Dilema Iman saat menuggu

Apakah kita ada yang punya hobby menunggu atau mengantri? Rasanya tidak ada orang yang suka menunggu, mengantri atau terjebak di dalam macet. 

 

 

Menunggu itu memang tidak enak karena agenda kita jadi tertunda, apalagi saat kita sedang menantikan berita atau suatu keputusan yang kita tidak tahu hasilnya, atau mungkin menunggu seseorang menepati janji namun janji tersebut tidak kunjung ditepati, hal-hal tersebut menimbulkan ketidakpastian, keresahan dan kegelisahan. Biasanya kita bahkan mencari segala cara untuk tidak menunggu dengan mencari jalan pintas untuk mempercepat hasil yang kita tunggu-tunggu.

 

Di Kejadian 16 ini maka  Abram dan Sarai juga mengalami hal yang sama, karena mereka juga menunggu janji Tuhan, tetapi Janji Tuhan tidak kunjung datang! Maka mereka mengalami Dilema Iman saat menunggu Janji Tuhan digenapi!

 

Kejadian 16:1-2


Sarai, istri Abram, belum juga mendapat anak. Tetapi ia mempunyai seorang hamba dari Mesir, seorang gadis yang bernama Hagar. 2Sarai berkata kepada Abram, “Tuhan tidak memungkinkan saya melahirkan anak. SEBAB ITU, sebaiknya engkau tidur dengan hamba saya ini. Barangkali dia dapat melahirkan anak untuk saya.” Abram setuju dengan usul Sarai.

 

Di ayat ini Sarai mendapati bahwa keadaan tidak sesuai dengan janji Tuhan yaitu dia belum juga mendapatkan anak maka seakan-akan dia marah kepada Tuhan  dimana seharusnya kalau Tuhan mau maka Dia akan mampu melakukanNya namun buktinya Dia berjanji tetapi belum terjadi sehingga Sarai beranggapan yang mencegah atau yang tidak memungkinkan adalah Tuhan . Hal ini akhirnya membuat Sarai mengeluh, frustasi bahkan kecewa.

 

Suara Atau Kata-Kata Siapakah Yang Kita Dengarkan?

 

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran yaitu suara atau kata-kata siapakah yang kita dengarkan dalam hidup kita. Disekitar kita ada banyak suara yang dapat membingungkan kita. Sebagai contoh: ketika kita sedang mengeluh, kecewa atau frustasi maka biasanya kita akan sampaikan itu pada orang yang ada disekitar kita dan seringkali mereka akan memberikan nasehat yang belum tentu sesuai dengan Firman Tuhan. Seperti itulah yang dilakukan oleh Sarai ketika dia mengeluh dan kecewa dan mungkin mendapatkan nasehat dari orang-orang yang ada disekitarnya waktu itu sehingga dia mulai mengandalkan kekuatannya sendiri dan memakai caranya sendiri serta mengambil jalan pintas dengan mengusulkan Abram untuk mengawini hambanya yang barangkali melalui dia dapat memberikan keturunan dan itu disetujui oleh Abram.

 

Kejadian 16:3


3Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, -- yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan --, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya (selirnya).

 

 

Ternyata praktek semacam ini sudah sering terjadi pada waktu itu dengan bukti ditemukannya sebuah tablet kuno berbahasa Assyria yang berisi sebuah kontrak  yang ditandatangani di depan empat saksi, menetapkan bahwa istri yang dimaksud adalah menyewa hierodule, atau budak perempuan, untuk melayani sebagai ibu pengganti jika pasangan tersebut gagal mengandung bayi dua tahun dari tanggal pernikahan. Ini juga menentukan bahwa sang suami tidak dapat menikahi wanita itu. Itulah yang dilakukan oleh Sarai yaitu melakukan jalan pintas.

Demikian juga seberapa banyak dari kita tidak menyadari dengan berpikir bahwa Tuhan membutuhkan bantuan kita dengan melakukan banyak hal untuk mencari jalan pintas. Dan memang kecenderungan dosa manusia mengandalkan kekuatannya sendiri dengan mencari jalan pintas. Dan itu adalah praktek yang normal menurut hikmat dunia. Namun Firman Tuhan berkata bahwa hikmat dunia adalah kebodohan bagi Tuhan.

