Nunc Dimitis (A Song Of Hope)

JESUS THE PROMISE FULFILLED Week 4 “Nunc Dimittis (A Song of Hope)” 

Ps Dave Hatoguan

 

Pembacaan : Lukas 2:25-35

Setiap kita pasti senang ketika dijanjikan akan sesuatu. Namun kalau janji itu tidak ditepati atau tidak sesuai dengan kenyataan maka kita akan kecewa. Janji manusia bisa gagal DAN manusia bisa lalai. Tetapi Tuhan tidak pernah lalai dengan janji-Nya. Dia pasti menepati janji-Nya.. Dan melalui janji-Nya kita memiliki pengharapan yang sejati, dan di dalam janji-Nya hati kita akan diterangi oleh terang Injil. 

               1. ALLAH MEMBERIKAN PENGHARAPAN MESIANIK YAITU KESELAMATAN BAGI UMAT-NYA 

Lukas 2:26 

dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. 

Sebelum kita membahas lebih dalam Firman Tuhan pada hari ini, kita perlu tahu siapakah Simeon itu, Begitu banyak cara untuk menjelaskan atau menggambarkan karakteristik seseorang entah itu melalui ciri khas fisik tertentu maupun menggambarkan dari sisi karakter orang tersebut. 

Dalam tradisi Kristen di luar Alkitab pada abad permulaan, Simeon dipahami sebagai seorang imam dan berusia 112 tahun. Tetapi ketika kita membaca Lukas 2:25-35, sebenarnya tidak ada petunjuk apapun tentang jabatan dan usia Simeon. Fakta bahwa ia berada di bait Allah dan memberkati Yusuf dan Maria bukan berarti bahwa ia adalah seorang imam. tetapi disini Lukas menjelaskan Simeon, melalui sisi spritualitas dari Simeon, melalui teks Alkitab yang tadi telah kita baca menerangkan dengan jelas bahwa Simeon adalah seorang yang benar dan saleh. Seorang yang benar disini menggunakan kata-kata dikaios, tentunya diakios ini memiliki makna yang beragam dalam teks Alkitab, dikaios dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus memiliki makna pembenaran oleh iman melalui penebusan Kristus atau status hukum orang percaya yang ada dalam Kristus. Akan tetapi “dikaios” dalam tulisan Lukas lebih mengarah kepada keteladanan hidup dan menyiratkan posisi terhormat yang seringkali dikaitkan erat dengan para nabi, jadi dikaios tidak selalu bisa diterapkan pada semua orang pada masa itu. 

Rasul Lukas juga menggambarkan bahwa Simeon juga adalah seorang yang saleh, saleh disini menggunakan kata eulabes. Eulabes dikaitkan dengan ketaatan kepada Taurat dan kebaikan pada semua orang. Dalam literatur sekuler Yunani kuno, eulabēs merujuk pada warga negara ideal yang selalu berhati-hati dan teliti dalam mengikuti peraturan masyarakat dan negara. Selain benar dan saleh, Simeon juga menantikan penghiburan ilahi (2:25). Yang dimaksud penghiburan bagi Israel adalah kelepasan Yerusalem (2:25 “menantikan [prosdechomenos] penghiburan bagi Israel”; 2:38 “menantikan kelepasan untuk Yerusalem”) yang akan dilakukan oleh Mesias.

Perlu diingat bahwa Israel sat itu sedang ada dalam keadaan sangat menyedihkan. Mereka ada dalam penjajahan Romawi, mengalami kekejaman Herodes, dan secara rohani mereka sangat jelek karena agama yang bersifat lahiriah, dan juga saat itu tidak ada nubuat (mulai zaman Maleakhi Tetapi dalam situasi seperti itu Simeon tetap menantikan penghiburan untuk Israel (ayat 25b). Ide tentang penghiburan memang mendominasi nubuat mesianis di Perjanjian Lama dan itu tercatat misalnya dalam Yesaya 40;1; 49:13; 51:3; 57:18; 61:2). Pada periode selanjutnya para rabi Yahudi menyebut Mesias sebagai Menahem (Penghibur). Kedatangan Kristus ke dalam dunia merupakan penghiburan ilahi. 

