Tangan Tuhan Dalam Kekacauan

FROM JUDGES TO JESUS WEEK 9 "Tangan Tuhan Dalam Kekacauan" 

Ps. Natanael Thamrin


Pembacaan                : Hakim-Hakim 9-10

Kita memasuki minggu kesembilan dari Sermon Series kita From Judges to Jesus. Dan kita akan membahas mengenai “Tangan Tuhan Dalam Kekacauan”. Saat kita membaca kitab Hakim-Hakim, semakin dalam kita menyelami setiap pasal, semakin jelas terlihat kemerosotan moral dan iman dari bangsa Israel. Apa buktinya?

Setidaknya kitab Hakim-Hakim menceritakan 6 hakim-hakim besar dan 6 hakim-hakim kecil. 6 hakim-hakim yang besar yakni Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Yefta, dan Simson. Di antara hakim-hakim besar ini muncul hakim-hakim yang kecil yakni Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon, dan Abdon. Kenapa mereka disebut hakim-hakim kecil? Karena catatan mereka dalam kitab ini memang tidak terlalu banyak. Dan kalau kita membaca dari hakim yang awal sampai selanjutnya, maka kita mendapati bahwa kemerosotan moral umat Tuhan semakin hancur dan kekuatan para hakim-hakim pun semakin lemah.

Saat kita menelusuri dari awal kitab ini sampai pasal ke-8, kita melihat ada sebuah pola yaitu saat umat Tuhan menjauh dari Allah, maka Allah mengirimkan bangsa-bangsa lain untuk menindas mereka. Lalu, kemudian Tuhan membangkitkan hakim untuk membebaskan bangsa Israel. Dari sini kita bisa melihat bahwa ada bangsa lain yang Tuhan bangkitkan untuk menekan bangsa Israel. Tetapi kali ini polanya berhenti, bukan bangsa lain yang menekan umat Allah, melainkan dari bangsanya sendiri yaitu Abimelekh, anak dari Gideon dari perkawinannya dengan gundiknya dari Sikhem.

Baca : Hakim-Hakim 9

1. Adapun Abimelekh bin Yerubaal pergi ke Sikhem kepada saudara-saudara ibunya dan berkata kepada mereka dan kepada seluruh kaum dari pihak keluarga ibunya:
2. “Tolong katakan kepada seluruh warga kota Sikhem: Manakah yang lebih baik bagimu: tujuh puluh orang memerintah kamu, yaitu semua anak Yerubaal, atau satu orang? Dan ingat juga, bahwa aku darah dagingmu.”
3. Lalu saudara-saudara ibunya mengatakan hal ihwalnya kepada seluruh warga kota Sikhem, maka condonglah hati orang-orang itu untuk mengikuti Abimelekh, sebab kata mereka: “Memang ia saudara kita.”
4. Sesudah itu mereka memberikan kepadanya tujuh puluh uang perak dari kuil Baal-Berit, lalu Abimelekh memberi perak itu sebagai upah kepada petualang-petualang dan orang-orang nekat supaya mengikuti dia.
5. Ia pergi ke rumah ayahnya di Ofra, lalu membunuh saudara-saudaranya, anak-anak Yerubaal, tujuh puluh orang, di atas satu batu. Tetapi Yotam, anak bungsu Yerubaal tinggal hidup, karena ia menyembunyikan diri.
6. Kemudian berkumpullah seluruh warga kota Sikhem dan seluruh Bet-Milo; mereka pergi menobatkan Abimelekh menjadi raja dekat pohon tarbantin di tugu peringatan yang di Sikhem.

22. Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel,
23. maka Allah membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada Abimelekh,
24. supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh anak Yerubaal dibalaskan dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara mereka yang telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang membantu dia membunuh saudara-saudaranya itu.
 

56. Demikianlah Allah membalaskan kejahatan yang dilakukan oleh Abimelekh kepada ayahnya, yaitu pembunuhan atas ketujuh puluh saudaranya;
57. juga segala kejahatan orang-orang Sikhem ditimpakan kembali oleh Allah kepada kepala mereka sendiri. Demikianlah kutuk Yotam bin Yerubaal mengenai mereka.

Baca : Hakim-Hakim 10

1. Sesudah Abimelekh, bangkitlah Tola bin Pua bin Dodo, seorang Isakhar, untuk menyelamatkan orang Israel. Ia diam di Samir, di pegunungan Efraim
2. dan ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh tiga tahun lamanya; kemudian matilah ia, lalu dikuburkan di Samir.
3. Sesudah dia, bangkitlah Yair, orang Gilead, yang memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh dua tahun lamanya.
4. Ia mempunyai tiga puluh anak laki-laki, yang mengendarai tiga puluh ekor keledai jantan, dan mereka mempunyai tiga puluh kota, yang sampai sekarang disebutkan orang Hawot-Yair, di tanah Gilead.
5. Lalu matilah Yair dan dikuburkan di Kamon.

