Longing For Home

GOSPEL IN LIFE WEEK 11 “Longing For Home ” 

Pdt. Yakub Tri Handoko

 

PEMBACAAN  : Wahyu 21:1-4

Kita semua merindukan “Rumah” kita yang sesungguhnya di sorga kelak, karena dunia yang kita tinggali ini bukanlah rumah kita. Sebuah pertanyaan - Seandainya kita bisa mengubah dunia ini, maka dunia seperti apakah yang kita inginkan?  Apapun jawaban kita, sebenarnya dilubuk hati kita terdalam kita mengakui bahwa dunia di mana kita tinggal ini tidak sempurna. Kita menginginkan sesuatu yang lebih sempurna.

 

Contoh dari sisi moral maka ada seseorang yang bernama Immanuel Kant yang mengatakan “ Kita sadar harus berbuat baik. Kita sadar kita belum mencapai versi moral diri yang seharusnya” . Disini Kant mengajarkan bahwa kita semua sadar bahwa kita ini belum menjadi versi kita yang seharusnya. Tidak peduli kita berada diposisi manapun maka kita akan tetap merasa bahwa kita semestinya bisa lebih baik lagi, namun kita belum mencapai kesana. Orang yang merasa suksespun akan masih merasa sebenarnya masih bisa sukses lagi. Sebab itu dunia ini menawarkan kepada kita “ Be the best of yourself “. Padahal tidak sadar bahwa kita ini adalah orang-orang yang berdosa dan tetap buruk, Namun kita paham kalau orang berkata “ be the best of version of yourself karena semua orang sadar bahwa kita belum pada taraf yang seharusnya kita ada disana. Dan perasaan ingin mencapai taraf itu begitu menggelora dalam hati kita. Tidak peduli kita dekat Tuhan atau menyadari penebusan Kristus maka kita masih merasa belum sampai. Dan sampainya adalah saat kita sudah tiba di rumah kita yang sesungguhnya. 

Dari sisi pergumulan eksistensial manusia sebenarnya ada banyak sekali dan salah satunya adalah kita ingin kepuasan. CS Lewis mengataka bahwa jikalau segala yang ada di dunia ini tidak akan pernah memuaskan kita, maka sesungguhnya kita tidak diciptakan untuk dunia ini, melainkan untuk “dunia” yang lain. Dan mungkin kesenangan atau kepuasan yang ada di dunia ini memang tidak pernah dimaksudkkan untuk memuaskannya, tetapi untuk menumbuhkan kesadaran kita bahwa sebetulnya ada sesuatu yang akan memuaskan kita seutuhnya. Dalam hal apapun di dunia ini ( pekerjaan, hubungan,dll)  kita sadar bahwa kita belum sampai pada taraf yang seharusnya kita inginkan. Dan kita selalu merindukan kapan kita dapat mencapainya. Namun selama berada di dunia ini kita tidak akan pernah dapat mencapainya, karena sesungguhnya hanya Allah yang dapat memenuhinya. Jadi kesimpulannya adalah jikalau segala yang ada di dunia ini tidak akan pernah memuaskan kita, maka sesungguhnya kita tidak diciptakan untuk dunia ini, melainkan untuk “dunia” yang lain

Restorasi

Wahyu 21 : 1

1 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.

Kita memiliki konsep tentang surga dalam pikiran kita, dan beberapa dari kita tumbuh dengan hal-hal spiritual terkait surga. Sesungguhnya surga adalah perpaduan yang sempurna antara jasmani dan spiritual karena surga nanti adalah langit dan bumi yang baru. 

Jadi semua akan direstorasi, baik jasmani dan spiritual dan bukan dimusnahkan lalu kita masuk dalam dunia yang murni spiritual tetap masuk dalam dunia yang mengkombinasikan jasmani dan spiritual. Dan kita hidup dalam tubuh kemuliaan yaitu seperti tubuh kebangkitan Yesus. 

Dunia Yang Lebih Baik Dari Sebelumnya

Wahyu 21 : 2

2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

Dunia bukan hanya di restorasi tetapi akan ada dunia yang lebih baik dari yang sebelumnya. Langit dan bumi yang baru digambarkan seperti mempelai perempuan.Mempelai perempuan tidak hanya bicara tentang manusia, tetapi tentang seluruh ciptaan. Mempelai yang berdandan itu berbicara tentang ciptaan yang dikembalikan dalam kondisi yang lebih baik.Sebagai contoh yaitu ketika Adam dan Hawa berada di taman Eden maka mereka bisa bercakap-cakap dengan Tuhan secara langsung. Tetapi nanti kita di langit dan bumi yang baru maka kita bercakap-cakapnya lebih luarbiasa dari Adam dan Hawa. Kalau Adam dan Hawa saat bercakap-cakap dengan Tuhan maka mereka melihat kebaikan Tuhan sebagai pencipta yang sempurna. Namun saat kita bercakap-cakap dengan Tuhan di surga kelak maka kita akan melihat kebaikan Tuhan bukan hanya sebagai pencipta tetapi sebagai penebus hidup kita. KebaikanNya tertinggi bukan hanya memberikan kita dunia yang sempurna tetapi dengan memberikan anakNya yang tunggal buat kita. 

