JESUS, The Prince of Peace

JESUS THE PROMISE FULFILLED Week 6 "Jesus, The Prince Of Piece"

Ps. Dave Hatoguan

Pembacaan : Yesaya 8: 23; 9 : 1 - 6

Setiap kita tentunya memiliki makna yang berbeda jika berbicara tentang damai, ada orang yang memaknai sebuah kedamaian itu jika tidak ada tidak ada perang, atau paling tidak makna damai itu jika tidak ada cek-cok dalam rumah tangga, tidak ada perselisihan dengan orang lain. Ada juga orang yang memaknai kedamaian itu jika ada uang di rekening dalam jumlah besar, mempunyai investasi, memiliki asuransi kesehatan, ada pula yang memaknai situasi damai itu jika dapurnya tetap “ngepul” alias selalu ada masakan atau makanan dan tidak merasakan kelaparan, dan juga ada yang memaknai kedamaian itu ketika bisa berlibur ke suatu tempat, terbukti banyak orang rela mengeluarkan uang begitu banyak bahkan rela hutang hanya untuk healing dan pergi shoping. 

Tidak ada yang salah dengan itu semua, karena sebenarnya yang dibutuhkan oleh kita semua sebenarnya adalah kedamaian, setiap orang akan rela melakukan semua hal untuk mendapatkan kedamaian, tetapi faktanya ketika sudah berhasil mendapatkan hal yang diinginkan juga belum mendapatkan kedamaian itu, kalau pun dapat sifatnya hanya sesaat. 

Oleh karena itu di awal tahun ini kita akan melihat bagaimanakah definisi atau makna damai melalui lensa Injil, karena begitu banyak versi tentang makna kedamaian bagi setiap orang, bahkan di awal tahun ini kita sudah dibayang-bayangi ketakutkan dengan berita tentang akan terjadi resesi ekonomi, yang seringkali mengusik kedamaian hati kita, belum lagi banyak paranormal atau biasa dipanggil pakar spiritual angkat bicara dan meramalkan bahwa akan terjadi banyak bencana alam dan kekacauan di Indonesia. 

Tetapi itu bukanlah sesuatu yang mengherankan dan bersifat supranatural, itu adalah hal yang wajar, karena memang kita tinggal di Indonesia yang adalah kawasan terdapat banyak gunung berapi (ring of fire ) dan banyak lempengan-lempengan yang berpotensi terdapat bencana alam, lagi pula tahun 2023 adalah tahun dimana persiapan untuk pemilu 2024, jadi tentunya ini bukan sesuatu yang mengherankan. Lebih lagi kita tinggal dalam dunia yang sudah rusak karena dosa. Orang Kristen jangan percaya ramalan manusia !! baik itu dukun maupun mereka yang mengaku hamba Tuhan, dan apalagi masih percaya hari baik, itu jelas salah kaprah !! Orang Kristen seharusnya percaya bahwa kita memiliki Tuhan yang baik setiap hari, karena kita memiliki Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita begitu saja, tetapi Dia adalah Allah yang berdaulat dan memegang kendali dalam hidup kita. 

Sebab itu  kita akan merenungkan Firman Tuhan supaya kita memiliki pandangan yang sehat apa itu damai yang sejati, dan bagaimana kita tetap memiliki kedamaian dalam situasi yang tidak stabil. 

           1. ALLAH MEMBAWA UMAT-NYA DARI KEGELAPAN MENUJU KEPADA TERANG-NYA SUPAYA MENGENAL SANG DAMAI 

Yesaya 9:1 

Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. 

Dalam kisah ini Yehuda (Israel Selatan) dan Israel Utara hidup dalam kegelapan yang besar di negeri kekelaman. Mereka digambarkan seolah-olah sudah "mati" dalam dosa-dosa mereka, mereka ada dalam perzinahan dan ketakhayulan seperti yang dilukiskan dalam Yesaya 8:19-23 (bandingkan 60:2: 1:4-9), tanpa ada tanda kehidupan, mereka ada dalam keadaan di tengah kekelaman (deep darknesss), digambarkan dalam keadaan sunyi senyap seperti di alam maut. 

