pedang Gideon bin Yoas, orang Israel itu; Allah telah menyerahkan orang Midian dan seluruh perkemahan ini ke dalam tangannya.”
15. Segera sesudah Gideon mendengar mimpi itu diceritakan dengan maknanya, sujudlah ia menyembah. Kemudian pulanglah ia ke perkemahan orang Israel, lalu berkata: “Bangunlah, sebab Tuhan telah menyerahkan perkemahan orang Midian ke dalam tanganmu.”

Menarik sekali, mimpi yang aneh, kok kebetulan waktunya pas pada saat Gideon menyelinap. Dan waktu Gideon ada dia tepat mendengar cerita mimpi itu? Jadi Gideon mendengar kata yang sama yang telah Tuhan ucapkan kepadanya dari mulut musuh. Waktunya, peristiwanya terlalu baik untuk menjadi kebetulan. Apakah ini kebetulan? Tentu tidak.

“PROVIDENSI TUHAN: Tangan Tuhan dengan berdaulat mengatur skenario ini secara tepat dan presisi untuk menghibur Gideon dalam kelemahannya.”

Ketika Gideon mendengar mimpi dan tafsir mimpi itu, Gideon diubah dan menyembah Tuhan. Lalu, dia kembali kepada bangsa Israel, “Bangkitlah, saatnya untuk berperang.” Gideon yang penuh ketakutan, penuh keraguan, penuh kelemahan diubah menjadi pemberani karena dia sekarang yakin bahwa Tuhan bersama dia. Perhatikan, Tuhan adalah Tuhan yang mengambil inisiatif untuk menghibur kita, Tuhan tahu ketakutan dan kelemahan kita. Tuhan tahu persis kekhawatiran kita dan mengambil inisiatif untuk menghibur kita. 

Mazmur 56:4

4. Waktu aku takut, aku ini percaya (berharap) kepada-Mu.

“Tuhan memahami ketakutan kita! Tuhan tidak marah & tersinggung oleh ketakutan serta kelemahan kita. Datanglah kepada-Nya dengan ketakutan kita & taruhlah kepercayaan kita hanya kepada-Nya.”

Allistair Begg dalam bukanya Truth for Life mengatakan:

“Kita dapat menyerahkan semua kekhawatiran kita kepada Bapa surgawi. Kita dapat meletakkan semua beban dan ketakutan kita di kaki-Nya. Tidak apa-apa untuk datang kepada-Nya dan berkata kita tidak tahu lagi harus berbuat apa.” (We can cast all of our cares upon our heavenly Father. We can lay all of our burdens and all of our fearfulness down at his feet. It’s okay to come to him and say we don’t know what to do).

Perhatikan kalimat yang ditulis tebal. Tuhan sengaja menghilangkan setiap godaan bagi Gideon untuk menaruh kepercayaan pada tentaranya. Tuhan sengaja membuat Gideon lemah supaya Gideon belajar percaya pada kekuatan Tuhan. Dan itu yang Tuhan sering lakukan terhadap kita. Tuhan mengizinkan banyak hal yang terjadi dalam hidup kita. Mungkin hal baik yang kita anggap penting akhirnya kita memberhalakan itu dan Tuhan izinkan itu diambil dari kita, sehingga kita dapat belajar untuk kembali tidak mengandalkan berkat-berkat-Nya, tetapi mengandalkan Sang Sumber Berkat.

Hakim-Hakim 7:10

10. Tetapi jika engkau takut untuk turun menyerbu, turunlah bersama dengan Pura, bujangmu, ke perkemahan itu;

Tuhan tahu Gideon takut sehingga Ia menyuruh Gideon pergi bersama dengan Pura masuk ke perkemahan Midian. Bisa tidak Gideon menolak apa yang Tuhan suruh? Bisa. Tapi lihat, meskipun dalam ketakutan dan kekhawatiran Gideon tetap percaya dan taat. Disuruh mengurangi 32.000 jadi 10.000, taat. Disuruh ke sungai dari 10.000 jadi 300, dia taat. Besoknya disuruh untuk menyerbu perkemahan tapi dia takut, Tuhan tahu dan disuruh lagi ajak bujangnya, dia taat.

Mungkin kita bertanya, “Tuhan mana penyertaan-Mu, mana tuntunan-Mu?” Kadang-kadang Tuhan sudah memberikan bimbingan dan tuntunan, masalahnya kita tidak mau melangkah. Seringkali kita hanya pasif menunggu Tuhan melakukan sesuatu.

Ada Hubungan antara Ketaatan dan Penghiburan. Saat kita percaya dan taat melangkah dengan iman kecil itu, kita melihat kesetiaan Tuhan yang menghibur, memimpin dan membimbing kita. Ini cara kerja Tuhan menghibur kita. Ketika kita melangkah dengan iman dalam ketaatan kepada Tuhan, di situ kita mengalami Tuhan, di situ kita melihat kebaikan Tuhan, di situ kita menemukan jaminan bahwa Tuhan bersama kita.