Ada 3 poin yang kita pelajari dari khotbah minggu ini:

          1. DIBUTAKAN OLEH AMBISI

Seperti yang kita baca bahwa kisah dalam pasal 9 ini agak sedikit menyimpang dari siklus dosa yang terjadi. Tiba-tiba muncul seorang yang bernama Abimelekh yang menjadi pemeran utama dalam pasal 9 ini. Dalam pasal 9 bagian awal kita melihat karakter yang sangat jelas dari Abimelekh.

Hakim-Hakim 9:1-3

1. Adapun Abimelekh bin Yerubaal pergi ke Sikhem kepada saudara-saudara ibunya dan berkata kepada mereka dan kepada seluruh kaum dari pihak keluarga ibunya:
2. “Tolong katakan kepada seluruh warga kota Sikhem: Manakah yang lebih baik bagimu: tujuh puluh orang memerintah kamu, yaitu semua anak Yerubaal, atau satu orang? Dan ingat juga, bahwa aku darah dagingmu.”
3. Lalu saudara-saudara ibunya mengatakan hal ihwalnya kepada seluruh warga kota Sikhem, maka condonglah hati orang-orang itu untuk mengikuti Abimelekh, sebab kata mereka: “Memang ia saudara kita.”

Jika pemimpin-pemimpin sebelum Abimelekh dipanggil oleh Tuhan tanpa mencari peran tersebut, Abimelekh justru meraihnya dengan kecerdikannya dan untuk dirinya sendiri. Abimelekh mendatangi kaum keluarga ibunya di Sikhem dan meminta supaya mereka menyampaikan keinginannya kepada seluruh warga kota Sikhem adalah untuk menjadikan dia raja. Argumentasinya sangat cerdik yaitu dia memberikan 2 opsi kepada warga kota Sikhem (Lihat ayat 2-3). Opsinya apa? 

Opsi 1: Abimelekh seolah-olah menempatkan warga kota Sikhem diposisi yang lebih tinggi untuk membuat keputusan. Seolah-olah Abimelekh ingin berkata: “Kalian loh yang pegang keputusan, saya tidak maksa. Silakan tentukan sendiri mana yang lebih baik bagi kalian. 

Opsi 2: Abimelekh seolah-olah menunjukkan bahwa ikatan darah adalah ikatan terkuat yang membuat seseorang qualified untuk menjadi penerus kepemimpinan. Abimelekh seolah-olah ingin mengatakan: “Coba kamu lihat namaku? Aku ini siapa dari sisi papaku. Arti namaku saja ayahku adalah raja. Jadi tentu kamu kenal dia bukan. Dia pahlawan nasional. Tapi jangan lupa juga, dari sisi mamaku, aku ini salah satu dari kalian. Aku darah daging kalian”.

Kita bisa melihat kelicikan dari Abimelekh. Tapi kalau kita boleh jujur sebenarnya Abimelekh tidak memberikan opsi yang ke-3. Dia tidak memberitahu opsi ini, padahal opsi sudah dikatakan oleh ayahnya sendiri. Perhatikan apa yang pernah dikatakan Gideon dalam catatan Hakim-Hakim 8:22-23 bahwa: 

22. Kemudian berkatalah orang Israel kepada Gideon: “Biarlah engkau memerintah kami, baik engkau baik anakmu maupun cucumu, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami dari tangan orang Midian.”
23. Jawab Gideon kepada mereka: “Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi TUHAN yang memerintah kamu.”

Jelas opsi ketiganya adalah tidak seorang pun dari anak bahkan cucu dari Gideon yang akan memerintah atas bangsa Israel. Ini bukan tentang kerajaan keluarga tetapi tentang kerajaan Allah. Di sinilah kita menyaksikan bagaimana kelicikan Abimelekh dalam menyusun strategi untuk memuluskan rancangannya untuk menjadi raja. Dan hal ini justru menunjukkan natur dosa secara terang-terangan.

Paul David Tripp mengatakan:

“Dosa pada dasarnya adalah penyembahan berhala. Dosa menggantikan Tuhan sebagai Raja yang layak di hati kita dengan sesuatu atau seseorang yang lain. Dosa mencari kepuasan, tujuan, dan identitas di dalam ciptaan daripada Pencipta. Intinya, dosa bukan hanya tentang melanggar aturan, tetapi tentang hati yang mencintai sesuatu lebih dari Tuhan.”

