Melepas Pengampunan, Menata Masa Depan

Kejadian 50:20.

Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar

 

 

Ketika kita berkendaraan di jalan raya maka sekalipun kita sangat berhati-hati dalam mengendarainya namun masih juga terjadi dimana orang lain menyerempet atau menabrak mobil kita sehingga mengalami kerusakan. Sama dengan mobil yang digunakan, demikian pula dalam kita berelasi dengan orang lain maka hati kita dapat terlukai dan mayoritas luka itu bahkan datang dari orang yang terdekat.

 

Dalam Alkitab juga penuh dengan kenyataan ini  yaitu di Hakim-Hakim ada tokoh yang bernama Yefta yang tersakiti oleh orang yang terdekat dalam hidupnya sehingga dia memberontak dan menjadi perampok yang menghancurkan bangsanya. Yesuspun ketika Dia terluka dan terkianati maka yang melakukannya adalah salah satu orang terdekatNya. Jadi orang yang terdekat dengan kita adalah dalam posisi yang terbaik untuk mencintai dan sekaligus melukai kita. Dan begitu luka itu ada dari orang terdekat pasti sangat dalam dan sangat mempengaruhi hidup kita dan cara kita berelasi. Dan secara manusiawi ketika ada kesempatan untuk membalas maka kita akan membalasnya karena kita merasa sudah cukup kuat untuk melukai orang yang pernah melukai kita itu.

 

Namun dalam Alkitab ada seorang yang bernama Yusuf dimana Ia ditolak dan bahkan dibuang oleh saudara kandungnya sendiri. Namun dalam momen krusial dalam hidupnya  yaitu berada dalam posisi pemimpin dan mempunyai kuasa di mana ia bisa melakukan pembalasan, Yusuf justru mengatakan kalimat ini,” Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar (Kejadian 50:20). Tidak ada dendam dalam diri Yusuf tetapi ada pengampunan yang kemudian dikatakan sekalipun sebenarnya tidak mudah menerima apa yang dilakukan oleh saudara-saudaranya.

 

BAGAIMANA KITA BISA MELEPASKAN PENGAMPUNAN,  MENATA MASA DEPAN?

 

1. Kita Harus Melihat Luka Itu Dalam Perspektif Kedaulatan Tuhan.

 

Selama 13 tahun Yusuf terluka dan mengalami penderitaan tetapi mengapa pengampunan itu bisa keluar dari bibirnya? Kalau kita perhatikan pada kalimat yang dipakai Yusuf untuk pengampunanya terhadap saudara-saudaranya  yaitu “memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku,” maka ini adalah suatu penegasan bahwa sudah terjadi hal yang tidak menyenangkan  di masa lalu dan merekalah yang menjadi penyebabnya. Jadi pengampunan itu bisa mungkin terjadi  yaitu ketika kita pertamakali mengakui secara terbuka bahwa kita terluka. Memang sangat sulit bagi kita yang tinggal dalam kultur timur untuk mengakui dan mengungkapkan secara terbuka luka kita apalagi yang disebabkan oleh orang terdekat kita namun kalau kita tidak mengakuinya maka luka itu  kita sulit mengalami kesembuhan.

 

Tetapi Yusuf tidak berhenti sampai disitu dan setelah mengakui bahwa dia terluka dan yang menjadi penyebab adalah saudara-saudaranya lalu dia menarik pandangannya ke atas  dan berkata “tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan,”. Jadi pengampunan itu baru mungkin dan masuk akal ketika kita menaruhnya dalam sebuah bingkai yang disebut kedaulatan Tuhan yaitu Dia bisa memakai peristiwa yang paling buruk dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan. Dan kebaikan yang dimaksud adalah supaya kita bisa semakin serupa dengan Kristus (Roma 8: 28-29).

 

2. Kita Harus Melihat Orang-Orang Penyebab Luka Itu Dalam Perspektif Kasih Karunia.

 

Yesus mengajarkan perumpaan tentang mengampuni, setelah muncul pertanyaan berapa kali saya harus mengampuni orang yang bersalah?  Jawaban Yesus: Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali (Matius 18:22). Kemudian Yesus memberikan perumpamaan tentang orang yang berhutang 10 ribu talenta.

 

Melalui perumpamaan ini maka Yesus ingin berbicara tentang bagaimana seseorang yang sudah diampuni dengan sebuah hutang yang nilainya sangat besar tetapi tidak bisa mengampuni yang punya hutang hanya sedikit.  Lalu  Yesus  menegaskan dengan berkata “Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (Matius 8:35). Ini berarti Yesus menarik kemampuan dan kemauan untuk mengampuni itu berasal dari  pengalaman diampuni, dari pengalaman merasakan anugerah dan dari pengalaman berjumpa dengan salib Kristus dan darahNya yang mengalir disitu yang artinya hutang kita itu begitu banyaknya. Dan mereka yang melukai kita berhutang kepada kita tetapi tidak akan sebesar hutang kita untuk anugerah yang telah kita terima. Yesus ingin mengajarkan kepada kita bahwa pengampunan itu mungkin berarti meneruskan kasih karunia yang telah kita terima.

 

Ini juga mengajarkan kepada kita supaya kita bisa melihat orang yang melukai kita dari kacamata kasih karunia seperti Yesus yang melihat orang-orang yang menganiaya Dia di atas kayu salib dari kacamata kasih karunia sehingga Dia dapat berkata “ Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat “ Yesus tahu bahwa orang-orang yang menyakiti Dia adalah orang-orang yang membutuhkan kasih karunia dan diatas kayu salib itu maka kasih yang paling agung dinyatakan. Darah tercurah dan tubuh terpecah untuk mengatakan bahwa hidup kita berharga di depan salib Kristus.

 

 

 

Jadi pengampunan itu menjadi mungkin ketika kita mengakui luka yang ada dan melihatnya dari perspektif kedaulatan Tuhan dimana melalui hal ini Tuhan bekerja untuk mendatangkan kebaikan dan membentuk karakter hidup kita. Dan melalui peristiwa yang menyakitkan kita ini maka kita yang sudah menerima anugerah yang besar dimana dibebaskan dari hukuman dosa sekarang diminta untuk menyalurkan itu bagi orang yang melukai kita, sehingga di dunia yang merindukan kasih karunia maka pengampunan kita membuat kasih karunia itu menjadi nyata. Kadang bukan kotbah yang mengubah hidup seseorang tetapi kehidupan yang menyatakan kasih karunia itu. Ini adalah hal yang sangat sulit bagi dunia namun orang yang sudah mengalami kasih karunia akan sanggup mengalirkan kasih karunia kepada orang yang lain.

 

Ketika kita melepaskan pengampunan sesungguhnya kita telah melepaskan beban dimasa lalu sehingga kita bisa menghadapi masa depan dengan lebih perkasa sebab tidak ada masa depan tanpa pengampunan.