         3. KEMENANGAN DARI KELEMAHAN

Hakim-Hakim 7:16-18

16. Sesudah itu dibaginyalah ketiga ratus orang itu dalam tiga pasukan dan ke tangan mereka semuanya diberikannya sangkakala dan buyung kosong dengan suluh di dalam buyung itu.
17. Dan berkatalah ia kepada mereka: “Perhatikanlah aku dan lakukanlah seperti yang kulakukan. Maka apabila aku sampai ke ujung perkemahan itu, haruslah kamu lakukan seperti yang kulakukan.
18. Apabila aku dan semua orang yang bersama dengan aku meniup sangkakala, maka haruslah kamu juga meniup sangkakala sekeliling seluruh perkemahan itu, dan berseru: ’Demi Tuhan dan demi Gideon!’”

Yang aneh di sini Gideon tidak berstrategi militer. Mestinya mereka harus mencari keberadaan panglimanya untuk dibunuh sehingga pasukannya kocar-kacir. Justru yang Gideon lakukan dan bangsa Israel adalah dengan meniup sangkakala, memegang obor, dan memecahkan buyung kosong sambil berteriak-teriak. Ini strategi yang aneh. Namun intinya bukan tentang strateginya Gideon, tetapi tentang Tuhan yang berperang buat mereka.

Hakim-Hakim 7:19-23

19. Lalu Gideon dan keseratus orang yang bersama-sama dengan dia sampai ke ujung perkemahan itu pada waktu permulaan giliran jaga tengah malam, ketika penjaga-penjaga baru saja ditempatkan. Lalu mereka meniup sangkakala sambil memecahkan buyung yang di tangan mereka.
20. Demikianlah ketiga pasukan itu bersama-sama meniup sangkakala, dan memecahkan buyung dengan memegang obor di tangan kirinya dan sangkakala di tangan kanannya untuk ditiup, serta berseru: “Pedang demi Tuhan dan demi Gideon!”
21. Sementara itu tinggallah mereka berdiri, masing-masing di tempatnya, sekeliling perkemahan itu, tetapi seluruh tentara musuh menjadi kacau balau, berteriak-teriak dan melarikan diri.
22. Sedang ketiga ratus orang itu meniup sangkakala, maka di perkemahan itu Tuhan membuat pedang yang seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu sampai ke Bet-Sita ke arah Zerera sampai ke pinggir Abel-Mehola dekat Tabat.
23. Kemudian dikerahkanlah orang-orang Israel dari suku Naftali dan dari suku Asyer dan dari segenap suku Manasye, lalu mereka mengejar orang Midian itu.

“Strategi Gideon yang aneh berhasil bukan karena strateginya, namun karena Tuhan yang berperang untuk mereka.”

Tuhan membuat pasukan Midian berbalik melawan satu sama lain, dan orang Israel hanya perlu mengejar mereka yang melarikan diri. Tuhan menggunakan cara yang mustahil dan tidak mungkin. Inilah inti dari kekristenan. Kekristenan bukanlah agama untuk yang elite, untuk yang pintar, untuk yang kaya, dan untuk yang hebat. Karena kalau kekristenan seperti itu hanya yang pintar, yang elite, yang kaya, dan yang hebat yang bisa masuk. Tetapi justru banyak orang mencemooh kekristenan itu agama lemah, Tuhannya mati, dan memang itu tepat dan kita dapat setuju. Karena kekristenan bukan untuk orang yang kuat, tetapi untuk orang yang lemah.

“Dalam ekonomi Tuhan, kelemahan adalah kekuatan. Saat kita lemah, kita kuat karena dalam kelemahan kita, kuasa Tuhan dinyatakan dan bekerja secara sempurna.”

Tuhan tidak menginginkan orang Kristen yang kuat! Tuhan menginginkan orang Kristen yang justru mengakui mereka lemah, namun percaya bahwa mereka memiliki Tuhan yang kuat & berkuasa. Inilah inti kekristenan. Justru di situ letak kekuatannya. Di dalam kelemahan kita, kuasa Tuhan dinyatakan dan justru melalui kelemahan kuasa Tuhan bekerja secara sempurna.

Hakim-Hakim 7:24-25

24. Gideon menyuruh juga orang ke seluruh pegunungan Efraim dengan pesan: “Turunlah menghadapi orang Midian, dan dudukilah segala batang air sampai ke Bet-Bara, dan juga sungai Yordan.” Maka semua orang Efraim dikerahkan, lalu mereka menduduki segala batang air sampai ke Bet-Bara, juga sungai Yordan.
25. Mereka berhasil menawan dua raja Midian, yakni Oreb dan Zeeb. Oreb dibunuh di gunung batu Oreb dan Zeeb dibunuh dalam tempat pemerasan anggur Zeeb. Mereka mengejar orang Midian itu, lalu mereka membawa kepala Oreb dan kepala Zeeb kepada Gideon di seberang sungai Yordan.