Dan lebih jauh lagi bahwa Abimelekh bukan hanya mencari kepuasan, tujuan, identitas di dalam ciptaan, dia justru menunjukkan bahwa hanya dialah yang sanggup memberi kepuasan bagi umat Tuhan. Dia justru menunjukkan bahwa dirinya layak menjadi tumpuan dan tujuan dari umat Tuhan. Dan ini semakin memperjelas bagaimana dosa bukan hanya tentang perilaku yang bertentang dengan kebenaran firman Tuhan tetapi sikap hati yang memilih untuk mempercayai diri sendiri dan menjadikan diri sebagai pusat dari semesta

Dari sini kita perlu belajar bahwa natur dosa itu berbicara 3 hal. Pertama, self-focus yaitu “Saya adalah pusat dari segala sesuatu di dalam dunia ini”. Kedua, self-suffiency yaitu orang berdosa akan selalu merasa cukup dengan dirinya sendiri, “Saya tidak perlu bergantung pada siapa pun”. Ketiga, autonomy yaitu kita merasa melakukan yang diinginkan diri kita sendiri, “Saya berhak melakukan apa pun yang saya inginkan”. Dan ini terpampang jelas dari karakter Abimelekh. Perhatikan ayat selanjutnya.

Hakim-Hakim 9:4-6

4. Sesudah itu mereka memberikan kepadanya tujuh puluh uang perak dari kuil Baal-Berit, lalu Abimelekh memberi perak itu sebagai upah kepada petualang-petualang dan orang-orang nekat supaya mengikuti dia.
5. Ia pergi ke rumah ayahnya di Ofra, lalu membunuh saudara-saudaranya, anak-anak Yerubaal, tujuh puluh orang, di atas satu batu. Tetapi Yotam, anak bungsu Yerubaal tinggal hidup, karena ia menyembunyikan diri.
6. Kemudian berkumpullah seluruh warga kota Sikhem dan seluruh Bet-Milo; mereka pergi menobatkan Abimelekh menjadi raja dekat pohon tarbantin di tugu peringatan yang di Sikhem.

Bahkan sebelum dia dinobatkan sebagai raja, dia melakukan sebuah tindakan yang sangat keji, dia membunuh 70 anak dari Yerubaal (Gideon). Dia tidak membunuh 70 anak itu sekaligus, tetapi dia membantai satu persatu saudaranya itu di atas satu batu. Di atas satu batu, saudara Abimelekh dibantai satu persatu bersama dengan algojo-algojonya. Lalu mengapa dia membunuh saudaranya ini? Yaitu supaya tidak ada seorang pun yang bisa menyaingi dirinya. Dari setumpuk karakter yang kejam ini, narsistik, maka beberapa penafsir menyebut Abimelekh dengan sebutan the son from hell.

Penyebutan ini sebenarnya tidak terlalu berlebihan mengingat sebuah gambaran imajinatif di dalam ayat 8-15 yang disampaikan oleh anak bungsu Gideon yaitu Yotam yang lolos dari pembantaian massal dari Abimelekh dan algojo-algojonya.

Dimulai dari pohon Zaitun di mana para pepohonan mengatakan: “Marilah, jadilah raja atas kami! Tetapi jawab pohon Zaitun: masakan aku meninggalkan minyakku yang dipakai untuk menghormati Allah dan manusia dan pergi melayang di atas pohon-pohon?” (ay. 8). Lalu pepohonan meminta kepada pohon Ara dan mengatakan: “Marilah, jadilah raja atas kami! Tetapi jawab pohon Ara: masakan aku meninggalkan manisanku dan buah-buahku yang baik, dan pergi melayang di atas pohon-pohon?” (ay. 11). Untuk pohon yang ketiga adalah pohon Anggur dan para pepohonan mengatakan: “Marilah jadilah raja atas kami! Jawab pohon Anggur: masakan aku meninggalkan air buah Anggurku, yang menyukakan hati Allah dan manusia, dan pergi melayang diatas pohon-pohon? (ay.13)

Lalu, semak duri diminta untuk menjadi raja dan jawab semak duri: jika kamu sungguh-sungguh mau mengurapi aku menjadi raja atas kamu, datanglah berlindung di bawah naunganku; tetapi jika tidak, biarlah api keluar dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung Libanon (ay. 15). Lalu apa maksud dari gambaran ini?

Timothy Keller mengatakan:

“Jika kalian telah berlaku adil kepada keluarga Gideon dalam menjadikan Abimelekh sebagai raja (dan mari kita akui, kalian tidak, tetapi jika kalian melakukannya), maka semoga kalian menemukan berkat besar dalam pemerintahan raja Abimelekh. Tetapi jika kalian tidak (dan mari kita akui, kalian tidak), maka semoga kalian dan dia mendapatkan apa yang kalian semua layak dapatkan—kalian dibakar olehnya, dan ia dibakar oleh kalian.”

