Gospel Fluency

GOSPEL IN LIFE Week 2 "Gospel Fluency" 

Ps. Dave Hatoguan

 

Pembacaan : Filipi 1:27-30

Mungkin sebagian besar dari kita sudah mengerti tentang makna Injil. Tetapi kita tidak bisa hanya berhenti mengerti definisi atau makna tentang Injil saja, artinya Injil masih bersifat pasif, tetapi perlu supaya hidup kita berpadanan dengan Injil. Kita perlu untuk terus belajar menghidupinya (aktif) dan perlu untuk terus berlatih hingga fasih, sehingga hidup kita makin hari makin berpadanan (fluent) dengan Injil Yesus Kristus.

Tentunya ini bukanlah hal yang mudah, kita memerlukan Anugerah-Nya untuk memampukan kita, karena kita pasti akan mengalami banyak tantangan dan penderitaan. Baik itu dari dalam diri kita sendiri, atau hal-hal yang terjadi diluar kendali kita. Dan dapat dipastikan kita pasti gagal jika menggunakan kekuatan kita sendiri. Dan melalui suratnya kepada jemat di Filipi maka Rasul Paulus mendorong kita untuk tidak hanya pasif atau aktif, tetapi fluent. Bagaimana supaya kita dapat fasih dalam Injil?

          1. HIDUP BERPADANAN INJIL OLEH ANUGERAH ALLAH MELALUI DUKUNGAN KOMUNITAS ROHANI

Filipi 1:27

Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar,

bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil.

Teks Firman Tuhan yang telah kita baca tadi adalah surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, surat ini ditulis oleh Rasul Paulus pada saat ia berada di dalam penjara. Bukan hanya itu, Paulus juga tidak tahu secara persis bagaimana akhir dari perkaranya, entah ia akan dihukum mati atau dibebaskan. Di tengah situasi yang serba tidak menentu yang dialaminya, Rasul Paulus memberi nasihat kepada jemaat Filipi untuk hidup berpadanan dengan Injil. Tentunya nasihat yang diberikan di dalam situasi semacam ini jelas tidak boleh disepelekan, apalagi ayat bacaan kita merupakan bagian pertama dari serangkaian nasihat.

Sesuai teks Yunani, bagian ini merupakan inti dari ayat 27 Paulus menasihatkan jemaat di Filipi untuk “hidup berpadanan dengan Injil Kristus” Kata kerja “hidup” (politeuomai) dalam konteks ini kemungkinan besar menyiratkan gaya hidup sebagai seorang warga negara surga. Teks ini berkaitan dengan Filipi 3:20 Filipi 3:20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, Paulus menggunakan kata benda politeuma dalam kaitan dengan status jemaat Filipi sebagai warga negara surga. Sama seperti setiap penduduk suatu negara memiliki gaya hidup tertentu, demikian pula dengan warga surga. Gaya hidup yang dimaksud adalah “berpadanan dengan Injil”. Secara hurufiah bagian ini bisa diterjemahkan “layak bagi Injil”. Karena kemuliaan salib semestinya diwujudkan dalam kehidupan yang mulia pula. Jangan sampai kehidupan yang sudah diselamatkan oleh Injil ternyata justru diisi dengan perilaku yang bertabrakan dengan Injil. Injil harus menjadi gaya hidup orang percaya, perilaku yang menghidupi Injil harus muncul secara konsisten. Bukan sekadar pencitraan, tetapi sudah menjadi kebiasaan.

Akan tetapi masalah yang seringkali terjadi pada kehidupan orang Kristen, banyak orang Kristen terjebak dalam perasaan, merasa sudah cukup fluent atau fasih dalam menghidupi Injil, ada beberapa tantangan yang sering dihadapi oleh orang percaya yaitu :

 

         a.      Sudah Merasa Cukup Tahu Tentang Injil -

Ini berbahaya karena, oleh karena itu Rasul Paulus dia juga menulis surat dalam Efesus 3:18-19 yang membuktikan pengertian tentang Injil itu begitu luas dalam dan tak mudah untuk diselami

Efesus 3:18-19

Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.

          b.    Merasa Superior Atau Paling Benar

Jika kita bangga dengan apa yang telah kita ketahui artinya kita masih beragama. Tim Keller mengatakan “ agama membuat kita bermegah atas apa yang kita perbuat, Injil membuat bermegah apa yang Yesus telah selesaikan .”

          c.     Merasa Tidak Butuh Komunitas Rohani

Ada orang yang merasa bisa berjalan sendiri. Ini juga sebuah sikap yang salah.

