Pembacaan: Amsal 2: 1 - 5
(Amsal 1:7)
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”
Hikmat itu berbicara tentang hati dan yang dikejar orang dimana itu dimulai dari takut akan Tuhan. Dan berbicara tentang takut akan Tuhan maka banyak orang Kristen yang jatuh pada dua ekstrim yaitu dua bentuk rasa takut yang tidak sehat yaitu yang legalis dan liberalis. Yang legalis yaitu mereka yang taat karena takut mendapatkan hukuman (1 Yohanes 4: 18). Sedangkan yang liberails adalah mereka yang tidak takut sekalipun sadar akan adanya hukuman (Roma 1: 21 – 32).
Bagaimana kita memaknai takut akan Tuhan?
Takut akan Tuhan adalah ungkapan yang seringkali disebutkan dalam kitab Amsal yang artinya adalah sesuatu yang sangat penting yang perlu kita pahami. Dan kata takut itu sendiri dalam bahasa Ibrani memakai kata Yi’ra : (to fear, to respect, to reverence) yang berkonotasi positif. Dan dalam bahasa Yunani memakai kata Phobos (Yunani): reverential fear of God, (not a mere fear of His power and righteous retribution, but a wholesome dread of displeasing Him) yang juga berkonotasi positif yaitu ketakutan yang hormat akan Tuhan dimana bukan hanya takut pada pembalasannya yang adil dan benar, tetapi ketakutan yang sehat untuk tidak menyenangkan Dia. Dan ketika Martin Luther menggumuli tentang frase takut akan Tuhan ini maka ada ada 2 macam bentuk ketakutan yaitu ketakutan budak (servile fear) yang adalah sebuah ketakutan seorang budak atau tahanan yang ketakutan terhadap orang yang akan menyiksanya atau tuan yang akan memukulnya. Ini adalah bentuk ketakutan yang negatif. Sedangkan bentuk ketakutan yang positif adalah ketakutan anak (filial fear). Dan gagasan ini muncul dalam konteks keluarga yaitu relasi antara bapa dan anaknya dimana seorang anak ini memiliki rasa hormat dan kasih terhadap ayahnya dan sangat ingin menyenangkan ayahnya. Dan anak ini memiliki ketakutan untuk tidak dapat menyenangkan ayahnya yang dicintainya. Ketakutan seperti inilah yang seharusnya ada pada kita. J. Ligon Duncan berkata “ Takut akan Tuhan menyadarkan kita bahwa pada satu sisi kita tidak layak berada di hadiratNya, tetapi pada sisi yang lain Dia justru membuat kita ada di hadiratNya.” Namun sejak manusia jatuh dalam dosa maka manusia cenderung jatuh pada rasa takut yang tidak sehat yaitu yang legalis atau liberalis (Contoh : Adam, Kejadian 3: 10, Kain, Kejadian 4:9, Lamekh, Kejadian 5)
Sesungguhnya persoalan takut akan Tuhan ini bukan tentang apa yang akan atau sedang kita lakukan tetapi itu berakar dari persoalan hati. Masalah utama dalam hidup kita adalah kasih yang kacau (salah arah) di dalam hati kita. Injil memberitahu kita bahwa masalah terbesar kita bukan diluar, tapi di dalam diri kita. Dan solusinya bukan dari dalam diri kita, tapi dari luar. Namun seringkali kita menyangka bahwa persoalan itu berasal dari luar dan solusinya dari diri kita. Kita menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam diri kita. Sesungguhnya seperti itulah kita manusia yang berdosa. Kita berdosa bukan karena kita melakukan dosa tetapi karena kita adalah pendosa.
“Rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.” (Roma 3:18)
(2)“Dosa bertutur di lubuk hati orang fasik; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.”(5)”Kejahatan dirancangkan di tempat tidurnya, ia menempatkan dirinya di jalan yang tidak baik; apa yang jahat tidak ditolaknya.” (Mazmur 36:2,5)
Amsal memberikan kepada kita penjelasan yang sangat baik bahwa tidak seorangpun dapat berkata bahwa dia bersih dari dosa.
“Siapakah dapat berkata: Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?.” (Amsal 20:9)
Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. (1 Yohanes 1: 8)
Ayat ini menunjukkan kita tentang postur kesombongan kita manusia yang berdosa yang merasa mampu dengan diri kita. Kita merasa mampu menyelesaikan masalah dengan kekuatan diri kita tetapi ternyata kita gagal. Dan justru masalah demi masalah menghampiri hidup kita. Kita semua gagal dalam menyelesaikan masalah terbesar dalam hidup kita yang dimana kita harus sadar bahwa solusinya bukan dari dalam tetapi dari luar.
Gospel Connection.
”Bilur-bilur yang berdarah membersihkan kejahatan, dan pukulan membersihkan lubuk hati.” (Amsal 20:30)
Ini adalah bahasa disiplin seperti orangtua yang mendisplin anaknya dimana ini adalah sesuatu yang baik. Namun kalau kita pelajari ayat ini maka akan terhubung dengan Yesaya 53: 5 dan 1 Petrus 2:24-25 yang berbicara nubuatan tentang kedatangan Yesus yang taat sampai mati untuk kita. Yesus mati di salib untuk menyelesaikan persoalan yang paling besar dalam hidup kita yaitu persoalan hati kita yang tidak taat.
“Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” (Yesaya 53:5)
“Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.” (1 Petrus 2:24-25)
Dan yang menarik dari ayat-ayat ini maka itu merujuk pada sebuah nubuatan yang lain yaitu dalam Yesaya 11: 1 – 5
1Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.
2Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN;
3ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.
4Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.
5Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.
Dalam bagian ini dijelaskan tentang Kristus yang memiliki roh takit akan Tuhan dan kesenangannya adalah takut akan Tuhan. Ini menegaskan bahwa semua yang Dia lakukan adalah sejalan dengan tujuan Tuhan (Baca Filipi 2:8). Ini sangat bertolak belakang dengan kehidupan manusia yang berdosa. Orang yang tidak taat menerima hukuman tetapi ketaatan Yesus justru berujung pada penghukuman. Di saat Kristus hidup dalam kesenangan takut akan Tuhan dan percaya mutlak kepada Bapa dan berkata: jadilah kehendakMu justru Dia ditinggalkan.
Berbeda dengan kita yaitu kita memiliki keinginan yaitu saat kita taat yaitu supaya kita diberkati. Kita berharap kalau takut akan Tuhan maka hidup kita dijamin. Namun Kristus yang taat sempurna sampai mati justru ditinggalkan dan menerima kutukan. Timoti Keller berkata “ kalau agama di dunia ini berkata dapatkan hidupmu, jadilah dirimu sendiri dan hidup untuk dirimu tetapi Yesus berkata hidupKu untuk hidupmu.”
Yesus ditinggalkan oleh Bapa-Nya di atas kayu salib agar kita tidak perlu merasa takut untuk hidup benar sekalipun hanya sendirian. Dia bersama kita.
Implikasinya
Karena injil maka kita ..
- Bisa takut akan Tuhan tanpa tertekan
- Bisahidup benar tanpa takut
- Bisaberkata jujur tanpa malu
- Bisa setia tanpa ragu