Kalau kita baca ayat 19-20 juga menyatakan hal yang sama. Disebutkan biarlah api keluar memakan habis kota Sikhem dan Bet–Milo demikian halnya juga biarlah kota Sikhem dan Bet–Milo menghabisi Abimelekh. Lalu jika kita membaca lebih detil dalam ayat 23-24 dikatakan bahwa ada evil spirit yang hinggap atas Abimelekh dan warga kota Sikhem sehingga keduanya saling menghabisi satu sama lain. Dari penjelasan ini, tidak terlalu berlebihan jika beberapa penafsir mengatakan Abimelekh adalah anak dari neraka.

Dale Ralph Davies menambahkan:

“Semak duri baik digunakan sebagai bahan bakar tetapi buruk sebagai raja; mereka lebih baik terbakar daripada memerintah. Anehnya, orang-orang memiliki kecenderungan untuk menerima kepemimpinan semak duri dan ini adalah sebuah fakta yang sangat membingungkan.”

Jadi, sungguh celaka dalam menobatkan Abimelekh menjadi raja. Ini hanyalah sebuah resep untuk mendatangkan bencana. Ibarat kita meminta seorang anak berusia 5 tahun mengemudikan mobil untuk trip perjalanan kita dari Surabaya ke Jakarta. Itu adalah resep sebuah bencana. Mari kita berhenti sejenak untuk memikirkan bagian ini. 

Mana yang menjadi prioritas Anda saat memilih pemimpin? Karunia atau Karakter? Tidak bermaksud bahwa salah untuk memilih mereka yang berbakat. Kita juga tidak ingin pemimpin pujian yang bernyanyi di nada G ketika musiknya di nada C. Juga kita tidak ingin pendeta yang ahli dalam membuat jemaatnya tertidur saat khotbah. Tetapi yang dimaksud adalah prioritas kita dalam memilih harus selalu berbicara lebih banyak tentang karakter daripada karunia. Mari perhatikan catatan dari Titus 1:7-9:

7. Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah,
8. melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri
9. dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya.

Dalam perikop di atas ada 14 indikator yang disampaikan sebagai kualifikasi dari seorang penilik jemaat. Pertanyaannya ada berapa banyak yang berbicara tentang karunia dan ada berapa banyak berbicara tentang karakter? 13 berbicara tentang karakter dan hanya 1 yang berbicara tentang karunia.

Artinya setiap pemimpin bisa mengecewakan kita. Kalau kita juga mau jujur dengan diri kita maka setiap kita pun bisa mengecewakan. Karena sesungguhnya kita tidak akan pernah menemukan pemimpin yang sempurna kecuali di dalam pribadi Yesus Kristus. Yang kita butuhkan bukanlah pemimpin yang tidak pernah mengecewakan, karena ini tidak akan ada selain Yesus. Tetapi yang kita butuhkan ialah mereka yang setia kepada Tuhan dan segera bertobat ketika mereka melakukan kesalahan. Dan hanya satu pemimpin yang sempurna yaitu Yesus Kristus. 

“Jangan memilih pemimpin yang dibutakan oleh ambisi, dan jangan biarkan ambisi membutakan Anda untuk meraih kepemimpinan.”

Mungkin beberapa dari kita bukan seorang pemimpin atau mungkin tidak pernah mau jadi pemimpin. Namun, perlu direnungkan dan kita tanyakan pada hati kita adalah:

“Ambisi hati kita seringkali menunjukkan siapa yang menjadi ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’ kita yang sebenarnya.”

Apa yang selama ini menjadi fokus utama dalam hidup kita? Apakah itu uang, kekuasaan, prestasi, pengakuan yang di mana kita terus berusaha mengejarnya dan kita merasa bahwa dengan mendapatkan hal-hal tersebut, kita menjadi puas dan bahagia. Di sinilah kita perlu sama-sama terus mengecek hati kita. Apakah kita dibutakan oleh keinginan duniawi yang menjauhkan kita dari Tuhan atau apakah ambisi kita mencerminkan kasih, pelayanan dan kerinduan untuk melakukan kehendak-Nya?

           2. PENGHAKIMAN YANG TIDAK TERLIHAT

Hakim-Hakim 9:22-25

22. Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel,
23. maka Allah membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada Abimelekh,
24. supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh anak Yerubaal dibalaskan dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara mereka yang telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang membantu dia membunuh saudara-saudaranya itu.
25. Sebab warga kota Sikhem itu menempatkan orang untuk menghadang dia di puncak gunung dan merampas setiap orang yang melewati mereka melalui jalan itu. Hal itu dikabarkan kepada Abimelekh.

