Suatu Keyakinan Dalam Ketakutan

FROM JUDGES TO JESUS WEEK 6 "Suatu Keyakinan Dalam Ketakutan" 

Ps. Michael Chrisdion

 


Pembacaan                : Hakim-Hakim 6

Kita memasuki minggu keempat dari Sermon Series kita From Judges to Jesus. Dan kita akan membahas mengenai “Suatu Keyakinan Dalam Ketakutan”.

Baca : Hakim-Hakim 6

11. Kemudian datanglah Malaikat Tuhan dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian.
12. Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: “Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.”
13. Jawab Gideon kepada-Nya: “Ah, tuanku, jika Tuhan menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah Tuhan telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang Tuhan membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.”
14. Lalu berpalinglah Tuhan kepadanya dan berfirman: “Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!”
15. Tetapi jawabnya kepada-Nya: “Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.”
16. Berfirmanlah Tuhan kepadanya: “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.”

Ini adalah kisah Gideon dan Tuhan memanggil seorang penakut (fearful person) dan mengubahnya menjadi seorang yang gagah berani (courageous). Kalau kita tumbuh besar di gereja, pasti kita akrab dengan kisah Gideon. Khotbah ini akan membagi kisah Gideon menjadi 4 bagian. 2 khotbah yang pertama sangat baik, mengangkat semangat, memberikan kekuatan, tetapi 2 khotbah berikutnya sangat kurang baik. Kisah Gideon dimulai dengan luar biasa dan berakhir dengan sangat menyedihkan.

Kita akan berbicara mengenai keberanian. Tahukah kita bahwa di dalam Alkitab ada perintah yang sering diulang-ulang. Perintah itu adalah “jangan takut”. Kenapa jangan takut? Karena manusia pada dasarnya sering merasa takut. Tidak berani. Kita semua bergumul dengan namanya keberanian (courage). Tidak berani bertindak, tidak berani membuat keputusan, tidak berani menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian, tidak berani komitmen. Namun, dari kisah Gideon kita bisa menyimpulkan bahwa ini bukan tentang kisah Gideon melainkan kisah Tuhan yang memastikan kemenangan bagi umat-Nya untuk mengatasi semua rintangan. Kalau kita takut hari-hari ini dan khawatir, maka:

“Keberanian (courage) tidak ditemukan pada kemampuan kita untuk melakukan sesuatu, namun hanya ditemukan saat memiliki keyakinan bahwa Tuhan bersama dengan kita.”

Ada 3 poin yang kita pelajari dari khotbah minggu ini:

          1. MASALAH SESUNGGUHNYA DI BALIK SIKLUS DOSA

Hakim-Hakim 6:1-6

1. Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan; sebab itu Tuhan menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya,
2. dan selama itu orang Midian berkuasa atas orang Israel. Karena takutnya kepada orang Midian itu, maka orang Israel membuat tempat-tempat perlindungan di pegunungan, yakni gua-gua dan kubu-kubu.
3. Setiap kali orang Israel selesai menabur, datanglah orang Midian, orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur, lalu maju mendatangi mereka;
4. berkemahlah orang-orang itu di daerah mereka, dan memusnahkan hasil tanah itu sampai ke dekat Gaza, dan tidak meninggalkan bahan makanan apa pun di Israel, juga domba, atau lembu atau keledai pun tidak.
5. Sebab orang-orang itu datang maju dengan ternaknya dan kemahnya, dan datangnya itu berbanyak-banyak seperti belalang. Orang-orangnya dan unta-untanya tidak terhitung banyaknya, sekaliannya datang ke negeri itu untuk memusnahkannya,
6. sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu. Lalu berserulah orang Israel kepada Tuhan.

Selama 7 tahun orang Midian menjajah Israel. Pada pasal 5, di akhiri dengan suatu ketenangan (rest) di tanah Israel selama 40 tahun. Namun, masuk pasal 6 siklus dosa kembali muncul. Bangsa Israel kembali melakukan yang jahat yaitu penyembahan berhala. Maka Tuhan menyerahkan mereka kepada orang Midian. Saat orang Israel menanam sesuatu dan menuai panen, langsung diambil oleh orang Midian. Setelah mereka mengalami penindasan, maka bangsa Israel merintih dan berseru kepada Tuhan.

