Pencipta Langit dan Bumi

 THE APOSTLES’ CREED WEEK 3 "Pencipta Langit Dan Bumi" 

Ps. Lius Erik

 


Pembacaan       :   Yohanes 1:1-11

Kita akan masih berada di dalam sermon series kita yang berjudul di Apostle Creed atau Kredo Rasuli dan kita sudah memasuki minggu yang ketiga. Minggu yang pertama kita membahas frasa pertama dari pengakuan iman rasuli Aku percaya. Minggu lalu kita sama-sama belajar mengenai frase yang kedua yaitu Allah Bapa yang maha kuasa dan hari ini kita masuk kepada frase yang ketiga yang akan sama-sama kita pelajari yaitu Pencipta langit dan bumi atau di dalam pengakuan iman rasuli kita biasanya mengucapkan khalik langit dan bumi. Khalik artinya pencipta.

Banyak pandangan bermunculan terkait siapa yang menciptakan dunia ini dan bagaimana dunia ini tercipta dimulai. Dari sejak zaman dahulu  sudah muncul mitologi-mitologi kuno yang menceritakan tentang asal-usul bagaimana dunia ini terbentuk dan siapa yang menciptakannya, misalnya di dalam budaya Tiongkok kuno ada banyak versi mengenai bagaimana dunia ini diciptakan salah satunya misalnya tokoh bernama Pangu yang dikatakan muncul dari kekacauan sebelum dunia ini dibentuk dan Pangu dikatakan tinggal di langit dan dia mengatur benda-benda langit dan dia juga memisahkan antara daratan dan lautan. Ada versi yang lain yang mengatakan bahwa dunia ini tercipta baru sesudah Pangu ini wafat sesudah dia dikatakan kelelahan karena dia harus menopang langit selama 18.000 tahun. 

Ada lagi versi yang lainnya yang mengatakan bahwa dunia ini diciptakan oleh Dewa yang bernama Fuksi dan Nua. Diceritakan bahwa mereka menciptakan dunia ini selama 6 hari saudara dan katanya pada waktu hari yang ketujuh Nuah akhirnya menciptakan manusia karena dikatakan Nuah ini merasa kesepian dan di situ diceritakan akhirnya terciptalah makhluk yang terbuat dari lumpur.

Ada juga mitologi lain yang berasal dari budaya Yunani kuno  salah satunya adalah kisah tentang sosok bernama Keos - kekacauan yang dikatakan tidak memiliki bentuk dan identitas yang jelas lalu kemudian lahirlah sosok lain yang berasal dari Keos yang bernama Erebos yang disebut sosok kegelapan. Kemudian juga lahirlah sosok bernama NIK yang dikatakan sebagai seorang Dewi dan keberadaan tiga sosok ini yang kemudian dipercaya menjadi awal dari terbentuknya alam semesta. Selain itu kita tahu ada lagi mitologi-mitologi dari berbagai negara lainnya dari Mesir Kuno dari India kuno dan berbagai negara.

Tidak hanya mitologi kuno yang masih dipercaya oleh banyak orang,  kita tahu ada banyak agama dan juga kepercayaan- kepercayaan punya versi mereka masing-masing tentang bagaimana dunia ini diciptakan dan siapa yang menciptakan.  Maka dari itu Kredo Rasuli ini dibuat pada waktu abad kedua dimana salah satu tujuannya adalah untuk menjadi pagar bagi kita di dalam menghadapi ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan pengajaran iman Kristen.  Pernyataan Allah Pencipta langit dan bumi yang terdapat di dalam pengakuan iman rasuli tentunya bukan menjadi hal yang membingungkan bagi setiap kita. Di banyak gereja kalimat ini biasanya diucapkan di awal ibadah yang dikenal dengan istilah votum atau pernyataan Iman yang berbunyi seperti ini “ pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi dan seterusnya.  Di dalam Alkitab kita juga dapat menemukan ayat-ayat yang dengan jelas menyebutkan bahwa Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Namun yang kadang menjadi pertanyaan beberapa orang adalah ini  apakah ini berarti bahwa hanya Allah Bapa seorang diri yang melakukan penciptaan itu sedangkan Allah Anak yaitu Yesus dan Allah Roh Kudus tidak terlibat di dalam penciptaan hal ini. 