 

1 Korintus 1: 27-29


27Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, 28dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, 29 supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

 

John Calvin berkata  bahwa tidak ada cara lain untuk menjadi benar-benar bijaksana atau berhikmat selain dengan menaruh semua pikiran kita hanya kepada Kristus. Sebab kita ini sebenarnya tidak mampu dan tidak masuk hitungan namun hanya karena Kristus maka kita menerima anugerah Tuhan dan semua yang kita miliki ini adalah hanya titipan Tuhan. Dan melalui Kristus kita ditebus sehingga apa yang sia sia itu menjadi berarti untuk menjadi kemuliaan Tuhan.

Bagaimana dengan kita yaitu apakah kita memakai hikmat manusia atau  memakai kekuatan manusia serta merasa mampu maka Firman Tuhan berkata bahwa itu merupakan kebodohan.

 

 

Perjalanan Iman Perlu Dialami Oleh Suami Dan Isteri

 

Kejadian 16:4 (BIMK)


  4Abram tidur dengan Hagar, lalu mengandunglah wanita itu. Tetapi ketika Hagar tahu bahwa ia hamil, ia menjadi sombong dan meremehkan Sarai.

 

Kejadian 16:5-6


 5Lalu Sarai berkata kepada Abram, “Saya sudah memberikan Hagar hamba saya kepadamu, dan sejak ia tahu bahwa ia mengandung, ia meremehkan saya. ITU SALAHMU. Semoga Tuhan memutuskan perkara ini antara engkau dan saya.” 6Jawab Abram, “Baiklah, dia hambamu dan engkau berkuasa atas dia; perlakukanlah dia semaumu.” Lalu Sarai memperlakukan Hagar dengan sangat kejam, sehingga ia melarikan diri.

 

Setelah Sarai memakai hikmatnya sendiri dengan memberikan Hagar kepada Abram maka timbulah masalah yang menyebabkan saling menyalahkan diantara mereka bahkan menyalahkan Tuhan padahal masalah itu timbul karena kesalahan mereka berdua. Peristiwa semacam ini juga pernah terjadi saat pertama kali manusia jatuh dalam dosa dimana Adam dan Hawa juga saling menyalahkan.

Sesungguhnya perjalanan iman itu bukan perjalanan iman salah satu pasangan saja namun perlu dialami oleh suami dan isteri. Bagi para isteri maka kalau suaminya mengalami panggilan perjalanan iman bersama Tuhan maka biarlah perjalanan dan panggilannya itu bukan hanya milik suami namun juga merupakan perjalanan dan panggilan untuk isteri. Demikian juga sebaliknya kalau isteri mengalami panggilan dan perjalanan iman maka itu juga milik suami karena suami dan isteri itu sudah menjadi satu.

Seperti yang dilakukan Abraham yang seharusnya terus mengingatkan Sarai akan Perjanjian Tuhan yang telah diberikan kepada mereka tetapi Abram bersifat pasif dan diam saja seperti juga Adam yang tidak mengingatkan Hawa yang pada waktu itu ada disebelahnya ketika Hawa berdiskusi dengan iblis.

Untuk para single maka perlunya mencari pasangan yang seimbang supaya bisa mengalami panggilan dan perjalanan iman secara bersama-sama dan tidak mengalami seperti apa yang dialami oleh Abram dan Sarai. (Efesus 5:25 -27, Amsal 25: 24 (21:9)

 

Dalam Kesendirian Kita Dan Dalam Keputusasaan Kita Maka Tuhan Justru Mengejar Kita.

 

Kejadian 16:7-8


 Lalu MALAIKAT TUHAN MENJUMPAINYA dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. 8Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.”

 

Orang yang seharusnya tidak ada dalam ceritanya Tuhan namun karena kesalahan Abram dan Sarai maka Hagar akhirnya menjadi korban tetapi Tuhan memperhatikannya. Ini memberikan pelajaan kepada kita bahwa dalam kesendirian kita dan dalam keputusasaan kita maka Tuhan justru mengejar kita.