Hakim-Hakim 6:7-10

7.Ketika orang Israel berseru kepada Tuhan karena orang Midian itu,
8. maka Tuhan mengutus seorang nabi kepada orang Israel, yang berkata kepada mereka: “Beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Akulah yang menuntun kamu keluar dari Mesir dan yang membawa kamu keluar dari rumah perbudakan.
9. Aku melepaskan kamu dari tangan orang Mesir dan dari tangan semua orang yang menindas kamu, bahkan Aku menghalau mereka dari depanmu dan negeri mereka Kuberikan kepadamu.
10. Dan Aku telah berfirman kepadamu: Akulah Tuhan, Allahmu, maka janganlah kamu menyembah allah orang Amori, yang negerinya kamu diami ini. Tetapi kamu tidak mendengarkan firman-Ku itu.”

Jawaban Tuhan atas seruan perintihan bangsa Israel: Tuhan tidak mengirimkan seorang pembebas, namun seorang nabi. Seakan-akan kita punya mobil, dan kita telpon mekanik dan yang datang bukan mekanik tetapi pendeta. Tetapi ada sebuah pesan di balik semuanya ini. Saat Israel berseru kepada Tuhan, yang datang bukan hakim/pembebas tetapi nabi. Kenapa? Masalah sesungguhnya bukanlah pada kekuatan musuh yaitu orang Midian, namun pada penyembahan berhala mereka sendiri. Tuhan ingin Israel memahami bangsa mereka perlu bertobat dari dosa penyembahan berhala, bukan hanya menyesal karena konsekuensi dosa mereka atau kesulitan yang mereka alami. Waktu mereka merintih, mereka tidak bertobat, mereka cuma berseru.

Seringkali waktu kita mengalami penderitaan, yang pertama kali kita lakukan adalah cari jalan keluar, bagaimana kita bisa keluar dari masalah ini. Tetapi seringkali Tuhan menjawab doa kita dengan jawaban yang aneh. Mungkin saat kita membaca khotbah ini untuk mencari jawaban atas masalah kita. Tapi waktu kita baca khotbah ini, khotbah ini bukan memberikan langkah 1-2-3 untuk hidup sukses, untuk mendapatkan terobosan. Tidak ada. Kita selalu cari solusi tetapi kadang Tuhan tidak memberikan solusi tetapi Tuhan suruh kita bertobat. Tuhan menegur kita melalui khotbah, kita diminta untuk percaya penuh kepada Yesus dan memandang salib. “Apa hubungannya salib dengan tokoku?” “Apakah hubungannya pertobatan sama masalah keuanganku?” 

Terkadang sebelum Tuhan membebaskan kita dari kesulitan kita, dia perlu membuka mata kita, supaya kita sadar bahwa masalah sesungguhnya itu bukan masalah kita tetapi masalah sesungguhnya adalah hati kita yang jauh dari pada Tuhan. Kita hanya menyesal, kita hanya merintih berseru kepada Tuhan, tetapi tidak bertobat. Mungkin hati kita ada kesedihan, ada dukacita, tapi apakah dukacita itu menghasilkan pertobatan? Atau dukacita kita itu menghasilkan kematian.  

2 Korintus 7:10

10. Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.

Dua-duanya sedih dan menyesal, tetapi pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri kita bukanlah sekadar sedih dan menyesal saja, tetapi kita bertobat atau tidak. Karena penyesalan yang tidak menghasilkan pertobatan dan perubahan yang nyata tidak ada gunanya. Bangsa Israel ini cuma menyesal dan merintih, tetapi tidak bertobat.

Timothy Keller dalam Judges for You mengatakan:

“Penyesalan adalah tentang diri kita sendiri: betapa aku terluka, betapa hidupku berantakan, betapa hatiku hancur; namun pertobatan adalah tentang Tuhan: betapa Ia telah berduka, betapa natur-Nya sebagai Pencipta & Penebus kita injak-injak, betapa tindakan penyelamatan-Nya yang berulang-ulang sering kita remehkan dan kita gunakan secara manipulatif.” (Regret is all about us: how I am being hurt, how my life is ruined, how my heart is breaking; but repentance is all about God: how He has been grieved, how His nature as Creator and Redeemer is being trampled on, how His repeated saving actions are being trivialized and used manipulatively)

Pertanyaan yang perlu kita tanyakan adalah apakah kita berduka karena konsekuensi dari dosa? Atau kita berduka karena kita menyakiti Tuhan yang menebus & mengasihi kita?