Sepanjang kitab Hakim-Hakim, kita melihat pola berulang bahwa Tuhan memberikan keselamatan bukan melalui yang KUAT namun justru melalui yang LEMAH. Gideon adalah orang lemah, dari keluarga yang lemah, dari suku yang lemah, dan dia harus menghadapi orang Midian yang kuat dengan pasukan yang lemah. Tuhan tidak menyelamatkan melalui kekuatan tetapi kelemahan. Mengapa?

Gospel Connection:

Cerita keselamatan Tuhan dalam kitab Hakim-hakim menunjuk kepada cerita keselamatan yang paling utama, yaitu INJIL.

“Injil bukanlah cerita di mana Tuhan menyelamatkan umat-Nya yang berdosa dengan kekuatan namun melalui kelemahan.”

Allah yang datang dalam dunia, Dia tidak datang dalam istana. Dia bukan keturunan ningrat. Dia bukan seorang panglima yang punya kekuatan pasukan, tetapi Dia anak dari tukang kayu yang lemah. Dia lahir di kota kecil yang lemah namanya Betlehem. Dia lahir di kandang yang lemah. Di situlah Sang Juruselamat lahir, untuk menyelamatkan kita dari musuh terbesar kita yaitu dosa. Tuhan mengirimkan seorang Raja, tetapi bukan raja yang empunya singgasana emas, bukan raja yang hebat yang punya pasukan hebat. Tetapi Raja ini adalah Raja yang lemah, Raja yang singgasana-Nya salib, mahkota-Nya duri, direndahkan, telanjang, dianiaya, berlumuran darah, mati menyerahkan nyawa-Nya. Ini adalah gambar kelemahan yang tragis.

Tetapi melalui kelemahan salib Kristus, kemenangan terbesar atas dosa & maut terjadi. Yesus mengalahkan kutuk dosa sekali dan untuk selamanya dengan mati di kayu salib; Namun pada hari ketiga, bangkit mengalahkan maut sebagai tanda kemenangan yang paling utama. Kita yang percaya kepada-Nya dan kita sadar akan kelemahan dan kerapuhan kita, dan saat kita mengakui kelemahan kita, di situlah kemenangan Kristus menjadi kemenangan kita. Sebaliknya, jika kita berpikir kita baik, kita mampu, kita hebat, kita tidak dapat diselamatkan. Kuasa penyelamatan Yesus hanya bekerja ketika kita mengakui bahwa kita tidak memiliki kekuatan dalam diri kita sendiri.

Mungkin saat ini kita sedang berada di posisi kelemahan. Tuhan mengizinkan kita di posisi itu sebagai wujud kasih karunia-Nya untuk membawa kita kembali kepada-Nya, serta percaya & bergantung penuh kepada Tuhan. Tuhan ingin kita tidak mencintai apa yang dunia tawarkan. Tuhan ingin kita mengalami Dia dan bergantung penuh kepada Dia.

Pertanyaan Reflektif

  • Apa & siapa yang Anda andalkan selain Tuhan? Adakah “tentara-tentara” (uang, kepintaran, koneksi) yang menjadi sandaran imanmu? Apakah Anda di posisi sedang dilucuti?
  • Apa yang menjadi ketakutan dan kekhawatiranmu? Apakah Anda bisa melihat providensia Tuhan? Adakah langkah iman yang harus Anda ambil?
  • Apakah Anda masih merasa kuat? Sadarkah betapa lemah dan rapuhnya kita? Kekuatan Tuhan justru bekerja dalam kelemahan & kerapuhan.

Gospel Response:

  • Bertobat dari mengandalkan kekuatan “tentara-tentara” kita sendiri.
  • Akui kelemahan & kerapuhan kita hanya saat kita sadar betapa lemah & rapuhnya kita, di situ kita dimampukan untuk mengalami kuasa anugerah Tuhan yang indah melalui karya salib-Nya.
  • Ketika kita meragukan kehadiran & janji Tuhan, kita dapat melihat salib Yesus Kristus di sana kita menemukan jaminan bahwa Tuhan menyertai kita melalui Roh Kudus-Nya.

Orang Berinjil:

  • Bukanlah orang yang membanggakan kekuatan mereka namun justru tidak malu terhadap kelemahan & kerapuhannya.
  • Melihat providensia Tuhan yang menghibur, menguatkan dan menuntun untuk menghadapi ketidakpastian di masa depan.
  • Akan terus memiliki pengharapan yang kuat bahkan di dalam posisi yang lemah, karena justru melalui kelemahanlah kuasa Kristus nyata sempurna.