 

Dalam Kesengsaraan Kita Itu Tuhan Mendengar Kita

 

Kejadian 16:9-11


 9Lalu kata Malaikat Tuhan itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.” 10Lagi kata Malaikat Tuhan itu kepadanya: “AKU AKAN membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.” 11Selanjutnya kata Malaikat Tuhan itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN TELAH MENDENGAR tentang penindasan (Affliction = kesengsaraan) atasmu itu.

 

Mungkin kita mengalami seperti Sarai yaitu hidup kita tertekan dan penuh dengan kesengsaraan maka dalam kesengsaraan kita itu Tuhan mendengar kita. Kita memiliki imam besar yang mengerti dan peduli akan semua pergumulan kita.

 

Dalam  Dosa Pelanggaran Kita Maka Tuhan Menebus Kita.

 

Kejadian  16:13


 Kemudian Hagar menamakan Tuhan yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: “Engkaulah El-Roi.” Sebab katanya: “Bukankah di sini kulihat DIA YANG TELAH MELIHAT AKU?” (“I HAVE NOW SEEN GOD WHO SEES ME.”)

 

Kata-kata melihat di sini sebenarnya artinya lebih dari melihat tetapi berjumpa yaitu seperti Yakub yang berjumpa dengan Tuhan di Pniel dan mengalami perubahan. Hagar ini adalah seorang yang ada dalam dosa namun Tuhan menebus dia. Demikian juga dalam pelanggaran dan dosa kita maka Tuhan menebus kita.

 

 

MAKNA INJIL  (Galatia 4:21 – 31)

 

Galatia 4:22-26


Bukankah ada tertulis, Bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya (Hagar) dan seorang dari perempuan yang merdeka (Sarai)? 23Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu DIPERANAKKAN MENURUT DAGING dan anak dari perempuan yang merdeka itu OLEH KARENA JANJI. 24Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar -- 25Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab -- dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. 26Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.

 

Hagar adalah simbol dari hukum agama yang mengandalkan kekuatan diri sendiri jalan pintas. Sedangkan Sarai adalah simbol dari kasih karunia Tuhan . Sarai itu tidak mampu dan tidak layak  bahkan membuat kesalahan tetapi janji Tuhan atas Sarai tetap digenapi bukan karena kehebatannya  namun karena pilihan Tuhan dan kasih karuniaNya. Jadi Iman yang benar bukan menaruh kepercayaan kepada kemampuan manusia tetapi kepada kasih karunia Tuhan.

Di Galatia maka Paulus mengupasnya dimana Abraham adalah gambaran iman dan Sarai adalah gambaran anugerah. Dan iman dan anugerah itu kawin yaitu kita yang adalah menjadi keturunan Abraham dan akhirnya lahirlah Yesus Kristus. Penggenapan kasih karunia itu hanya melalui Yesus Kristus. Abraham hanya memiliki janji dan penampakan-penampakan tetapi kita sekarang bukan hanya memiliki janji namun janji itu sudah digenapi melalui kematian Yesus di kayu salib. Dan melalui Roh KudusNya maka Dia sekarang tinggal dalam hidup kita.

 

Kejadian  17:1


Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berkata, “Akulah Allah yang Mahakuasa (EL SHADDAI – ALMIGHTY GOD)”

 

 

Mengapa Tuhan menunggu sampai Abraham berumur 99 tahun yaitu  Dia menunggu sampai kekuatan Abraham habis dan tubuhnya sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk bisa memiliki anak. Dan disaat seperti itulah maka kemudian Tuhan masuk dan menyatakan diriNya sebagai “ El Shaddai “ – Almighty God. Demikian juga dalam hidup kita maka kita perlu sampai pada titik dimana kita sudah tidak mampu melakukan apa-apa baru kita bisa mengalami kasih karunia Tuhan. Charles Spurgeon berkata “ Manusia harus sampai pada titik dimana sudah tidak bisa apa-apa lagi baru dia bisa mengalami kasih karunia Tuhan”. Seringkali kita masih sombong dan merasa masih mampu serta memakai kekuatan manusia. Sesungguhnya manusia itu dari awal sampai akhir itu tidak mampu dan semata-mata hanya oleh anugerahNya. Sebab itu pandanglah Kristus. Dalam kesendirian Dia mengejar kita. Dalam kesesakan Dia mendengar kita. Dan dalam kesalahan Dia menebus kita.