Sesudah 3 tahun Abimelekh memerintah atas Israel, tampaknya penduduk Sikhem mulai bosan dengan kepemimpinannya. Entah apa alasannya sehingga warga Sikhem yang tadinya pro dengan Abimelekh tiba-tiba berbalik. Sikhem mulai tidak stabil, baik secara ekonomi maupun keamanan. Mereka mulai menghadang orang-orang dan merampas barang-barang orang yang melewati kota mereka. Dan tentunya ini pasti berpengaruh pada kepemimpinan serta reputasi Abimelekh sebagai raja yang seharusnya menjaga stabilitas itu. 

Lalu singkat cerita, muncullah tokoh baru yang bernama Gaal. Ibarat sebuah adegan dalam sebuah film, tiba-tiba ada seorang jagoan baru muncul yang bisa menjadi andalan baru.

Hakim-Hakim 9:26-27

26. Sementara itu Gaal bin Ebed beserta saudara-saudaranya telah datang dan pindah ke kota Sikhem. Warga kota Sikhem percaya kepadanya,
27. jadi pergilah mereka ke ladang; mereka mengumpulkan hasil kebun anggur mereka, dan mengirik memerasnya, lalu mengadakan perayaan. Mereka masuk ke kuil allah mereka dan makan minum sambil mengutuki Abimelekh.

Jika nama Abimelekh berarti ayahku adalah raja, maka sangat kontras dengan Gaal bin Ebed. Dalam bahasa Ibrani artinya “anak bukan siapa-siapa”. Mereka pindah ke Sikhem dan mulai mengambil hati penduduk kota itu. Singkat cerita Gaal mulai menghasut orang Sikhem. Seolah-olah Gaal bin Ebed ingin berkata: “kalau saya yang memerintah kalian, Abimelekh itu kecil. Tentara dan para algojo bayarannya pasti kutumpas habis.”

Sekali lagi di sini kita melihat gambaran pemimpin yang jauh dari kualitas pemimpin dengan karakter yang rendah hati. Gaal bin ebed terlihat sangat sombong. Alhasil, orang-orang Sikhem mulai terpukau dan senang dengan Gaal lalu sekarang berganti dan memihak Gaal bin Ebed. Namun muncul tokoh yang lain.

Hakim-Hakim 9:30-31

30. Ketika Zebul, penguasa kota itu mendengar perkataan Gaal bin Ebed, bangkitlah amarahnya.
31. Ia mengirim utusan kepada Abimelekh di Aruma dengan pesan: “Gaal bin Ebed dan saudara-saudaranya telah datang ke Sikhem dan ketahuilah mereka menghasut kota itu melawan engkau.”

Seorang yang bernama Zebul, salah satu petinggi kota Sikhem. Zebul ini nampaknya loyal kepada Abimelekh tetapi juga orang yang bisa menggunakan topeng kesetiaan kepada Gaal. Ternyata ada pengkhianat. Cerita ini benar-benar gelap. 3 tokoh yang disoroti benar-benar semuanya memiliki tingkat kecacatannya masing-masing. Abimelekh yang ambisius, Gaal yang sombong, dan Zebul yang tidak bisa dipercaya. Lalu, akhirnya berita kesombongan Gaal sampai di telinga Abimelekh dan Abimelekh menjadi sangat marah. Lalu, pertempuran terjadi sampai-sampai pasukan Gaal terpukul dan Gaal pun pergi dari Sikhem dengan kekalahan. 

Hakim-Hakim 9:42-45

42. Keesokan harinya orang-orang kota itu pergi ke ladang. Setelah hal ini dikabarkan kepada Abimelekh,
43. dibawanyalah rakyatnya, dibaginya dalam tiga pasukan, lalu mereka mengadakan penghadangan di padang. Ketika dilihatnya, bahwa orang-orang kota itu keluar dari dalam kota, bangunlah ia menyerang mereka serta menewaskan mereka.
44. Abimelekh dan pasukan yang bersama-sama dengan dia menyerbu dan menduduki pintu gerbang kota, sedang kedua pasukan lain itu menyerbu dan menewaskan semua orang yang ada di padang.
45. Sehari-harian itu Abimelekh berperang melawan kota itu; ia merebut kota itu dan membunuh orang-orang yang di dalamnya; kemudian dirobohkannya kota itu dan ditaburinya dengan garam.

Setelah hari itu berlalu, Abimelekh tampaknya telah menang. Orang-orang Sikhem berpikir bahwa semua drama ini telah selesai, tetapi nampaknya itu keliru. Dendam kesumat dan amarah Abimelekh ternyata masih menyala terhadap warga kota Sikhem. Ketika mereka sedang pergi ke ladang untuk bekerja, mereka kemudian dihabisi oleh Abimelekh dan pasukannya. 