Ada 2 tension yang perlu diwaspadai

·       Ada yang suka berbicara Injil tetapi tidak mau punya komunitas rohani

·       Ada yang suka berkumpul bersama komunitas rohani tapi tidak membahas Injil 

Filipi 1:27

Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil

Kesatuan memang bisa terlihat di berbagai konteks, tetapi di ayat 27b-28a Paulus memfokuskan pada satu hal: kesatuan dalam perjuangan demi Injil, sehati sejiwa berjuang demi iman yang muncul dari Injil (ayat 27c). Jadi untuk menjadi fluent kita butuh sparing partner dan sering exercise. Kita tidak bisa merasa bahwa diri kita cukup tahu dan merasa paling benar. Kekristenan adalah iman pribadi tetapi proyek komunitas. Tuhan tidak pernah mendesign umatnya untuk berjalan sendirian, Rasul Paulus memberikan satu penekanan di bagian ini, yaitu “berdiri teguh dalam satu roh” (stēkete en heni pneumati). Terjemahan LAI sangat tepat di sini. Kata stēkō bukan hanya asal berdiri, tetapi berdiri dengan teguh atau kuat, tetapi bukan hanya keteguhan yang mendapat penekanan di sini, tetapi juga kesatuan. Ide tentang kesatuan muncul dua kali di ayat 27 (“satu roh” dan “sehati sejiwa”) karena melalui komunitas orang percaya justru anugerah Tuhan dinyatakan.

          2. HIDUP YANG BERPADANAN INJIL OLEH ANUGERAH ALLAH MESKI HARUS MENGALAMI PENDERITAAN

Filipi 1:29

Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,

Dalam teks ini maka Paulus mengingatkan jemaat di Filipi bahwa dalam menjadi orang Kristen tidak hanya percaya kepada Yesus Kristus, tetapi juga harus siap sedia menanggung penderitaan karena iman. Paulus menuliskan perkataan ayat 29-30 bukan hanya sekedar menuliskan begitu saja, tetapi menuliskan sesuai dengan apa yang telah ia hadapi dan alami ketika menjadi orang yang percaya kepada Kristus.

Kata 'dikaruniakan' sesungguhnya menunjukkan bahwa Allah aktif dan secara sempurna memberikan iman kepada kita melalui karya Kristus dan Dia memberikan kesiapan untuk menghadapi penderitaan yang kita alami ketika berjuang menghidupi Injil Dengan demikian orang percaya dimampukan Tuhan untuk menghadapi penderitaan.

Kata ‘menderita’ menunjuk kepada penderitaan yang benar-benar dialami dan memiliki tingkat yang bisa mendatangkan kematian. Paulus dalam menulis surat Filipi juga sedang mengalami penderitaan kita tahu bahwa ia juga sedang ada di dalam penjara Konteks Kini : Tetapi fakta yang terjadi masih banyak orang percaya seringkali suka berpikir untuk bebas dari penderitaan. Tetapi sebagai orang percaya perlu menyadari bahwa penderitaan itu adalah sebuah kasih karunia. Hal ini tentunya berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan moral pada umumnya.

Kita bisa melihat bahwa ada beberapa reaksi seseorang menghadapi pergumulan, ada yang ketika mengalami penderitaan dia depresi, ada yang menipu atau memanipulasi supaya tidak mengalami kerugian, bahkan ada yang marah kepada Tuhan.  Tetapi ada juga juga yang meresponinya dengan benar dan mengambil respon ini bukan berarti dia tidak  mengalami stress, tetapi orang tersebut memiliki kepekaaan untuk menyadari bahwa Tuhan berdaulat dalam hidupnya. Dan yang berusaha memanipulasi ini bukan berarti dia tidak berpikir melakukan jalan pintas, tetapi  dia akhirnya juga menyadari “buat apa aku melakukan ini”? bukankah Allah yang memelihara hidupku, dan yang marah mungkin bisa marah namun tidak lama kemudian pasti segera bertobat karena menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan itu baik.

Pergumulan dan penderitaan adalah sarana untuk membuat kita fasih menghidupi Injil.  Tuhan itu mengijinkan penderitaan itu terjadi dalam kehidupan kita, supaya kita dapat semakin fasih menghidupi Injil. Kefasihan kita menghidupi Injil justru diuji ketika mengalami pergumulan dan penderitaan yang dialami, reaksi natural kita dapat terlihat saat kita mengalami hal itu.  Sebagai Ilustrasi : Gelas yang diisi dengan kopi ketika mengalami guncangan maka isi yang keluar dari gelas tersebut adalah kopi, tidak mungkin gelas berisi kopi itu ketika diguncang yang keluar itu fanta merah apalagi es campur. Demikian pula hidup orang percaya yaitu ketika dia mengisinya dengan Firman, maka ketika mengalami guncangan kehidupan maka yang keluar dalam hati dan pikirannya adalah perkataan Firman Tuhan. Jika kita hanya mengisinya dengan “bagaimana supaya aku bisa untung atau supaya bisa lebih kaya atau supaya aku makin populer” dll.. Bukannya tidak boleh kita berpikir seperti itu, tetapi jika kita hanya berpikir tentang hal itu maka kita sedang memiliki fokus yang salah karena kita berpijak pada pondasi yang rapuh.