Kita yakin bahwa  Allah Pencipta langit dan bumi itu bukan berarti hanya Allah Bapa saja yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya tetapi  di dalam proses penciptaan maka Allah Bapa Allah Anak dan Allah Roh Kudus bersama-sama bersinergi menciptakan alam semesta dan segala isinya.  Ada beberapa ayat yang menyatakan bahwa Yesus dan Allah Roh Kudus juga terlibat di dalam penciptaan, misalnya di dalam Ibrani 1 ayat 2  dikatakan “ maka pada zaman akhir ini ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan anaknya yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada oleh dia Allah telah menjadikan alam semesta “ Kemudian kalau kita melihat di dalam Mazmur 104 ayat 30 kita melihat bahwa Allah Roh Kudus juga terlibat di dalam penciptaan. Dalam versi Alkitab yang terbuka bagian ini dengan jelas mengatakan “ saat Engkau mengutus Roh- Mu mereka semua tercipta dan Engkau membarui muka bumi.” Namun yang menjadi pertanyaannya adalah apa signifikansinya di dalam kehidupan kita.

Baca : Yohanes 1: 1 - 11

Mengapa ayat bacaan kita terambil dari Yohanes 1,  bukankah bagian ini menceritakan tentang Yesus sedangkan yang sedang kita bahas adalah tentang Allah Bapa.  Justru karena alasan inilah  perbedaan antara iman Kristen dengan agama-agama dan kepercayaan lainnya.  Kalau dari khotbah minggu lalu kita tahu bahwa di dalam pengakuan iman kita kita tidak hanya berkata aku percaya kepada Allah. Banyak agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan yang berkata Aku percaya kepada Allah, tetapi iman Kristen tidak berhenti sampai di situ. Iman Kristen berkata aku percaya kepada Allah Bapa yang maha kuasa dan di dalam iman Kristen kita tidak hanya sekedar percaya tetapi kita pun dapat mengenal akan pribadi Allah yang kita sembah itu. Bagaimana caranya yaitu hanya melalui pribadi Yesus Kristus. Yesus sendiri pernah mengatakan seperti ini “ Aku dan Bapa adalah satu “. Yesus juga pernah berkata kepada Filipus yang pada waktu itu meminta Yesus untuk menunjukkan Bapa kepada mereka. Filipus berkata “ untuk Bapa kepada kami itu sudah cukup bagi kami dan kemudian Yesus menjawab Filipus “ barang siapa telah melihat Aku ia telah melihat Bapa. Kemudian Yesus melanjutkan “ Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku. “ Bahkan kalau kita melanjutkan pembacaan Yohanes 1 ini pada ayat yang ke-18 sangat jelas dikatakan seperti ini “ tidak seorang pun yang pernah melihat Allah tetapi anak tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa Dialah yang menyatakannya. “  Mengenai hal ini Arthur Pink seorang hamba Tuhan pernah mengatakan “ tidak ada pengungkapan yang lebih besar mengenai karakter dan sifat dari Bapa selain melalui pribadi Yesus Kristus.

          1.  MENGENAL ALLAH PENCIPTA MELALUI YESUS SANG PENCIPTA. Yoh 1:1-3

Yohanes 1: 1-3

1:1 Pada mulanya adalah Firman , Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 1:2 Ia pada mulanya  bersama-sama dengan Allah 1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.  

Saat kita membaca Kitab Injil maka kita akan menemukan kisah-kisah yang serupa namun tak sama  atau ada penekanan penekanan yang berbeda di masing-masing kitab.Seolah-olah ini masing-masing penulis menuliskan kitabnya kepada pembaca yang berbeda.  Seolah-olah seperti saat kita menonton sebuah  film kita tahu bahwa pemeran utamanya adalah Yesus. Kita tahu ceritanya eperti apa tetapi kita bisa melihat kisah ini dengan angle yang berbeda-beda namun menceritakan pribadi yang sama.