Tidak berhenti di sana, orang-orang yang ada di dalam tembok kota yang mendengar berita ini segera masuk ke dalam liang di bawah kuil El Berit. Abimelekh yang melihat warga bersembunyi di dalam liang menara Sikhem kemudian membakar habis mereka dengan cara memotong dahan-dahan kayu dan meletakkan dahan-dahan itu di atas liang dan membakar liang itu. Dicatat sekitar seribu orang laki-laki dan perempuan yang mati pada waktu itu. Sikhem adalah kota asal Abimelekh, tetapi Abimelekh menghancurkan kotanya sendiri. Tetapi apakah amarah Abimelekh menjadi padam setelah membumihanguskan kota asalnya?

Hakim-Hakim 9:50-52

50. Selanjutnya Abimelekh pergi ke Tebes; ia mengepung Tebes, lalu merebutnya.
51. Tetapi ada sebuah menara yang kuat di tengah-tengah kota, dan semua laki-laki dan perempuan, seluruh warga kota itu, melarikan diri ke situ; mereka menutup pintu di belakangnya dan naik ke atas sotoh menara itu.
52. Lalu sampailah Abimelekh ke menara itu, menyerangnya, dan dapat menerobos sampai ke pintu menara itu untuk membakarnya.

Tidak dicatat alasan mengapa Abimelekh murka terhadap kota Tebes. Yang tertulis jelas Abimelekh menyerang Tebes dan tampaknya sejarah terulang kembali seperti Sikhem. Tetapi apa yang terjadi?

Hakim-Hakim 9:53-55

53. Tetapi seorang perempuan menimpakan sebuah batu kilangan kepada kepala Abimelekh dan memecahkan batu kepalanya.
54. Dengan segera dipanggilnya bujang pembawa senjatanya dan berkata kepadanya: “Hunuslah pedangmu dan bunuhlah aku, supaya jangan orang berkata tentang aku: Seorang perempuan membunuh dia.” Lalu bujangnya itu menikam dia, sehingga mati.
55. Setelah dilihat oleh orang Israel, bahwa Abimelekh telah mati, pergilah mereka, masing-masing ke tempat kediamannya.

Abimelekh mungkin berpikir akan berhasil membantai orang-orang di Tebes justru tiba-tiba ada sebuah adegan yang sedikit berbeda. Adegan ini seperti de javu yang mengingatkan kita akan tragedi kematian Sisera di tangan seorang ibu rumah tangga yang bernama Yael. Abimelekh kemudian tertimpa sebuah batu kilangan oleh seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya, yang membuat kepalanya pecah. Ternyata Abimelekh belum mati, dia hanya setengah mati. Dia segera memerintahkan bujangnya untuk membunuh dia agar tidak harus menanggung malu dibunuh oleh seorang perempuan. Demikianlah Abimelekh mati.

Sungguh ini sebuah cerita yang menyenangkan bukan? Penjahat utamanya sudah mati dan negeri menjadi tentram kembali. Tetapi jika kita tidak berhati-hati dalam membaca kisah ini, maka kita bisa bertanya: Apakah Tuhan absen dalam kesulitan umat-Nya?

Senada dengan asumsi ini, kalau mau jujur kita sebagai orang percaya juga bisa merasa bahwa seringkali Tuhan tidak hadir dalam situasi yang sulit dalam kehidupan kita. Tapi di sinilah kita perlu dengan teliti melihat kembali apa yang Alkitab nyatakan.

Hakim-Hakim 9:56-57

56. Demikianlah Allah membalaskan kejahatan yang dilakukan oleh Abimelekh kepada ayahnya, yaitu pembunuhan atas ketujuh puluh saudaranya;
57. juga segala kejahatan orang-orang Sikhem ditimpakan kembali oleh Allah kepada kepala mereka sendiri. Demikianlah kutuk Yotam bin Yerubaal mengenai mereka.

Hakim-Hakim 9:23-24

23. maka Allah membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada Abimelekh,
24. supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh anak Yerubaal dibalaskan dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara mereka yang telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang membantu dia membunuh saudara-saudaranya itu.

Allahlah yang membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota Sikhem. Dalam ayat ini penulis kitab Hakim-Hakim menunjukkan kepada kita sekilas apa yang Tuhan lakukan. Tuhan tidak absen. Dia sepenuhnya mengendalikan segala sesuatu yang terjadi di dalam cerita umat-Nya.

 “Hanya karena Tuhan tidak terlihat, bukan berarti dia tidak aktif terlibat.”

