Banyak orang memiliki konsep yang keliru tentang iman dan sayangnya mereka yang paling banyak berbicara tentang iman adalah mereka yang paling sering salah dalam memahami iman.
Kalau ada yang berkata bahwa iman adalah perasaan atau keadaan maka itu adalah keliru. Bukan berarti iman itu tidak ada sangkut pautnya dengan perasaan namun kalau kita membatasi iman dengan perasaan maka kita tidak akan mendapatkan iman yang sejati. Sebenarnya yang penting itu bukan memiliki iman yang besar namun iman yang benar. Tidak peduli seberapa besar keyakinan kita namun kalau yang kita yakini itu keliru maka iman kita akan tetap goyah. Sebaliknya walaupun iman kita kecil dan mungkin ada keraguan di dalamnya maka selama kita beriman pada yang benar maka kita akan baik-baik saja.
Keadaan itu tidak pernah menghancurkan iman kita, keadaan itu hanya mengungkapkan kualitas iman kita yang sebenarnya. Jadi kalau ada orang yang merasa keadaannya begitu berat itu karena dia kurang bersandar kepada Tuhan. Tekanan dalam hidup itu tidak akan terelakkan tetapi hidup dalam tekanan itu adalah pilihan. Janganlah kita hidup dalam tekanan sebab kita ini hidup dalam dunia yang penuh dengan dosa. Seorang penulis buku yang terkenal bernama Donald E.Carson mengatakan bahwa dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa maka penderitaan dan kejahatan itu tidak mengagetkan dan justru yang mengagetkan adalah kebaikan.Jadi keadaan itu tidak pernah menghancurkan iman kita, keadaan itu hanya mengungkapkan kualitas iman kita yang sebenarnya. Sebab itu janganlah menyalahkan orang lain yang kita anggap sebagai penyebabnya. Demikian juga jangan menganggap pengalaman itu sebagai guru yang baik sebab yang penting bukanlah pengalamannya tetapi pelajaran apa yang dapat kita petik dari pengalaman tersebut.
Sinopsis Kejadian 17 - 18; 21:1-8
Pasal 17 – Tuhan meneguhkan kembali PerjanjianNya dengan Abraham. Mengapa perlu diteguhkan kembali yaitu karena Abraham melakukan kesalahan yaitu menikahi Hagar (pasal 16). Ini membuktikan bahwa Abraham tidak bisa beriman secara sempurna sehingga Allah berinisiatif mengunjungi Abraham untuk meneguhkan kembali perjanjianNya.
Pasal 18 - Salah satu elemen perjanjian yang difokuskan Allah adalah masalah anak
Pasal 21 -Allah menggenapi apa yang dijanjikanNya itu. Peristiwa ini terjadi kurang lebih dalam kurun waktu 1 tahun.
KEGAGALAN MANUSIA TIDAK DAPAT MEMBATALKAN PERJANJIAN TUHAN.
Abraham gagal memegang janji Tuhan dengan teguh (Pasal 16). Ketika Sara mengusulkan Abraham untuk mengambil Hagar maka sebenarnya Abraham bisa menolak usul tersebut karena dia tahu bahwa Tuhan akan memberikan keturunan melalui Sara namun Abraham tidak tahan dan mau mengambil Hagar sebagai isterinya. Disini dapat dikatakan bahwa Abraham gagal beriman. Tetapi dalam setiap kegagalan maka Allah langsung melakukan intervensi sehingga janjiNya itu tidak akan pernah gagal. Jadi kegagalan seperti ini adalah sudah klise yaitu kita berusaha sendiri untuk mendapatkan berkat-berkat Allah. Kegagalan seperti ini juga pernah dialami oleh Adam dan Hawa yaitu ketika mereka jatuh adalam dosa maka mereka berusaha mengatasi ketelanjangannya dengan daun pohon ara namun akhirnya Tuhan gantikan dengan kulit binatang. Disini Tuhan ingin memberikan pelajaran bahwa akibat dosa itu bukan mereka yang atasi tetapi Tuhan sendiri. Juga sekaligus Tuhan memberi pelajaran bahwa akibat dosa maka harus ada yang dikorbankan serta harus ada darah yang dicurahkan dan itu digenapi oleh Yesus bahwa Dia adalah anak domba Paskah yang menghapus dosa kita semua. Jadi Allah ingin manusia itu tidak berkontribusi sebab itu adalah percuma dan tidak mungkin manusia dapat melakukannya. Contoh lain dalam Alkitab tentang orang yang berusaha mendapat berkat dengan usaha sendiri adalah Yakub yang berusaha mendapat berkat dengan cara menipu. Jadi kegagalan manusia tidak bisa membatalkan Perjanjian Tuhan dan semua elemennya tetap ada.
Dalam buku “ The Theme of the Pentateuch “ yang dikarang oleh David J.A. dituliskan bahwa ada tiga elemen Perjanjian Allah dengan para nenek moyang Israel sejak kitab Kejadian pasal 1. Yang pertama adalah mengenai “relationship “dikatakan bahwa Aku akan menjadi Allahmu dan engkau akan menjadi umatKu. Elemen perjanjian yang kedua adalah “Tanah “. Serta elemen perjanjian yang ketiga adalah “ Keturunan”. Dan menariknya ketika Allah menjaga PerjanjianNya maka selalu ada tantangan dan persoalan yang hendak membatalkan PerjanjianNya itu. Dan tantangan itu selalu mirip-mirip, contohnya “kelaparan” dimana kalau nenek moyang para patriat ini mati maka mereka tidak bisa menjadi bangsa yang besar. Tantangan yang lain adalah isteri-isteri kebanyakan mandul (Isteri Abraham,Isteri Ishak). Selain itu para isteri ini juga pernah mau diambil oleh para penguasa kafir. Sebab itu Tuhan tidak ingin perjanjianNya itu gagal dan selalu melakukan intervensi untuk memastikan bahwa PerjanjianNya tidak akan bisa berubah. Kalau kita baca Kejadian 17: 4 – 8 maka kita temukan ada tiga elemen Perjanjian Allah yaitu relationship, tanah dan keturunan. Jadi kegagalan manusia tidak dapat membatalkan Perjanjian Allah sebab yang menjadi penentu bukanlah kita tetapi Allah sendiri. Bukan kita yang menggapai Allah tetapi Allah yang merengkuh kita sehingga kita aman.