Dan yang unik dari Kitab Yohanes kalau kita baca dari awal sampai selesai maka kita tidak akan menemukan nama Yohanes si penulis ini tercantum di Kitab Yohanes. Di dalam tulisannya ini Yohanes menyebut dirinya dengan sebutan murid yang dikasihi Yesus. Dia menjuluki dirinya seperti itu di dalam tulisannya mungkin ini terkesan rrogan atau terkesan sombong kedengarannya. 

Apa yang Yohanes nyatakan ini bukanlah satu bentuk arogansi atau kesombongan untuk menunjukkan bahwa dia yang paling dikasihi dibandingkan murid-murid yang lainnya, namun ini justru menunjukkan bentuk kepercayaan diri penuh keyakinan bahwa Yesus mengasihi dia dan bahwa dia telah mengalami kasih Yesus di dalam hidupnya.

Yohanes 1 yang kita baca ini ini adalah bagian yang disebut dengan prolog yaitu suatu  sebuah pengantar atau pembuka dari suatu cerita.  Biasanya sebuah prolog itu pasti atau kemungkinan besar dimulai dengan sebuah cerita yang ringan. Tetapi kalau kita perhatikan prolog yang disampaikan Yohanes di awal suratnya ini terkesan tidak biasa. Berbeda dengan kitab Injil lainnya yang memulai kisah mereka dengan silsilah kelahiran Yesus. Markus yang menceritakan awal mula Yesus dibaptis oleh Yohanes pembaptis sebelum memulai pelayanannya.  Tetapi Yohanes membuka tulisannya dengan sebuah kesimpulan yang sangat kuat tentang siapa pribadi Yesus yang diceritakannya.  Seperti kalau kita menonton sebuah film maka Yohanes seolah memberikan spoiler atau bocoran di dalam film yang ia tonton. Kita dapat mengetahui hal itu karena di bagian akhir dari tulisannya ini Yohanes mengatakan seperti ini “ tetapi semua yang tercantum di sini di dalam Kitab Yohanes ini yang dia tulis telah dicatat supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias Anak Allah. Dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya

Kita kembali kepada bagian ayat yang pertama dan ayat yang kedua,  mengapa Yohanes tidak langsung saja menyebut nama Yesus pada bagian ini tetapi mengapa dia menggunakan kata Firman. Kita semua tentu sudah tahu  bagian kata Firman ini adalah mengacu kepada Yesus,  tetapi mengapa Yohanes tidak menggunakan kata Yesus? Bukankah akan lebih mudah kalau pernyataannya seperti ini pada mulanya adalah Yesus, Yesus itu bersama-sama dengan Allah dan Yesus adalah Allah. Tetapi mengapa Yohanes menggunakan kata Firman? Pertanyaannya adalah apakah penggunaan kata Firman ini membingungkan untuk pembaca pada waktu itu?  Sebenarnya tidak. 

Kata Firman atau The Word di dalam bahasa Inggris adalah kata yang sangat familiar di kalangan orang Yahudi dan orang Yunani pada waktu itu. Yohanes memiliki tujuan pada waktu dia menggunakan kata Firman di bagian ini. Orang Yahudi mengenal kata Firman ini dengan sebutan memra di dalam bahasa aram yang maknanya selalu menunjuk kepada pribadi Allah. Begitu juga dengan orang-orang Yunani maka logos yang artinya adalah Firman adalah kata yang umum yang mereka dengar.  Jadi kata itu seringkali digunakan oleh para filsuf Yunani yang telah hidup ratusan tahun sebelum Yohanes menulis Kitab ini. Mereka memahami bahwa dunia ini memiliki pattern atau pola keteraturan. Ada pagi, siang, sore dan malam. Lalu ada musim-musim yang berganti secara beraturan dan ada waktu-waktu yang berjalan secara teratur. Saat melihat segala keteraturan itu mereka lalu menyimpulkan kalau keteraturan ini terjadi karena ada sesuatu atau sumber yang mengatur semua keteraturan tersebut.  Dan mereka menyebut sumber dan keteraturan itu sebagai logos, sehingga waktu Yohanes menuliskan ayat pertama ini saudara para pembacanya pada waktu itu tahu apa yang Yohanes maksudkan. Jadi dengan menggunakan kata Firman sebenarnya Yohanes ingin menegaskan bahwa Firman itu bukanlah apa melainkan siapa . Kmudian ketika orang Ibrani membaca bagian dari ayat 1 ini khususnya pada kalimat pada mulanya maka mereka langsung tahu bahwa bagian ini adalah bagian yang pernah tulis di dalam kitab kejadian  1 ayat 1 juga dimulai dengan perkataan pada mulanya.  Dan mereka mengingat bahwa pada mulanya Allah menciptakan bumi dan segala isinya dengan firman.

