Pembacaan : Lukas 2:8-20
Pujian “ Gloria In Excelsis Deo “ ini menjadi unik karena ini adalah pujian yang satu-satunya yang memperdengarkan suara malaikat dari surga. Dan diantara pujian-pujian yang ada dalam catatan Injil Lukas maka dari empat pujian dimana tiga pujian dinyanyikan oleh pribadi yang disebutkan namanya. Tetapi pujian “ Gloria In Excelsis Deo “ ditujukan kepada sekelompok orang yang tidak bernama yaitu para gembala yang tidak masuk hitungan.
1. MENGAPA TAKUT ?
Lukas 2: 8-9
8Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal (to live in the fields, be under the open sky) di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
9Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (mereka merasa takut dengan ketakutan yang besar.)
Para gembala tinggal di padang dan menjaga ternak mereka di waktu malam. Kata “ tinggal “ di ayat ini lebih tepatnya adalah mereka bermalam di sebuah tempat dengan beratapkan langit. Jadi mereka tidak memiliki rumah sebagai tempat untuk perlindungan mereka. Dan kata “ menjaga “ itu menunjukkan ada kemungkinan ancaman yang mereka hadapi seperti binatang buas atau pencuri yang hendak mencuri ternak yang sedang mereka jaga. Sebab itu waktu mereka menjaga maka selalu waspada terhadap bahaya yang akan mengancam mereka dan sangat jarang mereka bisa menikmati ketenangan dan kenyamanan di malam hari sehingga perasaan yang terus muncul dalam diri mereka adalah rasa takut. Dan dalam situasi yang seperti ini maka tiba-tiba malaikat Tuhan datang menghampiri mereka, dan sehingga mereka menjadi sangat ketakutan.
Sesungguhnya rasa takut adalah suatu pergumulan dan pengalaman hidup setiap manusia. Ada seorang sosiolog dan penulis buku bernama Heinz Bude mengungkapkan bahwa rasa takut itu menjadi pengalaman dasar manusia yaitu rasa takut bahaya, kelaparan, penyakit dan kematian, sehingga muncul sebuah istilah “ aku takut maka aku ada”. Yang bisa dimaknai bahwa setiap eksistensi manusia itu menyimpan sebuah rasa takut di dalam dirinya. Jadi rasa takut menjadi pergumulan sekaligus pengalaman eksistensial yang dialami oleh setiap manusia tanpa terkecuali, mulai dari anak-anak sampai yang lanjut usia sekalipun aktualisasi dari rasa takut itu berbeda-beda. Sebab itu St.Augustine mengatakan bahwa ketakutan ialah tanggapan dari hati manusia ketika ada satu hal yang mengancam hidupnya, bisa berupa kendali, kenyamanan dsb. Dan dalam hal ini menjadi cerminan dari apa yang dilami oleh manusia yang pertama saat jatuh dalam dosa.
Kejadian 3:9-10
“Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: Di manakah engkau? Ia menjawab: ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada di dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang, sebab itu aku bersembunyi.”
Yang menakutkan mereka bukanlah suara Allah tetapi dalam hati mereka ada sebuah perasaan bersalah yang hadir ketika mereka jatuh dalam dosa. Ini juga sering kita alami yaitu saat kita berbohong dan berusaha untuk menutupi kebohongan itu, maka muncul ada perasaan bersalah dan gelisah dalam hati kita yang terus menggerogoti hati kita sampai kita bisa mengakui di hadapan Allah dan orang yang kita bohongi. Kita sering merasa terancam karena kesalahan kita sehinga kita menjadi takut.
Demikian juga ini terjadi dalam kehidupan para gembala yaitu mereka terancam bukan karena malam yang gelap atau penampakan dari sosok malaikat Tuhan tetapi dalam hati mereka ada perasaan bersalah karena mereka adalah orang-orang yang berdosa. Dan dalam kondisi yang takut itu maka para gembala menerima perkataan dari sang malaikat dimana perkataan pertama yang disampaikan adalah “ Jangan takut “.
10Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.
2. APA MAKNA JANGAN TAKUT ?
Menurut Philip Graham Ryken maka frasa ‘Jangan takut’ menawarkan kepastian dan rasa aman. Kemunculan dari seorang malaikat selalu merupakan pengalaman yang menakutkan, dan para gembala perlu mengetahui bahwa mereka bisa merasa aman.
