Iman dan Firman Tuhan

Sadarkah kita bahwa banyak hal yang penting dalam hidup ini kita nikmati dan alami karena kita membuat janji atau kontrak dengan pihak lain.Baik waktu kita sekolah, bekerja, membeli rumah, pinjam uang di bank dan sebagainya maka kita pasti menandatangani sebuah surat perjanjian atau kontrak.

 

 

 

Bahkan ketika kita menikah maka kita juga mengucapkan sebuah janji untuk saling mengasihi dan saling setia satu sama lain. Jadi janji atau kontrak adalah sesuatu yang sangat lajim dalam kehidupan kita. Demikian juga dalam kehidupan iman kita sebagai pengikut Kristus maka kita dapat menjalani dan menikmati kehidupan kita yang baru dalam Kristus itu karena ada janji-janji Tuhan dan kita juga percaya pada janji-janji itu. Ketika kita lahir baru maka ada janji Tuhan yaitu menghapus semua dosa kita dan memberikan kita hidup yang kekal. Mengapa kita berdoa yaitu karena kita percaya pada janji Tuhan yang akan menjawab doa kita ketika kita berdoa seturut dengan kehendak Tuhan. Kita hadir di ibadah juga karena kita percaya janji Tuhan dimana dua atau tiga orang percaya berkumpul maka Tuhan hadir ditengah-tengah mereka,.Semua janji Tuhan itu secara lengkap sudah tertulis dalam Alkitab atau FirmanNya.

 

Iman kita itu memiliki pijakan yaitu janji-janji Tuhan. Iman orang Kristen itu bukan iman yang abstrak atau kosong namun iman yang sekongkrit dengan janji-janji Tuhan yang kita baca dalam Alkitab.Mengetahui dan memahami janji Tuhan kepada kita ternyata tidak menjamin bahwa hidup kita akan bebas dari ketakutan dan keraguan khususnya ketika kita sedang menghadapi masalah atau musibah yang berat. Pemahaman dan pengetahuan kita akan janji Tuhan tidak bisa secara langsung menjadikan kita kuat dalam menghadapi krisis atau tragedi kehidupan. Seperti itu juga yang dialami oleh Abraham yaitu mengalami ketakutan dan keraguan.

 

KETAKUTAN ABRAHAM

 

Kejadian 15: 1

 

….."Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu..

 

Di ayat ini dengan jelas Tuhan mengatakan supaya Abraham tidak takut karena Tuhan tahu bahwa Abraham sedang mengalami ketakutan. Kalau kita baca pasal sebelumnya dikisahkan bahwa waktu itu Abraham baru saja menang berperang melawan koalisi empat raja yang melawan Lot dan keluarganya serta juga berhasil merebut harta benda milik koalisi empat negara tersebut. Tuhan tahu bahwa Abraham takut akan ada serangan balas dendam dari musuhnya itu, sebab itu Tuhan berkata kepada Abraham supaya jangan takut karena Tuhan akan melindunginya.

 

KERAGUAN ABRAHAM

 

Kejadian 15: 2 -3

 

15:2. Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." 


15:3 Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku." 

 

Disini Abraham bukan menyatakan keraguan yang biasa-biasa saja kepada janji Tuhan tetapi ini adalah keraguan yang berat. Kalau kita perhatikan pada pasal-pasal sebelumnya maka kita lihat bahwa ketika Tuhan menyuruh apa saja kepada Abraham maka dia selalu melakukannya dengan penuh ketaatan tanpa membantah atau bertanya-tanya. Namun dalam ayat ini maka Abraham baru memberanikan diri untuk berbicara kepada Tuhan karena mungkin terlalu jengahnya menunggu janji Tuhan tidak tergenapi. Dan disini Abraham tidak memberikan pertanyaan kepada Tuhan tetapi berupa pernyataan yang bersifat sinis yang sepertinya menyindir dengan menyebut nama Eliezer yang artinya Tuhan menolong. Abraham sedang protes kepada Tuhan dan seolah-olah berkata bahwa tidak apa-apa Tuhan tidak menepati janji nanti harta warisannya akan diberikan kepada Eliezer (Tuhan menolong).

 

Ada empat faktor yang menyebabkan Abraham mengalami keraguan yaitu :

  • Dia sudah berumur 80 tahun

  • Isterinya sudah mengalami menapouse dimana kandungannya sudah tertutup.