Namun kata pada mulanya di dalam bahasa aslinya  sebenarnya tidak menggunakan artikel atau kata sandang seperti “A” atau “The” di dalam bahasa Inggris. Jadi kalau di dalam bahasa Inggris sebenarnya kalimat itu tidak berbunyi in the beginning  tetapi in beginning. Hal ini menunjukkan bahwa permulaan yang Yohanes maksudkan bukan hanya permulaan penciptaan melainkan permulaan sebelum terjadinya segala sesuatu yaitu sebelum dunia ini diciptakan. Inilah permulaan yang sesungguhnya.  Pada awalnya yaitu sang Firman sesungguhnya sudah ada dari sejak kekekalan. 

Kemudian kalimat berikutnya yang mengatakan Firman itu bersama-sama dengan Allah.  Ada dua poin yang sangat penting pada bagian ini. Yang pertama kata “bersama-sama”.  Kata bersama-sama dengan Allah menunjukkan bahwa ada dua pribadi yang berbeda ada dua pribadi yaitu firman dan Allah. Sang Firman berbeda dengan Allah Bapa. Jadi bagian ini ingin menunjukkan suatu kejamakan Allah. Kalau kita melihat di dalam Kejadian 1 ayat 26 sewaktu Allah menciptakan manusia maka kita juga melihat ada kejamakan Allah di situ. Allah berkata marilah kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa kita yang menunjukkan bahwa penciptaan terjadi melalui tiga pribadi Allah yang saling bersinergi.  Lalu hal yang kedua kata bersama-sama menunjukkan suatu relasi yang sangat erat.  Di dalam bahasa aslinya kata tersebut berarti berhadapan muka dengan muka.  

Kalau di dalam Yohanes 1 ayat 18 kita melihat kalimat yang menunjukkan akan keeratan itu. Di situ dikatakan tidak seorang pun pernah melihat Allah tetapi anak tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakannya.Di dalam Alkitab versi yang lain kalimat tersebut mengatakan Dia yang paling dekat dengan Bapa yang juga diartikan Dia yang berada di dekapan Bapa.  Itu penggambaran sebuah keintiman yang sangat luar biasa.  Jadi bagian ini sesungguhnya ingin menekankan bahwa perbedaan pribadi antara Allah dengan sang Firman namun ada kesatuan di dalam esensi. Lalu di ayat yang ketiga kita dapat melihat bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Dia yaitu Yesus dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 

Di dalam bagian yang lain Paulus mengatakan hal yang senada seperti yang Yohanes tulis.  Di dalam Kolose 1 ayat 15 &16 dikatakan; 

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

Apa yang bisa kita simpulkan pada bagian pertama yaitu menekankan bahwa Yesus adalah Allah pencipta. Tanpa Yesus tidak ada yang dapat diciptakan, artinya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini beserta isinya diciptakan juga oleh Yesus dan sebagai gambar Allah yang tidak kelihatan maka apapun yang Yesus lakukan itu selalu mengarah kepada Allah Bapa

John Calvin menyimpulkannya seperti ini:

