Understanding The Gospel

GOSPEL IN LIFE Week 1  "Understanding The Gospel" 

Ps.Natanael

 

Pembacaan : Roma 1:16-17, 1 Korintus 2:1-2, 1 Korintus 15:1-11,1 Timotius 1:12-17,

Kita sering mendengar dan familiar dengan kata “Injil “ dan diajarkan untuk hidup berpusat pada Injil,  tetapi sayangnya banyak kita yang tidak benar-benar menghidupi Injil dalam kehidupan sehari-hari serta tidak diubahkan oleh Injil. Sebab itu kita perlu belajar supaya Injil itu menata kembali hati kita, cara kita berpikir dan bagaimana Injil itu bukan sekedar konsep yang abstrak tetapi meresap dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak orang Kristen menyangka paham tentang Injil tetapi sesungguhnya tidak memahaminya dengan utuh. Banyak orang Kristen datang ke gereja tetapi tidak menyatakan Kristus dalam hidup keseharian. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya kita tidak memahami arti Injil dan kita hanya berasumsi tanpa mengerti kebenarannya dengan pasti. Pemahaman tidak utuh itu artinya sebagian atau setengah-setengah saja sehingga kehidupan kita tidak berbeda dengan orang yang tidak mengenal Yesus. Kita mengkotak-kotakkan antara yang rohani dan sekuler atau yang agama dan non agama. Kita menganggap hari Senin sampai Sabtu bisa berbuat apa saja sedangkan khusus hari Minggu kita harus bersikap baik karena waktunya untuk beribadah ke gereja. 

            1. APA DEFINISI INJIL?

Ada orang yang memahami bahwa Injil adalah berita yang harus disampaikan kepada orang yang belum percaya. Sebagian berpikir bahwa Injil itu artinya Yesus mati buat dosa kita. Atau ada yang beranggapan bahwa Injil adalah tulisan yang ditulis oleh murid-murid Yesus. Asumsi-asumsi tersebut tidak sepenuhnya salah tetapi tidak utuh. Lalu apa definisi Injil yang sebenarnya? Seorang Theolog bernama Charles Hodge berkata “ Injil sangat sederhana untuk dapat dipahami oleh seorang anak kecil, namun juga sangat mendalam sehingga seorang teolog terbaik pun membutuhkan waktu lebih dari seumur hidupnya untuk menggali kekayaannya.”  Pernyataan ini merefleksikan sebuah hal yang penting yaitu ketika kita merasa paham dan puas akan pemahaman kita tentang Injil maka pada saat yang sama kita sedang gagal dalam memahami Injil. Saat kita merasa pemahaman kita tentang Injil itu paling benar maka pada saat yang sama kita sedang keliru dalam memahami Injil, sebab dalam memahami Injil dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup bahkan untuk seorang teolog terbaik pun untuk menggali kekayaannya.

J.D Greear dalam bukunya “ Gospel “ mengatakan “ Injil bukanlah papan loncat di sebuah kolam yang di mana kita dapat melompat ke dalam kolam kekristenan. Injil ialah kolam itu sendiri. Injil bukan hanya jalan untuk ada di dalam Kristus, tetapi jalan untuk kita bertumbuh di dalam Kristus.”  Dari pertama kita mengenal Injil sampai bertemu Kristus maka kita butuh Injil. Injil bukan langkah pertama dalam menaiki tangga kebenaran tetapi seperti sebuah poros roda yang menggerakkan kehidupan orang percaya. Menurut Tim Keller maka Injil bukan A B C kekristenan tetapi A sampai Z dalam kekristenan.

A. Injil Selalu Dimulai Dengan Kristus Dan Karyanya.(Solus Christus)

1 Korintus 2:1-2

1Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. 2Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.

1 Korintus 15:3-4

3Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, 4bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;

Disini Paulus menegaskan bahwa tidak ada yang jauh lebih penting untuk diketahui dan diberitakannya selain daripada Yesus Kristus yang disalibkan. Sebab itu John Stott berkata Injil tidak diberitakan jika Kristus tidak diberitakan. Jadi Injil bukan bicara tentang kita yang diselamatkan dari dosa tetapi tentang Kristus yang tidak berdosa tetapi dihukum menjadi dosa untuk menyelamatkan kita yang berdosa.  Injil bukan tentang tiket masuk surga dan lepas dari hukuman neraka, tetapi Injil adalah tentang Kristus yang turun dari surga menjalani neraka bagi kita supaya kita yang seharusnya masuk neraka bisa tinggal bersama Bapa di surga

          B. Injil Harus Didasarkan Kembali Pada Kebenaran Firman Tuhan (Sola Scriptura)

1 Korintus 15:3-4

3Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, 4bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;

Frasa “Kitab Suci “ yang ditulis Rasuk Paulus ini adalah kemungkinan besar merujuk pada tulisan-tulisan Perjanjian Lama yang menuntun kita pada Perjanjian Baru dimana ada pesan yang sama yaitu sesungguhnya keselamatan yang kita terima itu bukan tentang perbuatan baik kita tetapi adalah kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus.