Tidak heran, kisah Natal di Lukas 1-2 dipadati dengan ide tentang sukacita dan pujian (1:14, 41, 44, 46-47, 58, 64, 68; 2:20, 28, 38). Spiritualitas Simeon juga ditandai dengan karya Roh Kudus yang nyata dalam dirinya (2:25b-27a). Tiga kali Roh Kudus muncul di ayat ini. Sebagaimana Yohanes Pembaptis sejak di dalam kandungan (1:15), Elizabet (1:41), dan Zakaria (1:67) dipenuhi oleh Roh Kudus, demikian pula Roh Kudus ada atas Simeon. Roh memberikan pewahyuan khusus kepadanya tentang Mesias (2:26). Roh memimpin dia ke bait Allah dan mempertemukannya dengan bayi Yesus (2:27).  Lukas menginformasikan bahwa Simeon menyambut dan menatang bayi Yesus sambil memuji Allah 

Lukas 2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, 

Dalam teks asli tertulis: “dan ia menerima Dia di lengannya dan memuji Allah. Disini artinya bukan Simeon yang mengambil bayi Yesus. Ia hanya menerima bayi itu. Ini merupakan tanda bahwa apa yang Simeon sudah nantikan selama ini sudah diberikan Allah kepadanya. Begitu pentingnya hal ini, sampai-sampai dalam tradisi Kristen Simeon disebut Theodochos (“Penerima-Allah”). Oleh karena itu Simeon disimbolkan sebagai penerima Allah. Ini adalah sebuah gambaran yang begitu indah, yang perlu kita lakukan hanyalah menerima Anugerah itu, Anugerah Allah itu bukan sesuatu yang kita upayakan, tetapi Anugerah itu sepenuhnya inisiatif Allah, kita hanya perlu menerima melalui iman dan pengharapan dalam Kristus dalam Kristus kita mendapatkan pengharapan sejati 

Dalam pujiannya, Simeon menyiratkan siapa dia di hadapan Allah (2:29). Ia adalah hamba (doulos) dan Allah adalah tuan (despotēs). Penggunaan kata despotēs di sini dimaksudkan sebagai penekanan terhadap kedaulatan Allah sebagai tuan (“Sovereign Lord”). Simeon benar-benar sadar posisinya di depan Allah. Menunjukan sikapnya sebagai hamba percaya akan kedaulatan tuannya. 

Simeon tidak mengatakan, sekarang Tuhan biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu, karena hambaMu ini telah berdoa bertahun-tahun dan sekarang sudah selesai dan melihat keselamatan yang dari pada-Mu sesuai dengan apa yang sudah saya digumulkan selama bertahun-tahun, kalimat itu tidak ada. Jikalau Tuhan menepati janji-Nya kepada Simeon, itu juga bukan karena Simeon baik tetapi Tuhan menunjukan bahwa Dia setia dalam menepatinya janji-Nya. 

Oleh karena itu esensi kisah natal adalah kisah dimana Allah berinisiatif masuk dalam sejarah umat manusia Jadi ini bukan tentang apa yang sudah dilakukan oleh Simeon selama berada dalam dunia, bukan apa yang dia kerjakan, atau berapa banyak kontribusinya di dalam sejarah Kerajaan Allah, Ini bukan tentang Simeon, tetapi tentang bagaimana Allah menggenapi janji-Nya di dalam kedaulatan-Nya. Justru disini kepuasan terbesar Simeon ketika ia berjumpa dengan Kristus, ia menyadari yang menjadi fokus bukanlah kebaikan dirinya, tetapi adalah keselamatan yang dari Tuhan yang dia terima, kemudian keselamatan itu sampai ke bangsa-bangsa atau terjadi keselamatan secara global, sehingga hari ini kita yang non yahudi juga dapat menerima keselamatan. Dan itu terbukti hari ini kita yang non yahudi dapat percaya kepada Yesus. 

Tetapi bukankah kisah ini kontras dalam kehidupan kebanyakan orang Kristen masa kini? seringkali kita menuntut Allah untuk menggenapi janji-Nya, bahkan seringkali justru kita memperlakukan Tuhan sebagai hamba kita. bahkan seringkali kita marah kepada Allah, jika ada doa-doa kita tidak terkabul. Orang-orang yang hanya beragama menemukan atau memandang Tuhan itu berguna, tetapi orang-orang yang mengenal Injil, orang yang mengalami dan menghidupi Injil menemukan kepuasan sejati dalam Kristus, ia akan melihat bahwa Tuhan itu indah, sekalipun banyak pergumulan yang dialami, dia akan melihat Tuhan itu indah. 

Religious people find God useful,Gospel people find God Beautiful - Timothy Keller – 

Seringkali kita memaksa Tuhan untuk menggenapi doa-doa sesuai keinginan kita, Bahkan seringkali kita merasa sudah berdoa dengan sungguh-sungguh, lalu kemudian kita menuntut Tuhan menggenapi pokok-pokok doa kita, bukankah ini tindakan yang kurang ajar? 