Kemudian dalam Yesaya 9 ini juga, dimulai dengan suatu perbandingan yang kontras, yaitu pada ayat 1. Ada dua hal kontras (bangsa yang berjalan di dalam kegelapan~melihat terang besar); kemudian mengerucut menjadi (mereka yang diam dalam negeri kekelaman~atasnya telah bersinar) ini menjelaskan betapa sangat dinantikan, betapa pentingnya kehadiran Sang Raja Damai. 

Mereka "telah melihat terang besar" yang menembus kegelapan itu dan menerangi seluruh lingkungan dan perorangan baik secara lahir maupun batin, sehingga menimbulkan kehidupan yang baru. Dalam teks itu dikatakan “terang besar” jelaslah itu bukan sinar matahari biasa, melainkan yang berasal dari Tuhan sendiri. Itulah "terang kebesaran" itu, yang mengenyahkan segala kegelapan dan kesunyian maut. Akibatnya, timbul kehidupan baru dan sukacita besar, sorak sorai yang mengusir kesunyian. Mereka bersorak sorai di hadapan Tuhan. 

Setelah Gideon melepaskan bani Israel dari penjajahan bangsa Midian, maka ia menyebut Nama Allah sebagai YEHOVAH (Adonay) SHALOM. Karena saat itu bani Israel merasa hidup damai (sentosa) dan tidak ada bangsa yang menjajah / memusuhinya. 

Post Tenebras Lux. Kalimat ini terpampang di depan tembok Reformasi yang sangat terkenal di Jenewa, yang artinya “Sesudah Kegelapan, Terang !” Pengharapan setelah kekelaman pun muncul dalam nubuatan kitab Yesaya, yang dimana pada Yesaya 9, ayat 1 dan 2. 

Ini bisa terjadi oleh karena batin dan hati mereka telah "diterangi", sehingga bisa "melihat" kebenaran Tuhan, dan menyadari kesia-siaan sikap berdosa sebelumnya yang dikuasai oleh kegelapan. Kesukaan besar yang dirasakan oleh seluruh umat digambarkan dan dihubungkan dengan pesta panen yang besar dan pesta kemenangan perang yang gemilang. Dalam kejadian-kejadian tersebut mereka dapat "melihat" tangan Tuhan bekerja menolong mereka. 

Ilustrasi : Bayangkan jika listrik dirumah anda padam karena memang terjadi kerusakan kelistrikan di daerah wilayah anda tinggal, dan listrik padam tersebut terjadi di malam hari. Hal ini tentunya akan sangat menggangu kita karena memang kegelapan akan membatasi ruang gerak dan aktivitas kita. Tentu saja jika itu terjadi kita hanya bisa menunggu petugas PLN memperbaiki kerusakan yang terjadi, maksimal yang bisa kita lakukan hanya menyalakan lilin, tapi hanya dengan menyalakan lilin itu tidak bisa menyelsaikan persoalan utama, akan begitu banyak kegiatan yang tertunda bahkan menjadi lumpuh jika peralatan elektronik yang lain tidak mendapatkan akses sumber listrik. 

Demikian pula dengan upaya atau usaha apapun yang dilakukan oleh manusia untuk dapat mencari jalan keluar supaya dapat berjumpa dengan Allah, mereka tidak akan dapat menemukan terang itu, jikalau Kristus Sang Terang itu tidak datang menghampiri dan menyelsaikan masalah utama manusia yaitu dosa. Dosa itu membuat kita menjadi lumpuh secara rohani, dosa itu membutakan mata kita, sehingga kita tidak dapat mengenal Allah. 

Karena dalam kegelapan dosa kita tidak akan pernah membuat kita mengalami kedamaian yang sejati. Allah begitu mengerti bahwa tanpa mengenal Pribadi Sang Damai kita akan pernah mengalami damai. Allah memanggil kita dari gelap menuju terang supaya kita menemukan damai sejati, Damai Sejati Hanya Ditemukan Ketika Kita Mengenal Kristus, karena kita sadar bahwa masalah terbesar kita sudah Dia diselsaikan, jikalau masalah terbesar itu sudah diselsaikan seharusnya kita tidak perlu kuatir dengan hal-hal yang menghilangkan kedamaian kita. 

