Your Words Matter

Hikmat Amsal Melalui Lensa Injil Week 19 "Pentingnya Perkataan Kita" 

Ps. Michael Chrisdion

 

Pembacaan  : Amsal 10:18-19, 31-32; 12:13-14, 17-18; 15:1, 4; 16:23, 28; 18:13, 21; 24:26; 25:11, 15

Perkataan adalah hal yang mendasar yang menjadi sarana komunikasi  maupun menjadi kebutuhan emosional dan jiwa bagi setiap manusia. Itulah sebabnya apa yang kita perkatakan sangat penting di dalam menjalani kehidupan. Dan dalam segala sesuatu yang kitab Amsal bicarakan, Amsal menulis banyak sekali ayat yang membicarakan bagaimana sebaiknya kita berbicara dengan sesama dan bagaimana kita memilih untuk berkata-kata. Karena dengan perkataan kita dapat membangun serta mengasihi tetapi dengan perkataan kita juga bisa menghancurkan dan menyakiti. Maka bijaksana dalam berbicara dan berkata-kata adalah hal yang esensial serta fundamental di dalam kita berelasi serta menjalani kehidupan! Lalu apa yang menjadi kebenaran Injil dari apa yang Kitab Amsal katakan mengenai perkataan kita? 

           1. PERKATAAN KITA MEMILIKI KEKUATAN.

Alkitab mengajarkan konsep bahwa perkataan kita itu memiliki kekuatan. Dan ini berbeda dengan ajaran sesat yang sudah masuk di gereja-gereja yang mengajarkan bahwa perkataan kita memiliki kuasa. Konsep ini berasal dari pencampuran konsep Alkitab dengan buku The Secret yang ditulis oleh Rhonda Byrne yang mengajarkan tentang law of attraction yaitu yang positif menarik yang positif sehingga memanifestasikan apa yang kita impikan. Ini hampir sama dengan pengajaran “word of faith “ yang mengajarkan kalau iman kita diperkatakan akan menciptakan. Ini adalah ajaran sesat dan  bukan kekristenan. Kita bukan Tuhan dan kita tidak maha kuasa serta kita terbatas. Kita ini berdosa dan tanpa penebusan Kristus maka kita adalah ciptaan yang rusak dan berdosa. Namun di dalam Kristus maka gambar Allah yang rusak itu dipulihkan dan kita diberi kuasa namun untuk menjadi saksi dan kembali memuliakan Tuhan serta hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan untuk menarik kemakmuran atau berkuasa untuk memanifestasikan apa yang kita mau. 

          a. Berdampak Kepada Orang Yang Mendengarnya 

Amsal 12:18
18Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.

Ketika kita mengucapkan suatu perkataan maka kita tidak akan pernah bisa membuat kata-kata yang kita ucapkan itu seolah-olah tidak pernah diucapkan. Setelah kita mengucapkan suatu kalimat atau perkataan maka itu tidak akan pernah bisa ditarik atau di anulir. Itulah sebabnya kata-kata itu memiliki efek atau kekuatan. Kalau kata-kata itu buruk maka perkataan itu memiliki efek merusak yang sebenarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya meskipun kita minta maaf.  Ini seperti pedang yang ditikamkan, kalaupun kita mencabut pedangnya namun lukanya tidak bisa di cabut. Lukanya tetap ada dan kalaupun sembuh maka bekasnya akan tetap ada. 

Amsal 18:21
21Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.

Amsal 16:28
28Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.

Jadi melalui perkataan itu bukan hanya bisa melukai tetapi juga mematikan baik secara fisik (pembunuhan, bunuh diri, perkelahian bahkan perang, secara psikis (kepahitan, sakit hati, luka batin, gangguan mental), atau secara komunal (merusak relasi, pernikahan, persahabatan). 

          b. Berdampak Kepada Orang Yang Memperkatakannya.

Amsal 12:13-14
13Orang jahat terjerat oleh pelanggaran bibirnya, tetapi orang benar dapat keluar dari kesukaran. 14Setiap orang dikenyangkan dengan kebaikan oleh karena buah perkataan dan orang mendapat balasan dari pada yang dikerjakan tangannya.

Yakobus 3:4-6
4Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. 5Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar.Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. 6Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.

Kata-kata yang jahat bukan hanya menghancurkan yang mendengar tetapi juga menghancurkan yang berbicara. Sedangkan kata-kata yang baik seperti buah (makanan) bagi yang berbicara. Mengapa kata-kata itu berdampak bagi yang yang mengatakan yaitu karena perkataan kita itu mengungkapkan, memperjelas dan mengekspresikan  apa yang ada di pikiran dan hati kita sehingga akhirnya  kita bisa merasakan apa yang kita perkatakan, baik secara negatif maupun secara positif, serta tetap berdampak walaupun dipendam. 

Amsal 10:18
18Siapa menyembunyikan kebencian, dusta bibirnya; siapa mengumpat adalah orang bebal.