Paulus juga mengalami hal yang sama, ia menderita bahkan sampai di penjarakan karena memberitakan kebenaran tentang Yesus adalah Mesias yang digenapi dalam Perjanjian Lama. Maka hendaknya jemaat Filipi juga menyadari, karena iman kepada Yesus Kristus akan membawa mereka kepada penderitaan.

Jadi hidup berpadanan dengan Injil Kristus itu diwujudkan dalam menderita bagi Kristus, Meskipun dalam sebuah perjalanan iman akan hadir penderitaan, tetapi penderitaan tersebut jangan dinilai berdasarkan kerugian pribadi. Tetapi penderitaan tersebut adalah sarana bagi orang percaya untuk semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Injil dan membuat orang percaya fasih dalam Injil. Dan seringkali penderitaan justru membuat kita fasih dalam hidup berpadanan dengan Injil. Dari penderitaan, kita juga dapat belajar untuk berserah kepada Kristus, mengalami kasih Kristus dan menjadi serupa seperti Kristus.

Tapi bagaimanakah hal itu dapat terjadi, karena reaksi natural manusia lama seringkali masih muncul ketika kita menghadapi tantangan? Kesimpulan yang perlu kita lakukan agar fluent menghidupi Injil

1). Membaca Firman – Rankin Wilbourne mengatakan “ saya tidak pernah bertemu dengan seseorang Kristen yang dewasa dalam iman yang tidak mempunyai disiplin dalam membaca firman.”

2). Merenungkan Injil (bukan mengosongkan pikiran, tetapi mengisi pikiran kita dengan Firman Tuhan) - “Reading without meditation is unfruitful; meditation without reading is dangerous.” - membaca tanpa merenungkan firman itu tidak berdampak, merenungkan firman tanpa membacanya itu berbahaya. “ Thomas Watson

3). Mengkhotbahkan Injil pada diri sendiri -  Martin Luther mengatakan “ kita perlu mendengarkan injil setiap hari, karena kita melupakannya setiap hari. “

Jeff Vanderstelt mengatakan ““untuk menjadi fasih dalam bahasa baru, anda harus mencelupkan diri di dalamnya dan berkomitmen untuk mempraktikkannya, lagi dan lagi. anda harus menggunakannya setiap hari sampai anda benar-benar mulai memikirkan kehidupan melaluinya.” Namun seringkali kita gagal karena kita terus bergumul dengan kedagingan, kemalasan, dan berhala-berhala kita yang lain, serta kita menggunakan kekuatan kita sendiri.

Filipi 1: 30

dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku.

Ayat ini ternyata berkaitan dengan Ibrani 12:3 -4

Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. “ Ibrani 12:4 “ Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”

GOSPEL CONNECTION

Kita gagal taat pada hukum Allah, tidak Konsisten, menghindari penderitaan dan terhilang dan sendirian. Tetapi Kristus taat melakukan dengan sempurna hukum Allah, tekun hingga akhir, rela mengalami penderitaan, rela mengalami kesendirian. Supaya kita dimampukan untuk taat pada Allah, kita dimampukan untuk tekun menghidupi Injil, kita diberikan kekuatan menghadapi penderitaan dan kita didampingi oleh-Nya dan diberikan komunitas orang percaya.

Kristus menunjukkan bagaimana Ia melakukan kehendak Bapa, ketaatan dan ketekunan yang dilakukan-Nya justru membawa Ia pada penderitaan, namun Yesus rela, taat dan tekun melakukan kehendak Allah Bapa sampai selesai. Dengan demikian orang percaya memperoleh pengharapan karena Kristus bukan hanya inspirasi, Dia di dalam dan mendampingi kita untuk memberikan kita kemampuan dan kemauan  tekun menghidupi Injil.

IMPLIKASI INJIL

·       Karena Injil kita dapat terus berjuang menghidupi Injil tetapi tidak merasa lebih baik dari orang lain

·       Karena Injil kita dapat hidup berkomunitas dengan tulus untuk selalu mendukung satu sama lain

·       Karena Injil kita mungkin akan mengalami penderitaan tetapi tak pernah kehilangan pengharapan karena kasih Kristu

·       Karena Injil kita mungkin mengalami kerugian tetapi tidak akan kehilangan sukacita karena harta terbesar kita adalah Kristus