Oleh karena itu Rasul Paulus berkata dalam suratnya untuk jemaat Filipi demikian : Filipi 3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, 

Disini Rasul Paulus mengatakan bahwa jika dapat mengenal Kristus itu adalah sesuatu yang mulia dan sangat berharga melebihi apapun. Rasul Paulus menyadari bahwa hidup dalam kegelapan dosa, walaupun ia dapat mencapai sesuatu, tapi tanpa mengenal Kristus maka semuanya adalah kesia-sian, tidak ada kedamaian sejati jika kita diluar Kristus, saya berdoa kita semua adalah orang-orang yang ada dalam Kristus. 

Tetapi kebanyakan orang Kristen memiliki konsep yang salah dalam memaknai kedamaian mereka mengatakan bahwa mereka akan tenang dan damai saat tidak ada masalah, saat semua berjalan dengan mulus. Faktanya dalam kehidupan bukankah masalah akan selalu ada? 

Damai sejati itu bukan artinya tidak ada tantangan dalam kehidupan, damai sejati itu bukan berarti saat semua berjalan dengan mulus tanpa persoalan, tetapi jika kita sadar bahwa kita telah dipanggil menjadi milik Kristus dan Kristus menjadi milik kita satu-satunya maka apapun yang terjadi dalam kehidupan, entah itu resesi, entah itu aniaya, entah itu pergumulan. Kita akan tetap mengalami damai, karena Sang Damai itu telah tinggal dalam kita. Bahkan Sang Damai itu tidak hanya tinggal dalam kita, tetapi Sang Damai itu juga membebaskan, menyertai ,dan memampukan kita lepas dari belenggu supaya dapatmengalami damai sejati. 

           2. ALLAH MEMBEBASKAN UMAT-NYA DARI BELENGGU DOSA SUPAYA UMAT-NYA DAPAT MERASAKAN DAMAI SEJATI 

Yesaya 9:3 

Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian.)

Kita perlu mengetahui apa itu “kuk” secara harafiah adalah kerangka kayu untuk menghubungkan dua ekor binatang (biasanya lembu jantan) untuk membajak. Namun secara metaforis, biasanya untuk melukiskan takluknya seorang pribadi kepada orang lain, kuk ini memiliki kekuatan untuk mengontrol sesuai yang diinginkan pribadi yang memegang kendali. 

Dalam Perjanjian Lama, kata kuk sering dipakai untuk menggambarkan perhambaan atau perbudakan yang diderita bangsa Israel di bawah penindasan Mesir, Asyur, dan bangsabangsa lain. Berulang kali kita melihat Allah berjanji mematahkan kuk yang berat itu (Keluaran 6:5-6; Imamat 26:13; Yesaya 14:25; Yeremia 30:8; Yehezkiel 34:27). Dalam nubuat dari Yesaya 9:3 hari ini, kita membaca mengenai kuk lain yang telah dipatahkan. 

Dalam tafsirannya mengenai kitab Yesaya, Edward Young, menggambarkan kuk ini sebagai “beban berat dari dosa dan kebobrokan, dari perbuatan meninggalkan Allah, serta konsekuensi jahat dari perbuatan tersebut.” 

Yesaya menggunakan beberapa istilah untuk menggambarkan betapa beratnya tekanan yang dialami oleh Israel yaitu (kuk, gandar, dan tongkat). Dan Allah menjanjikan pembebasan melalui nubuatan. Yesaya 8:23, Allah akan membebaskan bangsa itu dari kuk penindasan orang Asyur (Yes 10:24-27). Kuk yang berat dan menekan di atas pundak mereka, akan dipatahkan dengan cara yang ajaib “seperti pada hari kekalahan Midian” pada zaman Gideon (Hak 6:9) orang Midian dengan tentaranya yang besar menindas dan merampok Israel, tetapi Gideon dengan pertolongan Tuhan mengalahkan mereka dengan sedikit tentara. 

Allah membebaskan bangsa itu dari kuk penindasan dari orang Asyur (bandingkan Yesaya 10:24-27). Kuk yang berat dan menekan di atas pundak mereka akan dipatahkan dcngan cara yang ajaib, Peristiwa ini sama "seperti pada hari kekalahan Midian" pada zaman Gideon (Hakim 6:9): orang-orang Midian dengan tentaranya yang hesar menindas dan merampok Israel yang tidak berdaya. 