Justru dalam kisah Abimelekh, penghakiman Allah terlihat sangat jelas. Cara kerja Allah sangat tenang dan bertahap dalam cerita ini. Timothy Keller mengatakan:

“Tuhan mungkin telah diam, tetapi Ia tidak absen. Dalam apa yang tampak sebagai jalur alami peristiwa, Ia bertindak dalam penghakiman. Tidak ada petir dari surga, tetapi ada keadilan.”

Sebagaimana yang kita saksikan, Abimelekh menghancurkan Sikhem dan orang-orang Sikhem menghancurkan Abimelekh dengan bantuan orang Tebes, kita mendapati bahwa sesungguhnya kejahatan akan saling menghancurkan. Allah seringkali menghakimi dengan cara ini. Orang jahat menghancurkan orang jahat lainnya. Dari sini juga kita mendapati sebuah kebenaran yang penting bahwa tidak ada persekutuan dalam kejahatan. Kejahatan tidak memiliki kekuatan untuk bertahan karena pada akhirnya akan saling menghancurkan satu sama lain. 

Kisah ini mirip seperti kisah Haman dalam catatan kitab Ester yang mengalami kematian dengan cara yang dia persiapkan untuk umat Tuhan. Dalam bahasa puisi ini adalah cerita tentang senjata makan tuan. Tetapi jangan salah kaprah, jangan berpikir bahwa Tuhan yang menciptakan kejahatan.

“Tuhan memang menggunakan kejahatan untuk menghancurkan kejahatan. Tetapi, Dia bukanlah penulis kejahatan dan tidak akan membiarkan kejahatan menjadi kata terakhir dalam sejarah umat-Nya serta mengacaukan dunia yang diciptakan-Nya.”

Tuhan tidak membiarkan Abimelekh menjadi kata terakhir dalam kehidupan umat Tuhan. Ini adalah sebuah kabar baik bagi kita di tengah dunia yang penuh dengan kejahatan. Sekalipun kejahatan tampak merajalela dan tak terkendali, tetapi Alkitab menyaksikan bahwa Allah tidak akan membiarkan dunia ini habis karena kejahatan.

          3. KEBAIKAN TUHAN YANG NYATA DALAM KEKACAUAN

Hakim-Hakim 10:1-5

1. Sesudah Abimelekh, bangkitlah Tola bin Pua bin Dodo, seorang Isakhar, untuk menyelamatkan orang Israel. Ia diam di Samir, di pegunungan Efraim
2. dan ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh tiga tahun lamanya; kemudian matilah ia, lalu dikuburkan di Samir.
3. Sesudah dia, bangkitlah Yair, orang Gilead, yang memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh dua tahun lamanya.
4. Ia mempunyai tiga puluh anak laki-laki, yang mengendarai tiga puluh ekor keledai jantan, dan mereka mempunyai tiga puluh kota, yang sampai sekarang disebutkan orang Hawot-Yair, di tanah Gilead.
5. Lalu matilah Yair dan dikuburkan di Kamon.

Perhatikan frasa “Sesudah Abimelekh”. Dijelaskan bahwa setelah Abimelekh maka muncul 2 hakim yakni Tola dan Yair. Tola dikatakan menyelamatkan orang Israel. Setelah Tola, bangkitlah seorang hakim bernama Yair yang memerintah atas orang Israel selama 22 tahun lamanya.

Agak sedikit keanehan untuk hal ini. Mengapa? Karena bangsa Israel pada waktu itu tidak sedang dalam penindasan bangsa lain. Jadi, dari siapa Tola menyelamatkan bangsa Israel? Tola bukan hanya menyelamatkan bangsa Israel dari Abimelekh tetapi dari diri mereka sendiri. Dan yang menyelamatkan bangsa Israel sebenarnya bukan Tola ataupun Yair tetapi Tuhanlah yang membangkitkan Tola dan Yair sehingga bangsa Israel mengalami kedamaian 45 tahun.

“Tuhan menyelamatkan bangsa Israel dari diri mereka sendiri, melalui para hakim yang dibangkitkan-Nya.”

Gospel Connection:

Tahukah apa masalah terbesar kita?

“Masalah terbesar kita bukanlah berasal dari luar diri kita, melainkan dosa yang ada di dalam diri kita sendiri.”

Kita sering berpikir bahwa masalah terbesar kita adalah hubungan yang rusak, masalah keuangan, atau bisnis yang tidak berhasil, dan yang kita inginkan adalah Tuhan membebaskan kita dari semua itu serta memulihkan keadaan kita. Tetapi, tahukah kita bahwa seringkali Tuhan tidak mengubah keadaan luar karena dia lebih tertarik terlebih dahulu mengubah apa yang ada di dalam kita, yaitu hati kita. Mungkin inilah yang menjadi cara Tuhan di mana Tuhan mungkin mengizinkan kita mengalami kegagalan, keterpurukan, kesakitan, kelemahan, bahkan mengalami kejahatan untuk membawa kita kembali kepada diri-Nya.