Melalui Kristus Allah menunjukkan kepada kita kebenaran-Nya, kebaikan-Nya, hikmat-Nya, kekuatan-Nya - Singkatnya keseluruhan diri Allah terpancar melalui pribadi Yesus Kristus 

Jadi sesungguhnya hanya melalui pribadi Yesus Kristus saja kita dapat mengenal akan siapa Allah Pencipta langit dan bumi.  Namun pertanyaannya bagi kita saat ini adalah Siapakah Yesus bagi kita? Mungkin sebuah pertanyaan yang sederhana dan mudah dijawab, namun apakah kita sungguh-sungguh telah mengenal pribadi Yesus Kristus itu di dalam hidup kita.  Melalui bagian ini kita tahu bahwa Dia juga adalah Allah pencipta dan melaluinya kita tahu segala sesuatu itu diciptakan.

Ciptaan selalu memancarkan kepada penciptanya, misalkan kita melihat ada jam tangan ataupun handphone yang kita miliki.  Kita melihat betapa canggihnya jam atau handphone  maka kita bisa dengan yakin tahu bahwa pasti ada yang menciptakan barang -barang tersebut. Kita yakin tidak ada seorang  ketika melihat barang-barang tersebut kemudian berpikir bahwa barang tersebut tiba-tiba muncul saja dari dalam tanah. Kita semua yakin pasti ada yang menciptakan barang-barang tersebut

Inilah yang seharusnya muncul dari diri kita sewaktu kita melihat ciptaan Allah.  Apa yang ada di pikiran kita sewaktu kita melihat alam semesta yang begitu indah? Melalui itu semua kita diingatkan bahwa semua itu dicipta melalui Yesus.  Dan itu harusnya membawa kita mengenal siapa Allah pencipta kita. 

Daud juga pernah mengungkapkan kekagumnya dengan mengatakan  "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” (Mazmur 19:1). Namun ironis bahwa dengan keberadaan ciptaan itu pun ditambah dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih namun masih ada orang-orang yang tidak percaya bahwa ada pribadi Allah yang menciptakan itu semua. Meskipun mereka melihat dengan mata mereka sendiri dan ada yang melakukan penelitian alam semesta mengenai hal itu namun tetap ada orang-orang yang mengeraskan hati mereka dan berkata tidak ada Allah.  Hal ini seperti yang dikatakan di dalam Roma 1 : 20 – 21; 

Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap

Di dalam lubuk hati mereka mereka sebenarnya tahu bahwa ada Allah, tetapi mereka lebih memilih untuk mengeraskan hati mereka dan menolak Allah.

          2. SANG PENCIPTA DITOLAK CIPTAAN

Yohanes 1:9-11 TB

Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.

Kalau misalnya selesai ibadah kita pulang ke rumah dan waktu membuka pintu rumah tiba-tiba di dalam rumah  ada orang yang tidak kita kenal maka yang akan kita lakukan adalah mengusirnya keluar atau lapor kepada pihak keamanan. Karena kita  tidak mengenal orang itu dan ada kemungkinan besar kalau orang itu akan melakukan tindakan kejahatan.

Tetapi ayat yang kita baca tadi ini sangat miris,  karena Yesus datang kepada dunia ciptaan-Nya sendiri tetapi dunia tidak mengenal Dia. Bahkan Dia datang kepada milik kepunyaan-Nya yang mengacu kepada orang-orang Israel yang kepada mereka Allah telah memilih dan menetapkan mereka.  Tetapi mereka bukannya menyambutnya namun justru malah menolaknya.  Kalau saudara melihat di dalam alkitab di dalam Injil maka kita akan menemukan hal ini Yesus ditolak di tempat kampung halamannya sendiri bahkan di dalam setiap pelayanan yang Yesus lakukan saudara orang-orang yang paling keras menolak Yesus justru adalah orang-orang yang Yahudi yang sebenarnya adalah dikatakan miliknya 

Yesus pernah mengisahkan penolakan yang ia alami ini di dalam sebuah perumpamaan. 

“Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. (Matius 21: 33-43)

Tuan tanah di dalam perumpamaan ini menggambarkan Allah Bapa dan para penggarap-penggarap itu menggambarkan kaum Israel. Kebun anggur menggambarkan dunia ini dan hamba-hamba yang diutus itu menggambarkan nabi-nabi yang diutus Allah dan sang anak menggambarkan Yesus.  Sewaktu Yesus menceritakan kisah ini perumpamaan ini orang-orang Yahudi yang mendengar tentang perumpamaan ini mereka tahu bahwa yang sedang Yesus ceritakan itu adalah mereka. Tetapi saudara  respon mereka mereka justru menjadi marah dan dikatakan ingin menangkap Yesus. 

Bagaimana dengan kita? Mungkin  sewaktu kita merenungkan kisah ini maka kita berpikir itu bukan kita. Kita merasa tidak  pernah menolak Yesus. Kita percaya kepada Allah dan percaya kepada Yesus.  Namun masalah dari kebanyakan kita adalah bukannya kita tidak percaya kepada Allah dan kita tidak menolak Yesus.  Tetapi masalah dari kebanyakan kita adalah kita mengaku kita percaya Allah namun kepercayaan kita kepadanya sesungguhnya tidak kita lakukan dengan sepenuh hati dan itu biasanya terlihat dari tindakan yang kita lakukan yang tidak sesuai dengan apa yang kita ucapkan. Kita mengatakan kita percaya Allah dengan sepenuh hati tetapi di dalam keseharian kita mungkin tetap mengandalkan kekuatan kita sendiri.  Kita mungkin tetap mengandalkan pemikiran dan kepintaran kita sendiri,  entahkah itu di dalam usaha kita, pekerjaan kita ataukah di dalam pelayanan kita.  Kita bertindak dengan pengertian kita sendiri atau sewaktu ada masalah atau pergumulan mungkin kita tidak menolak Yesus,  tetapi apakah kita tetap percaya kepada-Nya? Apakah kita tetap percaya bahwa Dia adalah Allah pencipta kita yang sangat mengerti akan siapa kita ciptaan-Nya ini dan bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita walau sedetik pun.  Ataukah kita lebih mengandalkan diri kita sendiri, harta kita, keuangan kita atau jabatan kita.  Kita meletakkan iman percaya kita kepada hal-hal tersebut lebih daripada kita meletakkan iman percaya kita kepada Allah.  

Dalam hal ini kita perlu berkaca dari orang-orang yang mengaku Tuhan tidak ada.  Mereka menjalani apa yang mereka percayai bahwa seakan Tuhan tidak ada.  Sementara banyak dari kita yang mengaku Tuhan ada, percaya kepada Tuhan dan tidak menolak Tuhan namun di dalam menjalani kehidupan kita bertindak seolah-olah Tuhan tidak ada, karena kita lebih memikirkan atau menggunakan akal pikiran kita sendiri.  Di dalam ayat yang kita baca tadi juga dikatakan Yesus adalah terang yang sesungguhnya,  namun sayangnya  kadang kala kita terkecoh dan akhirnya kita tidak mengikuti terang yang sesungguhnya itu tapi kita justru mengikuti terang yang lain yaitu terang yang palsu. Misalnya di dalam kita melihat kebahagiaan maka kebahagiaan yang kita kejar justru adalah kebahagiaan yang tidak sesuai dengan apa yang Injil ajarkan. Kita mengejar lebih banyak harta.  Kita mengejar kesuksesan, kita mengejar lebih tinggi untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi karena kita pikir itulah yang akan membuat kita Bahagia. Kita lupa bahwa semua itu hanya bersifat sementara. Semua itu memang dapat memberikan kita kebahagiaan tetapi hanya sementara.  Itulah yang menjadi kecenderungan hati kita akibat dosa. Tetapi sekalipun kita kadang kala melupakan Dia dan meninggalkan Dia, namun kita bersyukur bahwa Allah yang kita sembah, Dia bukanlah Allah yang menciptakan kita lalui pergi meninggalkan kita.  Karena kalau itu yang terjadi maka hari ini kita semua di kematian yang kekal. Lalu  bagaimana kita berdamai dengan Sang Pencipta kita?