Ilustrasi : Tidak bermaksud mengecilkan jasa asisten rumah tangga, tetapi bayangkan jika anda memiliki asisten rumah tangga atau sopir atau bahkan karyawan, tetapi ART atau karyawan itu justru yang memberi perintah seenaknya kepada kita sang pemilik perusahaan atau pemilik rumah? bayangkan perasaan anda! Jika doa-doa kita dijawab oleh Tuhan, bukan karena kita baik, bukan juga karena Tuhan dapat dikontrol oleh doa-doa kita, melainkan jika doa kita dijawab, itu karena doa kita selaras dengan isi hati-Nya dan itu berdasarkan kedaulatan-Nya !! 

Hal ini perlu menjadi perenungan kita, apakah Kristus sudah cukup bagi kita? Apakah karya salib Kristus sudah menjadi sumber pengharapan kita? Apa yang jadi kepuasan kita saat ini? Jangan heran kalau kita sering kecewa dengan keadaan, jangan-jangan kepuasan kita itu hanya pada hal-hal yang sementara Apakah itu pencapaian kita? Apakah kita menjadi puas ketika diakui banyak orang? apakah kita menjadi puas ketika memiliki banyak materi? Mengapa kita banyak mengalami kekecewaan dan kehilangan pengharapan? Karena kita salah dalam meletakkan pengharapan 

Roma 5:2 – 5 

Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. 

Aplikasi : Seharusnya perjumpaan dengan Kristus itulah yang menjadi kepuasan terbesar bagi kita orang percaya, acap kali kita tidak mengalami kepuasan yang sejati bahkan mengalami kehilangan pengharapan, karena sebenarnya kita salah dalam meletakan pengharapan. 

“kalau saya memiliki Kristus dan kehilangan segala sesuatu saya memiliki segala2nya Tetapi kalau saya memiliki segala-galanya dan tidak memiliki Kristus maka sebenarnya saya sudah kehilangan segala-galanya”. 

- Matt Chandler – 

Simeon yang hanya memandang cicipan keselamatan bisa memuji Allah, seharusnya kita lebih berbahagia, kita sudah melihat karya Salib Kristus. kita yang sudah melihat penggenapan keselamatan Allah yang jauh lebih besar. Jikalau Simeon sudah puas dengan hidupnya, hanya dengan melihat keselamatan melalui bayi Yesus, apalagi kita yang sudah melihat dan menikmati realisasi dari pengharapan itu. 

Kita sudah melihat keselamatan itu sudah sampai kepada bangsa-bangsa. Ini adalah pengharapan bagi kita untuk tidak takut dan kuatir. Selalu ada alasan untuk memuji Allah dan bersyukur. Tetapi begitu sulit kita memuji Allah dan bersyukur, hal itu disebabkan hidup dalam penyembahan berhala dalam hati kita. Oleh karena itu hati kita perlu diterangi oleh Injil, melalui perkataan Simeon kepada Yusuf dan Maria, Simeon mengatakan bahwa “Anak itu” akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain, dan menjadi perbantahan apa maksudnya? 

             2. ALLAH MEMBERIKAN PENYATAAN UNTUK MENCELIKKAN PIKIRAN DAN HATI UMAT-NYA SUPAYA MENGENAL SANG PENYELAMAT 

Lukas 2:34 

Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan

Anak itu (Yesus), yang akan menjadi berkat baik bagi Israel maupun bagi bangsa-bangsa lain. Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang di Israel, untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan Yesus akan menjadi satu tanda yang menimbulkan perbantahan, dan terdapat konflik tetapi bukan karena Yesus mengadu domba, juga bukan karena Yesus menggerakkan orang untuk melakukan kekerasan atas nama agama, bukan di dalam pengertian itu. Tetapi artinya bahwa Yesus datang untuk menjadikan nyata pikiran hati banyak orang, ada orang-orang yang melawan kebenaran, ada orang-orang yang menolak pengenalan akan Allah. Alkitab mencatat Yesus datang sebagai terang, mengapa Dia disebut terang? Karena terang pasti membongkar semuanya bukan? Orang-orang Farisi sangat terusik hatinya karena self righteousness-nya langsung dibongkar, kesombongan mereka dalam memahami Taurat, mereka yang tidak memiliki belas kasihan, itu semua dibongkar melalui perumpamaan-perumpamaan Yesus. 