Yesaya melukiskan kedatangan Raja Damai, membawa kelepasan secara total, karena bukan saja dilepaskan dari kuk, atau hal-hal yang menghambat seseorang untuk merdeka dan menikmati kebebasan serta sukacita didalam Tuhan, melainkan juga menyapu bersih semua musuh, dapat kita sebut sebagai kelepasan yang total. 

Hal ini tentunya menghibur umat serta memberi kekuatan kepada umat pada waktu itu, bahwa tidak ada lawan yang bertahan ketika Allah menjadi pembela, namun menguatkan kita juga bahwa Raja Damai yang dijanjikan itu sudah datang, tidak hanya sanggup melepaskan setiap beban dan hal-hal yang mengikat namun juga memberi jaminan keamanan yang total ketika berada di dalam-Nya. 

Tetapi faktanya banyak orang Kristen justru membelenggu dirinya sendiri, mereka membelenggu diri mereka sendiri dengan kuk legalisme atau agamawi, mereka pikir jika melakukan perbuatan legalistik, rajin memberi, menolong orang lemah, beribadah, mereka dapat menemukan damai sejati, karena menganggap Tuhan berkenan. Secara tidak sadar mereka memperlakukan Tuhan seperti seseorang yang dapat disogok dengan materi. 

Atau sebaliknya mereka mau hidup bebas tanpa batasan apapun, karena mereka melihat agama hanya sebatas peraturan-peraturan moralistik, jadi mereka beranggapan melakukan apapun sesuka hati tanpa batasan akan mendatangkan damai dan sukacita. Padahal liberalisme itu juga merupakan kuk, dengan sengaja kita menghambakan diri pada dosa 

Ini adalah 2 ekstrem yang tidak benar (legalisme dan liberalisme), yang membuat orang percaya tidak memiliki damai sejati yang justru membelenggu. Faktanya kedua ekstrem itu justru membuat kita terpuruk, mereka yang legalistik akan kecewa jika situasi tidak seperti yang mereka harapkan dan mereka yang liberalis akibatnya malah terjerumus dalam pelbagai macam dosa, ketika orang berusaha menghibur diri tanpa batas justru dosa itu malah membelenggu serta mendatangkan konsekuensi logis yang mendatangkan berbagai duka. 

Yang liberal mencari kedamaian dengan cara merokok untuk melepas stress, berganti-ganti pasangan “friend with benefit”, melakukan hobi yang berlebihan sampai mengorbankan banyak hal, dan yang legalistik akhirnya melakukan bermacam hal yang bersifat rohani namun semuanya berpusat pada diri sendiri, bukan bedasarkan mengasihi Tuhan. 

Allah tidak ingin kita berada dalam 2 belenggu tersebut, oleh karena itu Dia memberikan kelepasan melalui Kristus, tapi kita seringkali memiliki kecenderungan mencari kelepasan versi kita sendiri, dan ketika kita mencari kelepasan versi kita sendiri, sesungguhnya kita malah menaruh kuk/belenggu untuk diri kita sendiri. 

Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata 

Matius 11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. 

Matius 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. 

Matius 11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” 

Allah tahu bahwa belenggu membuat kita hidup dalam dukacita, oleh karena itu Dia memberikan diri-Nya bagi kita melalui karya salib-Nya, supaya kita dapat merasakan damai dan sukacita sejati. Marilah kita datang kepada-Nya, karena kuk yang diberikan oleh Tuhan Yesus itu ringan, karena sesungguhnya Kristus sudah menggantikannya dan anda tidak sendirian menanggungnya, tapi Anugerah-Nya melalui Roh Kudus itulah yang memampukan. 