          3. BAGAIMANA CIPTAAN BISA BERDAMAI DENGAN SANG PENCIPTA?

Yohanes 1:12-13 TB

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

Di bagian sebelumnya kita melihat bahwa Yesus mengalami penolakan dari ciptaannya sendiri dan dari orang-orang yang dikatakan milik-Nya. Namun di bagian yang kita baru baca tadi ada satu kabar baik yaitu bahwa tidak semua ciptaan menolak Yesus melainkan ada orang-orang yang dikatakan menerima Dia. Dan bahwa orang-orang yang menerima Dia dikatakan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.  Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat menerima Dia? Bagaimana kita akhirnya menjadi anak-anak Allah?  Kalau orang-orang Yahudi saja bangsa Israel yang dikatakan miliknya tidak semuanya disebut anak-anak Alla,  bagaimana hal tersebut bisa berlaku bagi kita?  Perkataan tetapi semua orang yang menerimanya diberi kuasa itu bukan berarti kita yang datang kepada Allah terlebih dahulu lalu kemudian Allah menjadikan kita anak-anak-Nya. 

Kalau itu yang terjadi  maka keselamatan itu atas dasar inisiatif kita. Di dalam iman Kristen yang kita percayai maka seseorang tidak secara natural menjadi anak-anak Allah. Tetapi seseorang menjadi anak Allah hanya melalui kelahiran baru.  Pada bagian ini kita melihat satu kebenaran yang kita sebut sebagai doktrin adopsi, dimana kita yang dahulunya hamba dosa sekarang menjadi anak-anak Allah.  Dan adopsi yang terjadi bukanlah berdasar atas keputusan kita tetapi semata karena keputusan Allah sendiri.  Kalau misalnya ada satu pasangan suami istri yang mau mengadopsi seorang anak maka apakah pilihan untuk mengadopsi itu bergantung pada si anak? Tidak. Keputusan itu diambil oleh pasangan yang hendak mengadopsi anak tersebut. Jadi pada waktu sepasang suami istri ini memutuskan untuk mengadopsi seorang anak maka anak tersebut dibawa menjadi bagian dari keluarga yang mengadopsi. Keberadaan anak ini terikat menjadi bagian dari keluarga yang baru. Adopsi bukan sebuah pertukaran tetapi dari kelahiran baru.

Lalu apa yang menjadi alasan Allah memilih kita untuk menjadikan kita anak-anak-Nya?  Kita tidak tahu. Tetapi yang pasti dasar pemilihan Allah untuk menjadikan kita anak-anaknya adalah bukan atas dasar apa atau siapa kita.  Dasar pemilihan Allah bukanlah karena usaha kita atau perbuatan kita. Dasar pemilihan Allah bukanlah karena ketulusan hati kita karena kita tahu akibat dosa kecenderungan hati kita adalah jahat dan dasar pemilihan Allah bukanlah atas dasar siapa kita dari suku apa kita seperti yang dipikirkan bangsa Israel pada waktu itu. Karena waktu itu Allah berkata kepada bangsa Israel seperti ini ; 

Ulangan 7: 7 (BIMK)

Kamu dicintai dan dipilih TUHAN, bukan karena kamu lebih besar dari bangsa-bangsa lain; sesungguhnya kamu adalah bangsa yang paling kecil di muka bumi.