  • Abraham sudah menunggu Tuhan selama 10 tahun dimana bagi dia adalah waktu yang cukup lama

  • Belum ada preseden dalam sejarah dimana wanita yang sudah lanjut usia dapat memiliki anak

 

Dari kenyataan ini maka keraguan Abraham ini adalah sesuatu yang sangat wajar. Namun yang menarik dalam kisah ini adalah bagaimana respon Tuhan terhadap ketakutan dan keraguan Abraham.

 

 

 

 

RESPON TUHAN TERHADAP KETAKUTAN DAN KERAGUAN ABRAHAM

 

Kejadian 15:5

 

15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." 

 

Ditengah ketakutan dan keraguan Abraham ternyata Tuhan tidak menegur atau menghukum Abraham. Tuhan tidak hanya mengulangi janjiNya kepada Abraham namun lebih memperjelas janjiNya itu dengan memberikan ilustrasi bahwa "Keturunanmu akan seperti bintang dilangit banyaknya.". Jadi respon tuhan itu sangat begitu seimbang dengan anaknya yang mengalami keraguan. Disatu sisi Tuhan begitu sabar dengan keraguan kita, tetapi disisi yang lain Tuhan tidak mau kita terus menerus dikuasai oleh ketakutan dan keraguan. Tuhan mau kita move on dari keraguan dan Tuhan mau kita keluar dari keraguan.

 

Demikian juga yang dilakukan Yesus kepada muridNya yang bernama Thomas yang belum mau percaya akan kebangkitan Yesus sebelum dia melihat dengan matanya sendiri. Ketika bertemu Thomas maka Yesus tidak marah namun menunjukkan lambung dan tanganya yang berlubang yang artinya Yesus tidak alergi dengan keraguan Thomas. Tetapi ketika Thomas percaya maka Yesus berkata berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya, artinya Tuhan sedang berkata supaya kita tidak boleh terus berada dalam ketakutan atau keraguan.

 

 

APLIKASI DALAM HIDUP KITA

 

“ Be Gracious To Yourself “.

Dari bagian kisah ini maka ada dua aplikasi untuk hidup kita yaitu pertama ; “ Be Gracious to yourself “. Kita harus memiliki sikap yang penuh anugerah terhadap ketakutan dan keraguan dalam diri kita sebagai orang percaya. Sesungguhnya ketakutan dan keraguan adalah hal yang normal terjadi dalam kehidupan orang percaya. Abraham yang disebut sebagai bapa orang percaya saja dapat mengalami ketakutan dan keraguan apalagi kita. Kalau bisa digambarkan maka perjalanan iman orang Kristen itu tidak seperti grafik yang terus naik tetapi naik turun. Iman kita tidak selalu berada di puncak gunung namun juga pernah berada dalam lembah kekelaman. Adalah sesuatu yang normal kalau kita masih bisa jatuh dan bangun dalam iman dan dihinggapi ketakutan dan keraguan. Jangan bebani dan hukum diri kita dengan rasa berdosa kepada Tuhan seolah-olah rasa takut dan ragu itu adalah sesuatu yang salah di hadapan Tuhan. Bahkan kalau kita sedang mengalami pergumulan dan merasa bimbang atau ragu maka itu sebenarnya adalah tanda kalau kita mau percaya kepada Tuhan.

 

“ Be Helpful To Others “

Aplikasi yang kedua yaitu “ Be Helpful To Others”. Kita juga harus bisa penuh anugerah terhadap saudara seiman kita yang sedang mengalami ketakutan dan keraguan. Kita harus menolong, menopang dan menerima saudara kita yang sedang dilanda ketakutan dan keraguan. Janganlah kita menghakimi mereka namun kita topang dengan doa dan belaskasihan. Janganlah menuduh mereka yang sedang bimbang adalah orang yang berdosa serta menuntut mereka segera keluar  dari keraguan dan kebimbangan mereka. Juga jangan menakut-nakuti mereka yang sedang bimbang bahwa mereka akan menerima hukuman dari Tuhan. Sebaliknya jadilah seperti yang dikatakan dalam surat Yudas 1: 22 “ Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu “

 

KERAGUAN ABRAHAM TERHADAP DIRINYA SENDIRI

 

Kejadian 15:8 

 

Kata Abram: "Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?" 