Allah, menyelamatkan kita bukan dengan menurunkan kitab suci atau mengutus para nabi, tetapi dengan datang sendiri. - Bedjo Lie – 

Hal ini tentunya menjadi penghiburan bagi kita yang umat yang telah ditebus, serta memberi kekuatan dan jaminan, bahwa saat ini Raja Damai yang dijanjikan itu sudah datang, Dia tidak hanya sanggup melepaskan setiap beban dan hal-hal yang mengikat namun juga memberikan keamanan yang total ketika berada di dalam-Nya, Ketika Kristus menjadi pusat kehidupan kita, maka sekalipun menghadapi situasi tak kondusif, kita akan tetap dapat mengalami damai sejahtera. Tuhan tidak hanya membawa kita mengenal Dia, dan membebaskan kita dari belenggu, tetapi Dia rindu supaya kita juga membawa damai itu kepada sekeliling kita. 

              3. ALLAH BAPA MENGUTUS PUTERA-NYA YANG TUNGGAL UNTUK MENDAMAIKAN UMAT-NYA SUPAYA UMAT-NYA JUGA DAPAT MENJADI PENYALUR DAMAI 

Yesaya 9:5 

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. 

Yesus Kristus dalam nubuat yang ditulis Nabi Yesaya, Dia digelari Raja Damai atau dalam bahasa aslinya “śar-šālôm”. Ayat ini diucapkan oleh Nabi Yesaya, sekitar 750 tahun sebelum Tuhan Yesus datang ke dalam dunia ini. Tidak ada tokoh siapapun di dalam dunia ini yang sebelum kelahirannya ke dalam dunia, sudah dinubuatkan sebelumnya kecuali Yesus Kristus. Bahkan sebenarnya bukan saja Nabi Yesaya yang menubuatkan kelahiran-Nya ke dalam dunia, Tetapi juga nabi-nabi yang lain yang hidup sebelum nabi Yesaya sudah memberitakan tentang kedatangan Yesus Raja Daud menceritakan tentang datangnya anak Daud yakni Mesias, 1000 tahun sebelum Tuhan Yesus lahir ke dalam dunia. 

Lebih tua lagi, Abraham, sebelumnya juga sudah menubuatkan tentang Kristus yang akan datang. Kenyataan ini tentu menjadi hal yang menarik untuk kita perhatikan bersama-sama Raja Damai itu memerintah di atas takhta Daud. Hal ini berarti bahwa ia adalah Raja yang sah dan legal. Berbeda dari raja-raja yang lain, Raja itu akan memerintah dengan hikmat ilahi "dalam kebenaran dan keadilan", sesuai dengan hukum-hukum Allah. Jadi, di sini kita melihat adanya hubungan yang sempurna antara: kuasa - kasih - keadilan dan kebenaran. Kuasa yang didasarkan atas kasih menimbulkan keadilan dan kebenaran yang sejati, kemuliaan Tuhan dan keselamatan bagi umat-Nya. Yesus Kristus Sang Raja Damai, Dia memberikan damai sejahtera, seperti dalam makna kata שלום - SHALOM mempunyai arti yang luas dan mencakup seluruh bidang atau aspek kehidupan. 

Ini berarti keadaan hidup yang penuh damai sejahtera, yang utuh dan serasi (harmonis) dan lengkap. SHALOM, mengandung makna yang luas mencakup: damai, sejahtera, sentosa, aman, selamat, tidak kekurangan, completeness. Dan sehari-hari pun kita sering mengucapkan kata sapaan (Salam) dengan orang lain dengan "Shalom" atau ditulis dengan “Syalom." Tetapi sesungguhnya Shalom, memiliki makna yang lebih dari suatu keadaan kemakmuran dan keadilan, lebih dari itu SHALOM bermakna lebih dalam yaitu kesehatan bagi jiwa yang sakit akibat dosa, SHALOM suatu hubungan yang baik dan sehat antara orang berdosa dengan Allah, sederhananya SHALOM itu ketika kita manusia berdosa diperdamaikan dengan Allah. 

Sejak Adam-Hawa jatuh ke dalam dosa, Alkitab menyatakan manusia oleh dosa/ kejahatannya menjadi seteru Allah oleh karena pemberontakan mereka sendiri, sehingga manusia memperoleh predikat "anak-anak durhaka". Tetapi dengan berkat kematian Yesus Sang Mesias di kayu salib, maka Ia telah memperdamaikan kita dengan Allah melalui kematian-Nya. 

Kolose 1:20 

dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. 