Rupanya ini tidak hanya berlaku bagi ahli Taurat pada masa itu, hal ini juga berlaku bagi kita yang hidup di masa kini. ini juga berbicara tentang konflik di dalam hati kita. Kita sebagai orang berdosa, seringkali kita memiliki kebenaran versi kita sendiri, seringkali kita menganggap kita paling bijaksana dalam mengambil keputusan. Seringkali kita lebih suka untuk menghidupi self-knowledge yang distorted, yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, sehingga waktu berjumpa dengan Yesus, waktu berjumpa dengan kebenaran ada konflik terjadi dalam hati. Karena apa? Karena terang itu menelanjangi kerusakan yang mendalam dalam hati kita, menelanjangi self-righteous kita, semua kerut-kerut, semua borok-borok akan kelihatan dengan adanya terang, tetapi kita tidak suka dengan pemandangan itu, kita lebih suka menutupi itu semua dengan makeup yang tebal, tidak heran aplikasi filter kamera itu sangat disukai orang jaman now, sederhananya kita tidak suka ketika kelemahan kita diekspose. 

Sesungguhnya kita itu akan merasa terganggu ketika kelemahan kita disorot, ini bukan hanya soal fisik tetapi yang terutama adalah penyembahan berhala yang ada di dalam hati kita. Karena faktanya ketika Terang itu menghampiri kita, kebenaran Terang Injil itu juga menunjukan kerusakan-kerusakan yang ada dalam hati kita yang mungkin sebelumnya kita sendiri tidak tahu akan hal itu. Inilah artinya hati dan pikiran menjadi nyata waktu kita hidup di dalam terang 

Lukas 2:34b 

“Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan 

Tetapi dalam ayat yang sama ini juga bisa menjadi penghiburan bagi kita, karena Anak ini dijanjikan bukan hanya untuk menjatuhkan, tetapi juga untuk membangkitkan, Sungguh berbahagia mereka yang dibangkitkan dan bukan dijatuhkan oleh Anak ini. Siapa yang dibangkitkan dan dijatuhkan? 

Yang dibangkitkan adalah mereka yang menyadari betapa berdosanya ia dihadapan Allah, dan mengakui bahwa tidak mampu mengatasi dosa-dosanya, dan menyadari bahwa ia membutuhkan Sang Penyelamat. Yang dijatuhkan adalah mereka yang merasa sudah cukup baik dihadapan Allah, dan merasa lebih baik ketika melakukan ritual agamawi, sehingga ia tidak merasa membutuhkan Sang Penyelamat. Biarlah kita menjadi orang yang menyadari bahwa kita adalah orang berdosa yang membutuhkan Penyelamat. 

Yohanes 11:25 

Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, 

Inilah yang dikatakan sebagai pengharapan sejati, karena kita memiliki pengharapan kepada Kristus yang bangkit, ini merupakan jaminan dan penghiburan bagi kita orang yang ada dalam Kristus. 

           GOSPEL CONNECTION 

Lukas 2:35 

dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” 

Ini merupakan perkataan Simeon kepada Maria tentang keberadaan Yesus juga dalam taraf tertentu akan menimbulkan kepedihan. Gambaran kesedihan ini menjadi sangat jelas sebab kata “pedang” (rhomphaia) yang muncul di sini merujuk pada pedang yang panjang. Pedang panjang itulah yang akan menusuk jiwa Maria. Kisah-kisah selanjutnya menerangkan kepedihan ini. Maria harus belajar menerima kenyataan bahwa Yesus Kristus akan lebih taat kepada Bapa-Nya daripada orang tua jasmaninya (2:49). Di penghujung hidup Yesus, Maria harus menyaksikan penderitaan anaknya di atas kayu salib 

“Perkataan Simeon, mengungkapkan secara kontras mikrokosmos (miniatur) dari paradoks Injil, yang mendatangkan suka dan duka, dan di mana sukacita penggenapan akan tujuan kasih Allah dicapai justru melalui penolakan dan kematian Anak-Nya,” - R.T. France – 

Dia rela terpisah dengan Allah Bapa supaya kita yang terpisah dengan Allah dapat kembali berelasi. Dia rela ditolak supaya kita diterima oleh Allah melalui Kristus. Dia rela menjadi hina supaya kita yang hina dapat dimuliakan di dalam Kristus. Dia rela mati supaya kita yang mestinya binasa mendapat hidup 

IMPLIKASI 

  • Karena Kristus turun kedunia. Kita tidak perlu takut akan masa depan, karena Dia telah berjanji menyertai kita.
  • Kita tidak perlu kuatir tentang kehidupan, karena dalam Kristus kita pengharapan kekal.
  • Kita tidak perlu takut menderita, karena Dia senantiasa mendampingi bahkan dalam penderitaan.
  • Kita tidak perlu mencari kepuasaan dari dunia, karena dalam Kristus kita dapat menemukan kepuasan sejati