 

Sepintas lalu ini seperti keraguan yang sama dengan bahasa yang berbeda, namun ternyata keraguan disini berbeda jenisnya dengan keraguan yang sebelumnya (ayat 2&3). Di ayat 2 & 3 itu adalah keraguan Abraham terhadap Tuhan dan sudah dibereskan, tetapi di ayat 8 ini Abraham masih menyimpan keraguan yaitu terhadap dirinya sendiri. Abraham memang tidak ragu lagi terhadap janji Tuhan namun dia ragu terhadap dirinya sendiri kalau nantinya di perjalanan imannya dia bisa melakukan hal-hal yang menyakitkan hati Tuhan sehingga janji Tuhan itu tidak jadi diberikan kepadaNya.Abraham ragu terhadap dirinya apakah dia bisa setia sampai akhir sehingga janji Tuhan itu bisa tergenapi dalam hidupnya.

 

RESPON TUHAN TERHADAP KERAGUAN ABRAHAM

 

Kejadian 15:10 - 13

 

15:10 Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. 15:11 Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya.15:12. Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan. 15:13 Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. 

 

Ritual seperti ini dilakukan oleh orang-orang pada jaman itu yaitu ketika  dua orang sedang membuat perjanjian yang serius maka mereka akan membunuh hewan lalu dibagi dua dan dibuat menjadi jalan permadani dari darah binatang itu kemudian mereka akan bergandengan tangan dan berjalan bersama-sama ditengah-tengah genangan darah itu serta mengucapkan janji bahwa mereka akan menepati janji mereka dan apabila ada yang melanggar maka mereka akan memiliki nasib seperti hewan-hewan itu.

 

Ketika Abraham melakukan itu maka yang ada dalam pikirannya adalah bahwa Tuhan menyuruh dia untuk berjalan ditengah-tengah genangan darah itu serta diminta untuk memperbaharui janjinya secara serius supaya setia sampai akhir sehingga Tuhan akan memberkatinya. Tetapi yang tidak diduga Abraham ternyata yang melewati genangan darah itu adalah Tuhan sendiri. Disini maka seolah-olah Tuhan sedang berkata kepada Abraham, “ Aku tahu bahwa engkau akan melanggar perintahKu, Aku tahu bahwa engkau tidak akan bisa setia 100 persen sampai akhir hidupmu, Aku tahu bahwa suatu hari engkau akan melakukan hal yang menyakiti hatiKu tetapi Aku akan tetap mau memberkatimu, Aku akan tetap memegang dan memenuhi janjiKu padamu. Sebab itu Akulah yang melewati genangan darah itu karena Aku yang akan menanggung ketidaksetiaanmu dan kegagalanmu supaya Aku dapat tetap memberkatimu, sekalipun engkau gagal dalam hidupmu”.

 

 

 

YESUS MELAKUKANNYA UNTUK KITA

Seribu lima ratus tahun kemudian maka Yesus melakukannya yaitu ketika Dia naik di atas kayu salib.

 

Kejadian 15:12, 33

 

. .. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan. …..Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap,

 

Markus 15:33

 

Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. 

 

Kata “kegelapan” itu seolah-olah mengaitkan keduanya. Memang pada jaman Abraham maka Tuhan melewati genangan darah itu untuk menanggung ketidaksetiaan Abraham supaya Tuhan tetap dapat memberkati Abraham. Tetapi itu baru terwujud dalam kisah Yesus dimana Yesus benar-benar mati di atas kayu salib.

 

Yesaya 53: 5-7

 

53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. 
53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. 
53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. 

 

Melalui kisah salib maka Tuhan ingin menegaskan kepada kita semua bahwa Dia akan tetap memberkati kita, tetap memegang janji-janjiNya untuk tetap memelihara, membimbing, menopang dan menolong kita sekalipun kita tidak setia kepadaNya, sekalipun kita bisa gagal dan mendukakan hati Tuhan, karena Yesus Kristus sudah mati menanggung ketidaksetiaan kita. Ketidaksetiaan kita tidak akan membatalkan kesetiaan Tuhan. Itulah iman yang tak tergoyahkan dimana Tuhan tetap setia pada kita sekalipun kita bisa gagal dan jatuh sebab Yesus sudah menanggung ketidaksetiaan kita, kegagalan dan kebodohan kita.