Roma 5:20-21

20Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, 21supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

Jadi kalau berbicara tentang Injil maka harus kembali pada Firman Tuhan. Dan disini kita perlu berhati-hati karena seringkali orang Kristen mencari pembenaran atas fondasi kebenaran. Ini adalah praktik membenarkan diri sendiri, sehingga bukan Injil yang kita beritakan tetapi diri sendiri. 

    

     C. Injil Membuahkan Transformasi Yang Terjadi Karena Anugerah Dalam Kristus Yesus. (Sola Gratia)

1 Korintus 15:9-11

9Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. 10Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. 11Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya.

Injil bukan sekedar informasi dan inspirasi tetapi Injil adalah kekuatan yang mentransformasi. Di ayat ini ditunjukkan bagaimana Injil itu telah mengubahkan hidup Paulus, bukan melalui kualitas yang ada dalam dirinya tetapi melalui karya Kristus dan anugerahNya. Artinya tidak ada kebaikan yang membuat seseorang layak untuk dikasihi. Dan sebaliknya tidak ada keburukan yang membuat seseorang itu tidak pantas untuk dikasihi, semuanya karena kasih karuniaNya. Dan karena semua hanya kasih karunia-Nya maka tidak ada ruang bagi kita untuk berbangga diri atas kelebihan kita atau merendahkan orang lain atas kekurangan mereka. Lalu bagaimana kita meresponi kasih karunia itu dengan benar?

          D. Injil Menuntun Kepada Iman Yang Benar Bagi Kemuliaan Allah. (Sola Fide – Soli Deo Gloria)

Roma 1:16-17

16Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. 17Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Frasa “ bertolak dari Imana dan memimpin kepada iman “ dalam terjemahan lain memiliki arti yautu karena kesetiaan Tuhanlah, melalui karya Kristus yang telah menghampiri kita terlebih dahulu maka itulah yang memampukan kita untuk merespon dengan benar. Jadi yang mendahului respon kita dengan benar adalah bukan iman kita tetapi karena kesetiaan Allah yang memampukan kita untuk bisa merespon dengan benar. John Stott berkata “ kesetiaan Allah (janjiNya, dan karya Kristus) yang selalu mendahului sehingga kita mampu untuk memberi respon.” Melalui cara berpikir yang seperti maka kita akan kembali dituntun untuk hidup berpusat pada Injil itu sendiri. Dan kalau semuanya itu tentang Kristus yang bekerja dalam hidup kita maka segala hormat dan kemuliaan harus kita kembalikan kepada Kristus. 

1 Timotius 1:17 

Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.

Kalau kita perhatikan ketika Paulus menuliskan puji-pujian dalam surat-suratnya, maka kita temukan bahwa puji-pujian itu keluar bukan di akhir namun bisa ditengah-tengah suratnya untuk mengungkapkan kekagumannya akan Kristus. Semakin seseorang itu diubahkan oleh Injil maka akan semakin dipenuhi dengan puji-pujian kepada Allah bukan sebagai formalitas tetapi sebuah kekaguman akan Allah. Jadi pengetahuan teologi atau pemahaman kita akan Injil harus berujung kepada doksologi (segala pujian hanya bagi Allah saja)

  

        2. APA MASALAH DALAM MEMAHAMI INJIL?

Meskipun kita mengenal Injil namun itu tidak berarti kita juga mempercayainya. Dan kalau kita mempercayainya maka belum tentu kita mempercayainya dengan cara yang benar. Sebab itu berita Injil yang benar harus juga diresponi dengan sikap yang benar. Kita gagal memahami injil jika Injil hanya berhenti sebagai pengetahuan kognitif saja. Injil bukan sekedar pengetahuan kognitif tetapi kekuatan Allah yang mentransformasi kehidupan kita di berbagai area. 

1 Korintus 15: 2

Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu — kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.

Frasa “asal kamu teguh berpegang padanya’ itu berbicara tentang konsistensi yang artinya saat kita menerima Injil maka itu bukan sekedar persetujuan atas satu hal, dalam satu waktu tertentu, atau bukan tentang antusiasisme yang sesaat yang berkobar-kobar. Juga bukan tentang fanatisme yang spontan tetapi ini tentang pilihan yang sadar dan kemudian kita jadikan sebagai pegangan dan penuntun kehidupan. Orang yang sudah mengenal Injil dengan benar maka Injil itu akan berdampak dalam kehidupan orang itu dalam setiap area hidupnya. Dan kalau kita mau merefleksikan itu dalam hidup kita maka sejauh mana orang-orang yang paling dekat dengan kita (suami/istri, anak, orangtua, sahabat) mengonfirmasi bawa Kristus sudah mengubahkan dan yang paling terutama dalam hidup kita?