Ada perbedaan besar antara jatuh ke dalam dosa atau hidup dalam dosa. Dua-duanya sama-sama berdosa. Orang Kristen bisa jatuh dalam dosa, tetapi orang Kristen tidak terus nyaman hidup dalam dosa. Karena saat kita jatuh dalam dosa, kita akan berduka, tidak nyaman, dan bertobat, berubah dan memandang salib Kristus. Sehingga meskipun kita masih jatuh bangun, ada perubahan yang nampak. Tetapi orang yang hidup dalam dosa, kita mungkin menyesal karena konsekuensinya, tetapi tidak memiliki keinginan untuk berubah. 

“Seringkali kita ingin Tuhan membantu kita keluar dari kesulitan kita. Namun tujuan Tuhan adalah supaya kita bertobat dari penyembahan berhala yang mencemari hidup kita.”

Masalah utama kita seringkali kita tidak mau berurusan dengan berhala-berhala tersebut, karena kita masih suka dengan penyembahan berhala. Bangsa Israel itu tidak pernah menolak Tuhan, mereka masih memiliki mezbah untuk Tuhan, tetapi di sebelahnya ada mezbah Baal. Yang terjadi dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen bisa saja kita masih ke gereja, masih baca renungan, masih berdoa, tetapi hati kita terpaut pada hal-hal yang bukan Tuhan. Tentu saja sekarang berhala kita bukan lagi Baal, tetapi uang, kekayaan, seks, hedonisme, dan lain-lain. Kita lebih mementingkan pemberian Tuhan dari pada Tuhan itu sendiri. Kita menginginkan terobosan keuangan, pemulihan, penyembuhan, tetapi kita tidak ingin Tuhan. Apa yang sering kita lakukan adalah menyembah Tuhan pada hari minggu, tetapi kita menyembah berhala pada hari-hari yang lain. Ada mezbah di hari minggu, ada juga mezbah di hari Senin untuk mezbah ekonomi kita, sehingga yang terjadi adalah kita menyembah allah-allah lain.

Allah adalah Allah yang pencemburu. Bukan pencemburu dalam maksud jahat. Tetapi Dia tidak ingin disiksa oleh berhala-berhala tersebut. Pertanyaannya: siapa yang akan Israel layani? Tuhan atau Baal? Pertanyaan yang sama untuk kita, siapa yang akan kita layani? Tuhan atau berhala kita?

           2. KASIH KARUNIA MERESPONI PENYEMBAHAN BERHALA

Tidak ada tanda-tanda pertobatan dalam bangsa Israel. Namun, Tuhan tidak menunggu umat-Nya bertobat sebelum Dia datang menyelamatkan mereka. Tuhan tidak memberikan kepada mereka apa yang pantas mereka dapatkan, tetapi sebaliknya Tuhan membangkitkan seorang hakim untuk membebaskan umat-Nya.

Hakim-Hakim 6:11-15

11. Kemudian datanglah Malaikat Tuhan dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian.
13. Jawab Gideon kepada-Nya: “Ah, tuanku, jika Tuhan menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah Tuhan telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang Tuhan membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.”
14. Lalu berpalinglah Tuhan kepadanya dan berfirman: ”Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!”
15. Tetapi jawabnya kepada-Nya: “Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.”

Gideon itu seorang pengecut. Mengapa? Dia mengirik gandum di tempat pemerasan anggur. Pemerasan anggur itu ada di bawah, jadi tidak bisa terlihat siapa-siapa. Malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Gideon. Di ayat 12 – Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: “Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.” Apakah malaikat ini sedang sarkas terhadap Gideon? Karena Gideon ini lagi ketakutan dan bersembunyi, tetapi dikasih kata-kata seperti itu. Gideon tidak dipanggil karena dia berani, namun menjadi bernilai sebagai hasil dari panggilan Tuhan. 

“Tuhan tidak memanggil yang kuat & mampu, namun Dia memberi kekuatan & kemampuan kepada mereka yang dipanggil-Nya.”