Restorasi dan dunia yang lebih baik mengajarkan bahwa segala yang sementara bukanlah segala-galanya, tetapi bukan berarti tidak berharga. Ini berbeda dengan pandangan Filsuf Plato mengajarkan bahwa yang jasmani tidak sempurna, jadi fokus pada yang spiritual saja. Dan beberapa orang percaya memiliki pandangan ini. Pandangan ini keliru karena yang jasmani juga sangat penting dan harus dijaga.Tetapi pada saat yang sama kita harus sadar bahwa yang sementara ini bukan segala-galanya. 

Jika digerakkan dan dimampukan oleh kasih karunia, kesementaraan bisa membawa nilai-nilai kekal. Sebagai contoh: uang itu sementara tetapi kalau kita digerakkan dan dimampukan oleh kasih karunia dan jika digunakan dengan bijaksana maka akan bernilai kekal (membantu orang yang membutuhkan, untuk penginjlan dll). Renungkan – Apa yang Tuhan telah titipkan kepada kita, dan apa yang dapat kita lakukan dengan hal tersebut agar dapat bernilai kekal?

Mengapa Kita Merindukan “Rumah” Kita Yang Sebenarnya?

1. Pemulihan Relasi Yang Beranugerah

Wahyu 21: 3

3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. 

Kemah Allah ada di tengah-tengah manusia adalah adalah penggambaran Tuhan yang akan turun untuk diam bersama dengan kita umat-Nya. Pada akhirnya, bukan kita yang datang menemui Allah, tetapi Allah yang menemui kita dan berdiam bersama kita. Dan Tuhan akan berkata “ Aku akan menjadi Allahmu dan kamu jadi umat-Ku.” Dan kata-kata ini munculnya berkali-kali dalam Alkitab  yang menunjukkan bahwa Allah setia menjaga rencana-Nya dan janji-Nya..

Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka (Kej. 17:8)

Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir (Kel. 6:7)

Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Yer. 31:33)

Dan puncak dari penggenapan janjiNya adalah bahwa Allah turun menjadi manusia.

Yohanes 1: 14

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam ( “bertabernakel”) di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. 

Kata “Diam “ – Skenoo (Yun)  itu artinya Bertabernakel  atau berkemah, dan ayat ini hanya muncul di Kitab Yohanes 1: 14 dan Wahyu 21:3 dengan penulis yang sama dan keduanya dikaitkan dengan Allah yang berkemah ditengah-tengah umatNya dan berkata “kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu”. Itulah yang disebut relasi yang beranugerah. Kita semua membutuhkan cinta dan penerimaan, rangkulan dan dukungan. Saat kita susah dan sendirian maka kita benar-benar merindukan itu. Dan di surga kita akan mendapatkan semua itu dari Tuhan. 

2. Ketidakadaan Keburukan Yang Menakutkan

Wahyu 21: 4

4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.

Dunia ini tidak sempurna dan penuh dengan penderitaan namun di surga nanti maka Tuhan akan meniadakan semua itu. 

Persoalan kita yang terbesar, yaitu dosa,  sudah dibereskan oleh Tuhan di atas kayu salib. Ketakutan kita yang terbesar, yaitu kematian, telah dikalahkan oleh Tuhan di dalam kubur yang kosong. Kalau yang persoalan dan ketakutan kita terbesar sudah dibereskan oleh Tuhan, seharusnya tidak ada lagi yang bisa menakutkan kita.

Apa yang saat ini hanya sebagai jaminan, kelak akan menjadi kenyataan. Penggenapan yang melampaui harapan. Semua yang baik yang kita alami di dunia ini hanyalah cicipan. Kelak Tuhan akan memberikan yang terbaik, saat kita berjumpa muka dengan muka dengan-Nya. Bersyukur karena Tuhan menyediakan rumah bagi kita, masa tua tidak boleh menakutkan kita, apa yang akan terjadi di depan tidak boleh menakutkan kita karena kita tahu bahwa kita telah dibeli dengan darah yang sempurna di atas kayu salib dan kita akan baik-baik saja sampai di rumah kita kelak. Dunia ini bukan rumah kita, kehilangan semua yang ada di dunia seharusnya tidak menjadi masalah bagi kita karena kita tahu rumah kita yang sejati ada di sana.