Masalah berikutnya adalah kita gagal memahami Injil jika Injil hanya melulu tentang relasi saya dengan Allah. Memang benar bahwa Injil itu menyampaikan pesan Allah tentang Allah yang mengasihi kita, namun itu bukan hanya tentang relasi kita dengan Allah. Jika Injil hanya melulu tentang relasi kita dengan Allah maka itu membuat kita bisa egois karena melewatkan kita dari konteks misi Allah yang lebih luas yaitu restorasi atas seluruh ciptaan Allah yang sudah jatuh dalam dosa. 

Kolose 1:16-17

16karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. 17Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.

Karena segala sesuatu diciptakan dalam dan melalui Dia maka kita menemukan kebenaran bahwa Kristus bukan hanya penebus tetapi Dia juga pencipta yang menebus semua ciptaan yang sudah jatuh dalam dosa. Kalau kita membaca di Alkitab bahwa Yesus melakukan berbagai mujizat, menyembuhkan yang sakit, bahkan membangkitkan orang mati, maka Dia sedang menyampaikan pesan secara implisit yaitu sesungguhnya sakit penyakit dan kematian bukanlah desain awal dari penciptaan. Kalau kita memahami Injil dengan utuh maka kita tidak boleh mereduksi bahwa Kristus hanya Juruselamat secara pribadi, tetapi Dia adalah Allah dari semua ciptaan dan Allah atas ciptaan yang baru. 

      

    3. APA SOLUSI UNTUK MEMAHAMI  DAN MENGHIDUPI INJIL?

Kebutuhan terbesar dan terutama dalam hidup manusia yang berdosa bukanlah diperlengkapi dengan pengetahuan yang mumpuni ataupun keterampilan untuk bertahan hidup melainkan dibangkitkan dari kematian rohani.

1 Korintus 15:3-4

3Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, 4bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;

Frasa “ Kitab Suci “ ini merujuk pada Perjanjian Lama secara khusus pada Yesaya 53:6-7

Yesaya 53:6-7

6Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya  kejahatan kita sekalian. 7Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas  dan tidak membuka mulutnya  seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;  seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya,  ia tidak membuka mulutnya.

Yesaya dengan tajam menegaskan tentang persoalan yang sangat doctrinal yang dikenal dengan istilah  pendamaian/pengganti. Kita yang sesat yang salahyang berdosa namun Kristus yang menanggung murka, yang menerima penolakan dan yang mengalami hukuman, supaya kita diterima, dibenarkan dan didamaikan. Tim Keller berkata “ karena Dia (Kristus) mati dan bangkit untuk kita, Dia adalah wakil kita di sorga (jadi kita diampuni dengan sempurna) dan pendamping kita di bumi (jadi kita dikasihi dengan sempurna).”

Gospel people ketika menyadari kebenaran ini akan dimampukan untuk tidak hidup dalam kesombongan rohani dan keegoisan diri.  CJ Mahaney berkata “agar kerinduan anda dalam mengenal Kristus bertumbuh, perluaslah pengertian anda tentang apa yang telah Dia lakukan. Jangan cepat merasa puas dengan pemahaman anda tentang injil. Injil adalah kebenaran yang sanggup meresap dalam kehidupan sampai mengubahkan dunia. Injil lebih indah daripada berlian manapun di dalam dunia ini. keindahannya, kedalamannya tidak akan pernah habis untuk dikagumi dan diselami.” Untuk itu kita perlu yang namanya disiplin rohani  yang bentuknya adalah bersaksi, berkomunitas, melayani, ibadah secara rutin, berdiam diri (solitude), memberikan persembahan, membaca Alkitab dsb. Namun saat kita melakukan ini maka orang-orang yang mengenal Injil tidak jatuh dalam sikap liberalism atau legalisme. Kita sadar bahwa kalau kita bisa melakukan ini adalah sebagai respon ucapan syukur kita atas kasih karunia Tuhan. Dan sebagai sarana untuk kita bisa mengalami pertobatan serta pertumbuhan dalam pengenalan akan Kristus setiap hari,

Jadi untuk bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus kita tidak pernah bisa menjauh dari Injil tetapi justru masuk semakin dalam kepada Injil. JD Greear berkata “ pendekatan gospel centered di dalam membaca alkitab berarti kita perlu mendisiplin diri untuk membaca alkitab sekalipun kita tidak menginginkannya, sambil bertobat kepada Allah karena kita ternyata tidak mengasihiNya sepenuh hati dan kembali menyelaraskan pikiran kita bahwa Allah tetap menerima kita yang sudah ada di dalam Kristus sekalipun kita tidak mengerjakannya.”

IMPLIKASI INJIL. Karena injil …

  • Kita tidak menjadi sombong atas pengetahuan yang dimiliki namun tetap rendah hati karena semua itu anugerah Tuhan.
  • Kita tidak menjadi egois namun dengan rela hati melayani dan memberi diri bagi orang lain.
  • Ketika kita memiliki pemahaman yang benar maka kita semakin rindu mengenal dan mengagumi Kristus dan karyaNya.
  • Ketika melakukan disiplin rohani bukan untuk mendapatkan sesuatu tetapi sebagai ucapan syukur dan sarana untuk bertumbuh dalam anugerah