Ada 2 kesalahan yang dilakukan Gideon dan ini juga yang seringkali kita lakukan. Pertama, kita sering melihat masalah yang besar dan berasumsi bahwa Tuhan tidak bersama kita. Gideon bertanya-tanya mengapa mereka harus mengalami penindasan orang Midian? Mungkin kita juga bertanya seperti Gideon, mengapa kok Tuhan mengizinkan orang tuaku sakit? Membiarkan bisnis bangkrut? Membiarkan anak mati? Membiarkan pernikahanku hancur? Kenapa? Mungkin kita berpikir, “Pasti Tuhan tidak beserta dengan aku”. Seringkali kita berpikir seperti itu, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Kalau Tuhan belum bekerja dalam hidupmu bukan berarti dia tidak bekerja, Tuhan tidak pernah diam, Dia terus bekerja, hanya tidak sesuai dengan timeline kita dan cara kita.

Kedua, kita hanya menunggu Tuhan melakukan sesuatu untuk kita, dan tidak menyediakan diri untuk dipakai dan dibentuk oleh Tuhan melalui pergumulan yang sedang dihadapi. Tuhan lebih suka mengubah kita terlebih dahulu, ketimbang mengubah keadaan kita terlebih dahulu.

Apakah Gideon bersikap pesimis dan kurang sadar akan potensi dirinya? Apakah benar tafsiran bahwa waktu Tuhan menyebut Gideon “gagah berani”, Tuhan melihat potensi Gideon yang tidak disadari Gideon sendiri? Itu tidak sepenuhnya benar. Gideon menyatakan fakta. Gideon benar untuk mengatakan bahwa dia tidak memiliki apa yang diperlukan untuk menyelamatkan bangsa Israel. Dia berkata, “Aku tidak cocok untuk pekerjaan ini. Aku benar-benar tidak memadai.” Karena dia memang tidak memadai, itulah intinya. Dan ini adalah sesuatu yang kita lihat berulang kali dalam Alkitab.

Tuhan tidak tertarik untuk menggunakan orang yang MERASA HEBAT dan kuat; Tuhan SELALU menggunakan orang yang lemah. Semakin kita dewasa, semakin kita menyadari bahwa kita lemah dan rentan. Kalau dunia mengajarkan semakin dewasa harus semakin independent, tetapi kekristenan adalah tentang perjalanan dari independent menjadi dependent. Karena sampai kita SADAR BETAPA LEMAH & RENTANNYA DIRI, kita tidak akan pernah MEMAHAMI kecukupan Tuhan. Justru saat kita sadar bahwa kita tidak tidak memadai dan tidak berguna, di situ Tuhan bisa membentuk dan memakai kita menjadi alat bagi kemuliaan-Nya. Pada waktu kita merasa hebat, Tuhan tidak bisa memakai kita. Lihat jawaban Tuhan.

Hakim-Hakim 6:16                                                                         

16. Berfirmanlah Tuhan kepadanya: “Tetapi AKULAH YANG MENYERTAI ENGKAU, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.”

Jawaban Tuhan bukan “Gideon, kamu perlu bangun harga dirimu. Ayo ngomong 100 kali, aku bisa, aku mampu, aku hebat.” Jawaban Tuhan bukan memberikan strategi. Tuhan tidak memberikan “apa”, “bagaimana”, atau “di mana”. Sebaliknya, Tuhan memberikan “siapa”. Tuhan memberi diri-Nya sendiri yang akan menyertai Gideon dan itu cukup. Keberanian sejati bukan dari kemampuan kita sendiri, namun berasal dari suatu keyakinan bahwa Tuhan menyertai kita.

Bagaimana hidup kita jika kita tahu bahwa Tuhan menyertai kita dalam situasi apapun? Ketika kita menjalani operasi, kita bilang, “Tuhan menyertai aku.” Ketika kita mendapatkan pekerjaan baru, “Tuhan menyertai aku.” Ketika kita pindah ke negara lain, “Tuhan menyertai aku.” Ketika kita bergabung dengan pelayanan, “Tuhan menyertai aku.” Ketika kita memberitakan Injil kepada orang lain, “Tuhan menyertai aku.” Ketika kita menghadapi masalah di rumah dan di tempat kerja, “Tuhan menyertai aku.” Ketika kita menghadapi pergumulan yang perih, “Tuhan menyertai aku.” Di situlah kita mengalami keberanian meskipun kita sedang mengalami ketakutan, karena bukan apa yang kita hadapi tetapi siapa yang menyertai kita. Bukan karena kita bisa. Tetapi karena kita tahu Tuhan semesta alam menyertai kita. Keberanian datang dari memiliki jaminan bahwa Tuhan menyertai kita.