Kepadamu …
10Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: 11Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud
Lalu setelah mengucapkan “jangan takut” kemudian dilanjutkan “ aku memberitakan kepadamu …”. Dan kata “kepadamu” itu seperti label pada hadiah natal yang bertuliskan: “Kepada: Para gembala, dari: Allah, ‘ yang merujuk sangat spesifik kepada para gembala yaitu orang-orang yang tidak masuk hitungan.Dan malaikat bukan sekedar memberitahu apa yang terjadi tetapi juga memberitahukan mengapa berita kelahiran itu penting bagi mereka. Berita kelahiran biasanya pertama-rama disampaikan kepada orang-orang yang dekat atau yang penting, tetapi mengapa berita kelahiran Yesus justru pertamakali disampaikan kepada para gembala yaitu orang-orang yang tidak masuk hitungan dan dipandang rendah. Disini kita bisa menarik pelajaran bahwa para gembala, orang-orang yang dianggap sangat rendah dan tidak masuk hitungan, namun diperhatikan Allah. Jangan takut, yang tidak masuk hitungan di mata manusia tidak luput dari perhatian Allah.
Seringkali kita berpikir bahwa Tuhan yang baik itu hanya baik bagi mereka yang moralnya baik saja, sedangkan orang yang buruk dan dosanya banyak maka tidak dianggap dan tidak diperhitungkan. Dan itulah yang seringkali menjadi cerminan hidup kita dimana kita hanya mau berelasi dengan orang yang se-level dengan kita saja, sedangkan yang tidak se-level dengan kita maka kita abaikan. Disinilah kita peru bertobat, kalau yang paling rendah saja diperhatikan Allah, mengapa kita tidak melakukan apa yang seperti Allah lakukan, padahal sebenarnya kalau kita mau jujur mengakui sebenarnya kita juga termasuk orang-orang yang tidak masuk hitungan di hadapan Allah tetapi Allah memberikan anugerah keselamatan pada kita.
‘Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah. Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa.’ (Lukas 1:52-53)
‘Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.’
(Lukas 4:18-19; bdk. Yesaya 61:1-2)
Melalui dua catatan ini memberikan kebenaran bahwa yang tidak masuk hitungan tidak pernah luput dari perhatian Allah.
Kesukaan ..
10Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: 11Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Kata “kesukaan” bukanlah kesukaan yang biasa tetapi menunjukkan satu sukacita yang sangat besar yaitu kelahiran Yesus yang membawa sukacita besar, karena pribadi Yesus itu sendiri dimana Yesus, sang bayi itu adalah Juruselamat, Kristus, Tuhan. ‘Juruselamat’ merujuk pada peran Yesus sebagai pembebas. ‘Kristus’ merujuk pada jabatan Yesus sebagai Yang Diurapi Allah.‘Tuhan’ merujuk pada kedaulatan kuasaNya. Natal merupakan prokalamasi yang tegas bahwa hanya Yesus satu-satunya perantara yang sempurna antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa. Dan karena kedatangan Yesus maka malaikat dengan lantang menyanyikan pujian “Gloria in Excelsis Deo “ – Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi (baca; Lukas 2:14)
Namun saat kita menyanyikan pujian “Gloria in Excelsis Deo “ maka itu tidak sama seperti yang kita alami saat ini. Dua ribu tahun yang lalu tidak ada gedung yang megah dengan dekorasi natal yang indah dan tidak ada yang gemerlap sehingga kita bisa terpikat. Tetapi yang ada adalah kandang binatang yang kotor dengan seorang bayi yang sedang berbaring dalam palungan. Bagaimana pemandangan seperti itu menyatakan kemuliaan Allah dan melahirkan pujian yang agung dari para malaikat? Namun kita perlu perhatikan ada kalimat kunci dalam pujian itu yaitu “ ditempat yang maha tinggi “.
Kalau kita bayangkan seorang raja yang duduk di atas tahta kebesarannya maka itu adalah sesuatu yang wajar. Atau seorang konglomerat yang duduk di mobil mewahnya maka itu juga hal yang biasa. Namun kalau ada pribadi yang menempati posisi yang maha tinggi dan mau turun dari kemahatinggiannya dan hidup dalam kesederhanaan, kemiskinan bahkan kesengsaraan maka itu adalah sesuatu yang luarbiasa. Dan Yesaya memberikan catatan demikian …
’Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus namaNya: Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.’ (Yesaya 57:15)
Berita ini sangat menghiburkan hati kita dimana Allah yang mulia, kudus dan tinggi mau merendahkan dan mengosongkan diriNya untuk hadir di tengah-tengah umat-Nya bahkan turut merasakan kesusahan dan penderitaan yang dialami oleh manusia.Ini adalah bukti betapa ajaibnya kasih Kristus bagi kita para pendosa. Disini kita menemukan makna jangan takut bagi para gembala yaitu seolah-olah malaikat menyampaikan pesan “ jangan takut karena Dia beserta kita “ Dan pesan ini juga ditujukan kepada kita yaitu “ jangan takut karena Dia beserta kita “.