Apa yang harus kita lakukan dengan pikiran yang negatif (kebencian, kemarahan atau kepahitan)? Bawa dan akui di hadapan Tuhan melalui doa serta saudara seiman (komunitas Injil), itu akan membantu kita untuk bisa memprosesnya serta menyembuhkan hati kita dengan pandangan Injil

Amsal 18:21
21Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.

Matius 4:4
4 Tetapi Yesus menjawab: ”Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”

Manusia diciptakan dengan suatu kebutuhan mendasar akan perkataan” baik dari dalam (inside) :untuk dikenal dan dimengerti, maupun dari luar (outside) : untuk dihargai dan  divalidasi.  Itulah sebabnya hal yang mengerikan yang sering orang takutkan adalah saat dia diabaikan, ditolak keberadaannya dan  didiamkan (silent treatment)

     

     2. KARAKTER PERKATAAN YANG ALKITABIAH (DARI KITAB AMSAL).

Ada 5 karakter perkataan dan kalau kita  mau jujur maka kalau kita bandingkan perkataan kita yang kita katakan setiap hari dengan apa yang seharusnya kita perkatakan menurut Amsal maka kita berdosa setiap hari. 

          a. Jujur (Tidak Menipu). 

Amsal 12:17
17 Siapa mengatakan kebenaran, menyatakan apa yang adil, tetapi saksi dusta menyatakan tipu daya.

Amsal 15:4
Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati.

Kita harus jujur ​​dalam berbicara. Sekalipun kata-kata kita secara teknis benar namun jika kita bermaksud untuk mengelabui maka itu sama saja dengan berbohong. Lidah curang itu berbicara tentang orang yang suka berkata dengan dibumbui. Mengapa bohong itu jahat yaitu karena kita memperdaya orang yang mendengar sehingga orang itu tidak tahu fakta yang sebenarnya. Sebagai akibatnya maka tidak bisa membuat keputusan yang tepat karena tidak tahu yang sebenarnya.

          b. Tenang  Dan Lemah Lembut . 

Amsal 25:15
15Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang.

Perkataan lemah lembut itu bukan tentang berkata dengan nada yang lembut. Perkataan yang lembut bisa saja to the point, tidak bertele-tele, terus terang dan bahkan argumentatif. tetapi itu semua tetap bisa dilakukan dengan lemah lembut. Kata-kata yang kasar artinya menimbulkan rasa sakit dan pedas. Seharusnya bahasa kita perlu dimotivasi oleh kasih namun juga penuh dengan kebenaran dan disampaikan dengan lemah lembut dan tenang. 

          c. Tepat dan Sesuai (Tidak Asal/Ceroboh).

Amsal 10:32
32Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan  (The lips of the righteous know what is fitting), tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat.

Amsal 25:11
11Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak... 

Amsal 24:26
26Siapa memberi jawaban yang tepat mengecup bibir.

Ayat ini mengacu pada tradisi Yahudi kuno bahwa orang-orang yang secara sosial setara akan mencium di bibir daripada di pipi.  Berbicara kepada seseorang sebagai "ciuman di bibir" mengacu pada turun ke tingkat pendengar dan memberikan komunikasi yang tepat di mana mereka membutuhkannya.

          d. Tidak Gosip. 

Amsal 10:18
18Siapa menyembunyikan kebencian, dusta bibirnya; siapa mengumpat adalah orang bebal.  (and whoever spreads slander is a fool)

Di sini gosip itu artinya menyebarkan kejelekan orang lain, membicarakan isu orang lain dengan tujuan untuk membuat diri sendiri merasa lebih baik. Dan ini sangat merusak hubungan serta perlu diselesaikan.

          e. Cermat/Peka (Tidak Impulsif). 

Amsal 10:19
19Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi...
Amsal 17:28

Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya. 

Semakin banyak kita bicara maka akan semakin besar kemungkinan kita akan menyakiti seseorang dan bisa menimbulkan pertengkaran. 

    

       3. BAGAIMANA PERKATAAN KITA DIUBAHKAN DAN DISEMBUHKAN.

Reaksi pertama dari seseorang yang ingin belajar mengucapkan kata-kata yang baik biasanya adalah mendapatkan daftar yang ada di Amsal ini dan dengan rajin berusaha keras untuk memenuhi poin-poin ini. Namun, sementara orang mungkin membuat kemajuan secara lahiriah itu pada akhirnya tidak akan mengubah kita secara batiniah. Dan Amsal memberikan petunjuknya.

Amsal 16:23
23 Hati orang bijak menjadikan mulutnya berakal budi, dan menjadikan bibirnya lebih dapat meyakinkan...

Amsal 4:23 

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Kita tidak bisa berubah dari luar ke dalam. Berbagai teknik komunikasi yang banyak kita pelajaripun tidak akan dapat mengubah hati kita. Satu-satunya yang benar-benar dapat mengubah perkataan kita adalah perubahan di dalam hati! Perubahan yang sejati hanyalah dapat terjadi melalui perubahan dari dalam hati. Yesus juga memakai kata-kata “hati “ itu juga dari Amsal 16: 23; 4:23

Matius 12:33
33  Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. 34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.