PERJANJIAN ALLAH BUKAN HANYA TETAP BERLANGSUNG TETAPI MENJADI SEMAKIN BAIK (Kejadian 17: 6. 16)
Dalam kegagalan kita maka justru kuasa Allah menjadi indah. Dalam kegagalan Abraham maka ternyata Perjanjian Allah semakin indah dimana melalui Abraham akan lahir bukan hanya banyak keturunan tetapi banyak raja-raja. Dan kalau kita membaca kisah ini maka kita akan menemukan bahwa dari 12 anak Yakub maka yang akan menjadi raja adalah Yehuda dan bukan Yusuf. Ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa semua itu karena anugerahNya. Dan dari Abraham akan muncul bukan hanya banyak raja tetapi Allah mempersiapkan seorang raja melalui Yehuda dimana akan muncul raja Daud dan dari Daud akan muncul Yesus Kristus yang akan menjadi raja diatas segala raja.
Perjanjian ini semakin baik bukan hanya karena melahirkan raja-raja namun perjanjian ini diteguhkan terlepas dari kegagalan Abraham. Abraham itu gagal namun disebut sebagai keraguan. Kalau Sara gagal maka itu disebut ketidakpercayaan. Mengapa demikian? Sebab ketika Abraham tertawa ketika mendengar janji Tuhan maka Tuhan tidak menegurnya tetapi ketika Tuhan menyampaikan janjiNya kepada Sara dan dia tertawa maka kemudian Tuhan menegurnya. Orang yang ada dalam Tuhan itu sebenarnya tidak memiliki ketidakpercayaan namun bisa memiliki keraguan. Dalam Alkitab kita juga banyak menemukan tokoh-tokoh Alkitab yang juga mengalami keraguan, misal; Yermia, Yohanes Pembaptis, Paulus, dll.
PERJANJIANNYA TETAP TUHAN PEGANG WALAUPUN ABRAHAM SUDAH TUA (Kejadian 17:1, 17, 24; 25: 1-4 & 18:11-12)
Perjanjiannya tetap Tuhan pegang walaupun Abraham sudah tua yaitu 99 tahun. Namun yang menjadi persoalan bukan pada umur Abraham tetapi kondisi Sara yaitu sudah mandul dan justru disitulah Tuhan mau menunjukkan kuasaNya. Demikian juga dalam kehidupan kita maka kita harus memahami bahwa kalau Tuhan itu tidak memberikan mujizat maka Tuhan akan memberikan pertolongan dalam bentuk lain. Dan kalau tidak ada pertolongan bentuk lain maka Tuhan akan memberikan mujizat.
TUHAN MENYATAKAN KUASANYA LEBIH JAUH (Pasal 17: 1 &l 18: 14 )
Tuhan berkata “ Akulah Allah Yang Maha Kuasa “. Dan bukan itu saja Allah juga menyampaikan pertanyaan kepada Sara “ Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?”. Ini artinya Tuhan sedang menyatakan kedaulatan dan kuasaNya dengan caraNya yang lebih lagi. Tuhan berkata jangan kuatir karena Akulah Allah yang maha kuasa dan tidak ada yang mustahil bagiKu.
Di Kejadian 17 diceritakan bahwa Abraham itu disunat lalu namanya diganti yang tadinya Abram menjadi Abraham dan Sarai menjadi Sara. Dan penggantian nama dalam alkitab itu berarti sebuah lompatan yang besar. Dan penggantian nama itu terjadi sebelum mereka memiliki anak karena untuk memastikan janjiNya kepada Abraham yaitu dia akan menjadi bapa bagi banyak bangsa (Abraham).Demikian pula Sarai menjadi Sara artinya ibu bagi banyak bangsa. Dan bukan itu saja maka Allah menyuruh Abraham untuk menyunat seluruh anggota keluarganya sebagai tanda untuk mengingatkan siapa mereka dan siapakah Allah mereka.
Apapun keadaan kita sekarang baik kita sedang terpuruk, gagal , cemas, hancur dan bahkan mungkin orang akan menertawakan kita namun pada akhirnya yang berhak untuk tertawa adalah Allah. Abraham dan Sara menertawakan Allah namun akhirnya mereka diberi anak yaitu Ishak yang dalam bahasa Ibrani maka huruf untuk Ishak dan huruf untuk tertawa itu sama. Sehingga setiap kali Abraham melihat Ishak maka dia diingatkan Tuhan bahwa dahulu dia pernah menertawai Tuhan namun sekarang Tuhan yang membuat Abraham tertawa. Apapun keadaan kita saat ini maka Allah mengasihi kita lebih dari yang mampu kita bayangkan. Kalau persoalan kita yang besar yaitu dosa telah Dia selesaikan di kayu salib. Kalau ketakutan kita yang terbesar yaitu maut telah Dia kalahkan di kubur yang kosong maka sesungguhnya tidak ada persoalan lain yang mengganggu sukacita kita karena tidak ada yang mustahil di hadapan Tuhan.