Hakim-Hakim 6:17

17. Maka jawabnya kepada-Nya: “Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku…”

Gideon meminta tanda pada Allah. Dia mengambil anak kambing, lalu dia masak dan ditaruh di atas batu. Lalu malaikat turun dan menyentuh makanan itu dan keluar api, sehingga makanan itu seketika habis. Gideon mulai berani. Lalu masuk pada pasal 6:25-32 Perintah Tuhan untuk menghancurkan mezbah berhala. Gideon menjadi berani, tetapi dia berani cuma di malam hari. Dia menghancurkan mezbah Baal itu saat malam hari, sedangkan mezbah Allah tetap berdiri.

          3. JAMINAN ILAHI YANG MEMBANGKITKAN KEYAKINAN

Seluruh orang Midian berkemah karena hari panen Israel segera tiba. Mereka bersiap-siap untuk menjarah. Waktu Gideon melihat itu, dia mulai berani, tiba-tiba dia ciut lagi.

Hakim-Hakim 6:33-35

33. Seluruh orang Midian dan orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur telah berkumpul bersama-sama; mereka telah menyeberang dan berkemah di lembah Yizreel.
34. Pada waktu itu Roh Tuhan menguasai Gideon; ditiupnyalah sangkakala dan orang-orang Abiezer dikerahkan untuk mengikuti dia.
35. Juga dikirimnya pesan kepada seluruh suku Manasye dan orang-orang ini pun dikerahkan untuk mengikuti dia. Dikirimnya pula pesan kepada suku Asyer, Zebulon dan Naftali, dan orang-orang ini pun maju untuk menggabungkan diri dengan mereka.

Gideon masih tidak yakin akan panggilan dan janji Tuhan. Lagi-lagi Gideon meminta tanda dari Tuhan.

Hakim-Hakim 6:36-40

36. Kemudian berkatalah Gideon kepada Allah: “Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan itu,
37. maka aku membentangkan guntingan bulu domba di tempat pengirikan; apabila hanya di atas guntingan bulu itu ada embun, tetapi seluruh tanah di situ tinggal kering, maka tahulah aku, bahwa Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan.”
38. Dan demikianlah terjadi; sebab keesokan harinya pagi-pagi ia bangun, dipulasnya guntingan bulu itu dan diperasnya air embun dari guntingan bulu itu, secawan penuh air. 39. Lalu berkatalah Gideon kepada Allah: “Janganlah kiranya murka-Mu bangkit terhadap aku, apabila aku berkata lagi, sekali ini saja; biarkanlah aku satu kali lagi saja mengambil percobaan dengan guntingan bulu itu: sekiranya yang kering hanya guntingan bulu itu, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.”
40. Dan demikianlah diperbuat Allah pada malam itu, sebab hanya guntingan bulu itu yang kering, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.

Gideon meminta tanda kepada Tuhan. Dia merentangkan bulu domba. Dia minta supaya besok pagi tanah di sekitar bulu itu tidak basah dengan embun, hanya bulu domba itu saja yang basah. Dan benar, besok pagi tanah itu tidak basah, hanya bulu domba itu saja yang basah. Namun, ini tidak cukup membuat Gideon yakin. Dia kembali meminta tanda kepada Tuhan. Kali ini Gideon meminta tanda dengan merentangkan bulu domba, tetapi bulu domba ini jangan basah, hanya tanah di sekelilingnya saja yang basah. Dan Tuhan memberikan apa yang diminta Gideon. Tuhan begitu murah hati. Tuhan tidak menghukum Gideon namun Tuhan turun tangan & meyakinkan Gideon dalam ketakutannya. Namun, kita perlu hati-hati dalam tanda-tanda ini. Kevin de Young dalam A Liberating Approach In Finding God’s Will mengatakan:

“Terlalu terobsesi tentang masa depan bukanlah cara hidup yang Tuhan inginkan bagi kita. Karena meramalkan masa depan bukanlah cara Tuhan. Cara Tuhan adalah berbicara kepada kita melalui Firman-Nya dan mentransformasi kita dengan memperbaharui cara pandang & hati kita. Cara Tuhan bukanlah bola kristal, Cara Tuhan adalah cara kebijaksanaan.”