Yesus telah mendamaikan kita dengan Allah Bapa, ilustrasi jabat tangan Romawi, ajak volunteer maju kedepan Aplikasi : Allah sudah mendamaikan kita dengan diri-Nya, Tuhan rindu untuk setiap kita yang sudah menerima pendamaian juga membawa berita damai untuk dunia sekeliling kita, Kita tidak hanya menerima pendamaian melalui karya salib Kristus, tetapi kita juga diutus untuk membawa damai kepada sekeliling kita. 

Akan tetapi kita sebagai orang percaya yang sudah mendapat pendamaian seringkali justru gagal membawa damai itu kepada sekeliling kita, seringkali kita pasif dalam memberitakan kabar baik atau berita Injil, malahan justru aktif mem-broadcast informasi atau berita yang menakutkan dan menghilangkan damai sejahtera lewat gadget kita. Pembawa damai itu bukan sekadar sikap pasif dari orang yang berdiam diri tidak berbuat apa-apa, karena takut jangan-jangan malah menambah runyamnya masalah. Membawa damai adalah sikap aktif, kreatif, dan berinisiatif untuk mencari solusi atau jalan pemecahan demi perdamaian, meski jalan penuh tantangan. 

Dikatakan orang yang “membawa atau mengupayakan damai" dan bukan sekadar orang yang “cinta atau suka damai", sebab sering kali terjadi bahwa orang-orang cinta damai pun malah bertindak salah yang menimbulkan kerunyaman dan pertikaian. Misal, orang cinta damai yang melarikan diri, tidak mau menghadapi dan menghindari persoalan-persoalan hidup. Persoalan seperti itu tidak akan selesai dengan sendirinya, tetapi tanpa dibereskan, justru akan tumpuk-menumpu dan menjadi beban berat dalam kehidupan. 2 Korintus 5:18, Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 

GOSPEL CONNECTION 

Perdamaian di dunia ini sejak zaman dahulu, seringkali dapat dicapai dengan perang, perdamaian seringkali tercapai jika ada salah satu pihak kemenangan dan ada pihak yang lain mengalami kekalahan, kedamaian seringkali baru bisa dicapai melalui penaklukan diri pada negara lain. Banyak negara terus mengembangkan teknologi militer, dan bersiaga dengan berbagai macam senjata, dengan sebuah dalih untuk menjaga kestabilan secara nasional maupun internasional. Upeti atau pajak harus diberikan oleh negara yang ditolong. Beberapa wilayah harus direlakan untuk dikuasai negara yang menolong. Tidak ada skenario yang benar-benar untung secara adil (win-win solution). 

Tetapi, Raja Damai di Yesaya 9:5 adalah Allah Putera yang menderita di Yesaya 52:13-53:12. Ia rela menanggung penderitaan demi kedamaian. Ia rela mengambil kesalahan orang lain dan menaruhnya di atas bahu-Nya, Ia rela menanggung kehinaan, Bahkan kesalahpahamanpun diterima-Nya. Semua dilakukan-Nya demi kedamaian. Dikayu Salib Yesus memegang tangan Allah dan tangan manusia lalu ia memperdamaikan manusia dengan Allah. Di sini Yesus Kristus menjadi YEHOVAH (Adonay) SHALOM. Dan atas kedatangan-Nya ke bumi ini, Ia menjadi Juru Pendamai menjadi korban pengampunan dosa 

Jadi damai sejati adalah ketika Allah menyertai. Damai sejati adalah ketika beban kita diangkat dan dosa kita ampuni. Damai sejati adalah ketika kita diperdamaikan dan relasi kita kembali dipulihkan dengan Allah melalui Kristus 

IMPLIKASI. (Yohanes 14:27)

Karena Sang Raja Damai telah turun ke dunia 

  • Karena Sang Raja Damai senantiasa mendampingi, maka kita tidak perlu takut menghadapi hari esok 
  • Karena Sang Raja Damai sudah melepaskan dari beban cara hidup yang sia-sia, maka kita tidak perlu mencari damai dari hal sementara 
  • Karena Sang Raja Damai sudah memperdamaikan diri-Nya, maka kita perlu penyalur damai kepada sekeliling kita 
  • Karena Sang Raja Damai sudah memperdamaikan diri-Nya, maka kita perlu memberikan seluruh hidup bagi kemulian-Nya