Mengapa kita tidak  jujur (menipu)  yaitu karena kita takut ditolak. Mengapa kita kasar dan marah yaitu karena kita takut kehilangan power (harga diri) dan takut kehilangan kendali. Mengapa kita asal/ceroboh), suka gosip, sering impulsif, marah atau tersinggung yaitu semua asalnya dari dalam hati. Lalu bagaimana solusinya ? 

          GOSPEL CONNECTION

Ada yang menarik di kitab Kejadian 11 di peristiwa menara Babel dimanayang dikacaukan dahulu karena pemberontakan adalah lidah/bahasa yang dari hati yang berhasrat memuliakan diri sendiri. Sehingga yang terjadi adalah  komunitas yang membangun menara babel itu mengalami kekacauan dam putus relasi. Diri mereka tidak bisa dimengerti dan tidak bisa mengerti orang lain. Mereka tidak mendapatkan perkataan dari dalam, tidak bisa mengekspresikan diri dan tidak dimengerti. Mereka juga tidak mendapatkan perkataan dari luar, tidak bisa divalidasi karena mereka tidak saling memahami sehingga tidak bisa saling menghargai.

Dan kalau kita maju 2000 tahun kemudian maka kalau dikontraskan dengan kitab Kisah Para Rasul 2, di hari Pentakosta yang dijamah dahulu oleh Roh Kudus adalah lidah murid-murid Yesus untuk mengabarkan Injil dan memuliakan nama Tuhan. Hati para murid dipenuhi Roh Kristus dari dalam hati yang baru meluaplah perkataan yang diperbaharui. Perkataan Kristus ada di mulut para murid karena hati mereka dipenuhi Kristus. Dan Alkitab menceritakan bahwa waktu Yesus berbicara maka orang-orang itu kagum.

Yohanes 7:46
jawab penjaga-penjaga itu: ”belum pernah seorang manusia berkata (baca: berbicara) seperti orang itu!”

Karena memang benar bahwa belum pernah ada orang berkata-kata seperti Yesus berkata-kata dimana tidak ada satu kata pun yang tidak perlu, tidak ada satu kata pun yang tidak tepat, tidak ada satu kata pun yang tidak sopan,tidak ada satu katapun yang asal-asalan, tidak ada satu kata yang berbau gosip, tidak ada satu kata pun yang tidak benar dan tidak ada yang pernah berbicara seperti Yesus berbicara. Tetapi lebih dari itu maka Yesus Kristus bukan hanya contoh yang bagus dalam berbicara.

Ibrani 1:1
pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

Yohanes 1:1,14

“ pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah… Firman itu menjadi manusia dan diam (bertabernakel) bersama dengan kita …

Kristus adalah teladan sempurna dalam perkataan. Bahkan lebih dari teladan maka Kristus adalah Firman. Dia adalah Alfa dan Omega. Dan apa yang dilakukan Kristus adalah Dia diabaikan, didiamkan, ditinggalkan, terpisah, mengalami silent treatment oleh Bapa di sorga Waktu Yesus berteriak....Allahku-Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku.. maka tidak ada suara dari sorga, tidak ada langit terbuka seperti Dia di baptis “ .....inilah AnakKu yang Kukasihi....kepadaNyalah Aku berkenan...”. Langit tertutup gelap dan Yesus mengalami silent treatment oleh Bapa di sorga. Mengapa Yesus harus mengalami ini semua itu yaitu supaya kita yang menyakiti Tuhan dengan kata-kata kita, supaya kita yang menyakiti sesama kita, sahabat kita, berlaku kasar dengan anak kita serta yang menggosipkan teman kita. Kita yang semestinya mengalami hukuman dosa karena perkataaan kita dan semestinya didiamkan Tuhan dan semestinya kita yang diabaikan Tuhan tetapi Kristus yang menanggungnya 

yaitu supaya kita yang seharusnya mengalami hukuman dosa karena perkataan kita yang menyakitkan Tuhan dan sesama dapat menerima perkataan Bapa: “inilah anakKu yang Kukasihi kepadaNyalah Aku berkenan”

Roma 8:15-16
15  Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ”ya Abba, ya Bapa!” 16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

IMPLIKASI INJIL 

  • Identitas kita bertumpu dari apa yang Firman Tuhan katakan bukan pada apa yang manusia katakan.
  • Kita bisa memperkatakan kasih dan berkat kepada orang yang membenci dan mengutuki kita.
  • Hati kita tetap merasa aman meskipun ada kata-kata yang menjelekkan atau menyerang kita.
  • Hati kita tetap bisa mengampuni dan dipulihkan meskipun ada kata-kata yang menyakiti dan menghancurkan perasaan.