Inti ujian bulu domba bukanlah tentang meminta tanda dari Tuhan untuk membuat keputusan, namun tentang jaminan akan kehadiran Tuhan di tengah ketakutan & keraguan. Ini seperti suatu ungkapan, “Tuhan, aku percaya, namun tolong bantu ketidakpercayaanku”. Gideon tahu persis apa yang Tuhan inginkan, apa yang harus dia lakukan, tetapi pada saat yang sama, dia takut. Mungkin dia traumatis karena selama tujuh tahun dia dipukuli orang Midian. Dan dia ingin memastikan bahwa Tuhan menyertai dia. Inti dari ujian bulu domba adalah jaminan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dia. Gideon meminta tanda supranatural dari Tuhan untuk menunjukkan bahwa Tuhan menyertai dia. Dan Tuhan menjawab Gideon dan memberi dia jaminan ilahi.

Buat kita apakah kita perlu meminta tanda sebagai jaminan ilahi lagi? Apakah kita perlu meminta tanda bahwa Tuhan menyertai kita juga?

GOSPEL CONNECTION

Tuhan memberikan tanda di atas segala tanda. Mungkin kita bertanya bagaimana aku tahu bahwa Tuhan menyertai aku, apa tandanya? Tuhan telah memberi kita jaminan jawaban atas ujian bulu domba yang paling utama. Dia memberikan diri-Nya sendiri.

Lihatlah kepada karya salib Kristus. Di dalam Kristus kita memiliki hal yang jauh lebih baik untuk meyakinkan kita bahwa Tuhan menyertai kita daripada tanda supranatural. Jikalau Tuhan berjanji menyertai Gideon dengan memberikan tanda dengan api, bulu domba yang basah, atau tanah yang basah, tetapi di salib Yesus Kristus: yang tak terbatas menjadi yang terbatas. Yang terkuat menjadi yang terlemah. Yang termulia direndahkan. Yang empunya kuasa dilucuti dan disiksa. Sang Roti mengalami kelaparan. Sang Air mengalami kehausan. Yang suci menjadi dosa. Yang paling erat dengan Bapa mengalami keterpisahan. Yang imortal menyerap murka Bapa menjalani maut.

Namun tandanya kubur-Nya kosong, Kristus bangkit mengalahkan maut sehingga kita yang percaya kepada-Nya menerima pengampunan-Nya, kebenaran-Nya, kekudusan-Nya, kemuliaan-Nya, kehadiran-Nya. Roh Kudus tinggal di dalam kita. Kehidupan, kematian, dan kebangkitan Tuhan hadir bersama kita di manapun kita berada. Roh Kudus adalah materai bahwa kita milik Tuhan dan Tuhan milik kita. Kita tidak dapat dipisahkan dari tangan Tuhan. Kapanpun kita ragu, kapanpun kita merasa takut, pandanglah kepada salib Kristus. Keberanian sejati muncul dari keyakinan bahwa Tuhan selalu ada di pihak kita dan selalu bersama dengan kita.

Pertanyaan Reflektif

  • Apakah kita sering hanya menyesal atas konsekuensi dosa namun tidak bertobat? Apakah kita hanya ingin Tuhan menghilangkan kesulitan dan masalah kita tanpa memedulikan masalah dosa yang ada di dalam hati?
  • Sadarkah kita betapa lemah dan rentannya diri kita? Maukah kita percaya kepada Tuhan yang mampu memakai siapa saja? Bahkan dalam kelemahan kita? 
  • Siapa yang kita pandang dalam kepercayaan kita? Apakah salib Kristus atau allah-allah palsu yang memberikan janji-janji palsu?

Gospel Response:

  • Salib adalah jaminan utama
  • Bertobat dari percaya kepada berhala dengan janji-janji kosongnya yang tidak memberikan ketenangan & keyakinan.
  • Ketika kita meragukan kehadiran & janji Tuhan, kita dapat melihat salib Yesus Kristus di sana kita menemukan jaminan bahwa Tuhan menyertai kita melalui Roh Kudus-Nya.

Orang Berinjil:

  • Tidak hanya menyesal atas konsekuensi dosa atau berduka karena kesulitan namun memiliki hati yang terus mudah bertobat
  • Sadar meskipun Dia lemah dan tidak mampu, namun Tuhan menyertai serta memampukan dirinya untuk dapat dipakai sebagai alat kemuliaan Tuhan
  • Akan terus memandang salib Kristus sehingga dalam keadaan apapun, baik maupun buruk, tetap yakin bahwa Tuhan bersamanya dan Tuhan ada di pihaknya.