3. INJIL MEMBEBASKAN KITA DARI ‘TAKUT’
Kondisi alami hati kita bukanlah ketidaktahuan terhadap Tuhan. Jika itu, maka yang kita butuhkan hanyalah lebih banyak informasi. Juga bukanlah ketidakpedulian tentang Tuhan.
Jika itu, maka yang kita butuhkan ialah lebih banyak motivasi untuk mengenal Dia. Kondisi utama hati kita ialah permusuhan dengan Tuhan, sehingga yang kita butuhkan ialah rekonsiliasi.
Peristiwa natal jauh lebih indah daripada yang kita bayangkan. Allah tidak sekedar memberikan informasi tentang diriNya kepada kita, tetapi di dalam dan melalui Kristus maka Dia menuliskan diriNya dalam sejarah manusia. Melalui kelahiran, kematian, kebangkitan dan kenaikanNya ke surga maka itulah kabar sukacita terbesar yang dapat kita terima dan rasakan dalam dunia ini. Hanya melalui Kristus maka kita dibebaskan dari perhambaan karena ketakutan kita yang paling ultimat dalam hati kita yaitu takut akan maut.
‘Dan supaya dengan jalan demikian Ia (Kristus) membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.’ (Ibrani 2:15)
Tim Keller mengatakan “ Natal memberikan banyak kebenaran rohani, namun akan menjadi sulit untuk mengertinya jika kita tidak memahami hal yang mendasar yaitu dunia ini merupakan tempat yang gelap dan kita tidak akan pernah menemukan jalan sampai kita melihat Yesus sebagai Terang yang sejati bagi kita.”
Dalam dunia yang gelap ini maka ketakutan itu menjadi pergumulan eksistensial kita dan kita tidak bisa memahami arti natal yang sesungguhnya jika kita tidak bisa melihat Yesus sebagai satu-satunya terang yang sejati dalam hidup kita secara pribadi.
Gospel Connection
(Lukas 2:10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. (Terj. LAI)
(2:10) And the angel said to them, ”Fear not, for behold, (LIHATLAH -MELIHAT) I bring you good news of great joy that will be for all the people.” (Terj. ESV)
Dalam terjemahan LAI ada satu kata yang tidak tertulis yaitu for behold, (LIHATLAH -MELIHAT. Disini malaikat sebenarnya secara hurufiah berkata “ jangan takut, lihatlah .. aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.” Lukas mencatatkan ini untuk menjawab pertanyaan mendasar dalam hati kita yaitu bagaimana kita bisa mendapatkan kekuatan untuk memiliki keberanian dalam hidup ini dan terbebas dari jerat ketakutan yaitu dengan melihat kepada Yesus Kristus.
Melihat kepada Yesus Kristus
Yesus mau melakukan semua itu yaitu untuk memberi kita keberanian menghadapi segala rasa takut yang menggeroggoti hati kita. Kalau selama ini kita berpikir bahwa mengikut Yesus adalah keputusan terbesar dan terberat dalam kehidupan kita maka ingatlah bahwa sesuangguhnya Kristus menunjukkan keberanian yang jauh lebih besar untuk tinggal dan hadir bersama-sama kita.
Lihatlah, Dia lahir dikandang hina karena tidak seorangpun yang menerima Dia.(Penerimaan). Dia hidup tanpa kenyamanan bahkan dikatakan bahwa Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepalaNya. (Kenyamanan) Dia menderita dikhianati, ditinggalkan bahkan dijual oleh orang-orang terdekatnya. (Kuasa) Dia bahkan mati dengan cara yang paling mengenaskan, bahkan kuburnya pun kubur pinjaman. (Kontrol) Lihatlah Dia (Kristus) menjalani kegelapan seorang diri agar kita tidak pernah merasakan dan menghadapi kegelapan sendirian
Tim Keller berkata “ Kita perlu secara aktif memperkatakan Injil dan memandang Kristus setiap hari daripada mendengarkan apa yang dikatakan hati kita dan melihat ketidakpastian yang dipertontonkan oleh dunia.”
Implikasi