“Kita tidak hanya membutuhkan Juruselamat untuk memperbaiki keadaan kita. Kita membutuhkan Juruselamat untuk memperbaiki kita.”

Tetapi jangan buru-buru dan kita salah mengerti bahwa Tuhan itu jahat. Tidak. Ketika Tuhan mengizinkan itu terjadi, Dia tidak menimpakan itu dari hati-Nya. Waktu Tuhan mengizinkan adanya keterpurukan, penderitaan, kejahatan, bahkan kematian, Dia tidak menimpakan itu dari hati-Nya. Tahukah apa yang ada di dalam hati Tuhan ketika kita mengalami semua itu? 

Ratapan 3:31-33 (BIMK)

31. Sebab, TUHAN tidak akan menolak kita untuk selama-lamanya. 
32. Setelah Ia memberikan penderitaan, Ia pun berbelaskasihan, karena Ia tetap mengasihi kita dengan kasih yang tak ada batasnya. 
33. Ia tidak dengan rela hati membiarkan kita menderita dan sedih. 

Dia adalah Tuhan yang penuh dengan belas kasihan dan limpah dengan kasih setia bagi kita umat-Nya. Dan untuk membebaskan kita dari musuh yang ada di dalam diri kita yaitu dosa, Dia memberikan Hakim yang sempurna, Juruselamat yang penuh kasih dan Raja yang adil yaitu Yesus Kristus. Jika kita melihat ada perbedaan yang sangat kontras dalam kisah Abimelekh hari ini, Yesus adalah kebalikan total dari Abimelekh. 

Abimelekh dapat disebut anak dari neraka sedangkan Yesus adalah Anak Allah dari surga. Abimelekh menyusun rencana jadi raja sedangkan Yesus justru Raja segala raja yang rela meninggalkan takhta-Nya. Abimelekh hanya tertarik melayani dirinya sendiri sedangkan Yesus datang untuk melayani orang lain. Abimelekh membunuh saudara-saudaranya sedangkan Yesus mengorbankan diri-Nya untuk saudara-saudara-Nya. Abimelekh terobsesi dengan kemarahan untuk balas dendam sedangkan Yesus mengalami murka dan keadilan Allah.

Di salib, Yesus mengalami murka dan keadilan Allah. Ia menerima hukuman atas kejahatan yang tidak diperbuat-Nya. Ditolak dan ditinggalkan atas hidup-Nya yang sempurna dan berkenan. Ia juga menanggung rasa sakit bahkan sampai mati. Agar kita yang berdosa dapat menerima pengampunan, agar kita yang mengalami kematian menerima kehidupan kekal, agar kita yang tertolak diterima sebagai anak-anak Allah, agar kita yang menderita memiliki pengharapan abadi, dan agar kita yang berduka menerima penghiburan terbesar.

Ketika kita mengalami kebaikan Tuhan yang tidak pantas kita terima melalui Yesus Kristus, hati kita dibebaskan dari perbudakan dosa dan digantikan dengan hati yang baru untuk hidup bagi kemuliaan-Nya.

Pertanyaan Reflektif:

  • Apakah selama ini kita sering dibutakan oleh ambisi diri untuk membangun kerajaan diri kita? Atau justru kita semakin rindu melayani serta memberi diri bagi pekerjaan Kerajaan Allah?
  • Bagaimana selama ini kita memandang persoalan penderitaan dan kejahatan? Apakah kita cenderung menyalahkan Tuhan atau justru mengingatkan diri akan kebaikan-Nya yang tidak pernah meninggalkan kita?
  • Jika kita sudah menjadi manusia baru melalui kelahiran baru, lalu mengapa seringkali manusia lama kita masih mendominasi? Dosa apa yang masih mengikat hati Anda dan membutuhkan kasih karunia Tuhan untuk membebaskan Anda?

Gospel Response:

  • Bertobat dari ambisi diri yang membuat kita melupakan Tuhan serta mengandalkan kekuatan diri sendiri
  • Pandanglah selalu pada salib Kristus dan ingatlah akan kasih karunia serta kesetiaan-Nya yang tidak pernah berkesudahan dalam hidup kita.

Orang Berinjil: 

  • Tidak mencari posisi bagi dirinya sendiri melainkan rindu untuk melayani orang lain sebagaimana Kristus telah memberi diri dan melayani terlebih dahulu
  • Sadar akan kehadiran Tuhan dan percaya bahwa kasih setianya kekal selamanya sekalipun hidup tidak selalu berjalan dengan mulus
  • Mudah bertobat dari kecenderungan dosa dan dimampukan untuk hidup seturut kehendak Tuhan di dalam segala perkara