Kadangkala di dalam keberdosaan kita maka kita merasa kalau kita sudah mengenal Tuhan kalau kita bisa percaya kepada Yesus atau kalau kita  bisa mengerti Injil itu kita merasa itu karena usaha kita, karena perbuatan kita atau karena apa yang kita lakukan. Jadi kita merasa pantas untuk disebut anak-anak Allah. Tetapi kebenarannya adalah tidak ada satu pun dari kita yang sebenarnya pantas. Karena sesungguhnya dasar pemilihan Allah atas umat-Nya dari sejak semula adalah berdasarkan kasih karunia-Nya dan bukan atas dasar kepantasan. Seorang hamba Tuhan mengatakan; 

Kasih karunia adalah kebalikan dari kepantasan. Kasih karunia bukan hanya kemurahan yang tidak selayaknya diterima tetapi kasih karunia adalah kemurahan yang ditunjukkan kepada orang yang sebenarnya pantas menerima yang sebaliknya – Harry A. Ironside

Kitalah orang-orang yang sebenarnya pantas menerima yang sebaliknya bukan kasih karunia tetapi justru Allah memberikan kita kasih karunianya.  Lalu bagaimana kasih karunia itu bisa dinyatakan kepada kita bagaimana kita ciptaan yang berdosa ini bisa berdamai dengan Sang Pencipta dan dapat menjadi anak-anak Allah.

Gospel Connection

Ratusan tahun sebelum Yohanes menulis Kitab ini Salomo seorang raja yang sangat terkenal di dalam doanya Dia pernah bertanya seperti ini sewaktu bait Allah telah selesai didirikan di dalam 1 Raja-Raja 8: 27;

Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.

Salomo di dalam doanya  merasa tidak layak karena ini adalah satu hal yang mustahil yaitu bagaimana Allah yang begitu besar dan begitu mulia mau diam di dalam bait Allah yang dia buat. Sesuatu yang mustahil menurut akal pikiran dia.  Tetapi kita tahu bahwa ratusan tahun kemudian Allah seolah menjawab pertanyaan Salomo. Allah pencipta itu sungguh turun ke dalam dunia ciptaan-Nya. 

Yohanes 1: 14a

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,

Allah bertabernakel diantara umat-Nya.  Allah berkemah diantara ciptaan-Nya,  bahkan Yesus sang Firman itu tidak hanya turun ke dunia, Sang pencipta itu turun ke dunia menjadi ciptaan sama seperti kita.  Firman itu turun menjadi daging untuk menekankan bahwa Yesus selain Dia Allah yang sejati maka Dia juga adalah manusia yang sejati. Yesus bisa mengalami sakit, mengalami luka secara fisik Yesus dan merasakan apa yang manusia umumnya rasakan. Bahkan lebih lagi di dalam Filipi mengatakan dengan jelas sewaktu Yesus menjadi manusia dikatakan  bahwa Yesus mengambil rupa seorang hamba dan Yesus taat akan taat sampai mati di atas kayu salib demi kita miliknya itu yang menolak Dia.

Yesus yang dari sejak kekekalan selalu ada bersama dengan Bapa. Yesus yang sejak semula berada di pangkuan Bapa di dalam dekapan Bapa harus mengalami keterpisahan dengan Bapa karena Yesus harus meminum cawan murka Allah Bapa yang seharusnya ditimpakan kepada kita. Bahkan Allah Bapa yang mengasihi Yesus  harus memalingkan wajah-Nya dan membiarkan anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya itu untuk menjalani salib itu seorang diri di salib. Yesus sang pencipta merelakan diri-Nya ditolak, dihina, disiksa bahkan dibunuh oleh ciptaan-Nya sendiri tetapi justru melalui salib ciptaan-Nya yang seharusnya pantas untuk dibinasakan justru mengalami kemurahan Allah, bahkan memperoleh bagian untuk menjadi anak-anak Allah. Bayangkan akan ada di mana kita saat ini tanpa kasih karunia Allah? Apa jadinya kita saat ini seandainya Allah sang pencipta itu tidak memberikan anak-Nya yang dikasihi untuk turun ke dunia untuk menjadi ciptaan dan mengorbankan diri-Nya mati di kayu salib bagi kita.

Pertanyaan Reflektif

  • Apa yang membuat Anda masih ragu akan kasih dan penyertaan-Nya dalam hidup kita?
  • Sadarkah kita akan betapa besar pengorbanan-Nya bagi kita sehingga kita disebut anak-anak Allah?

Gospel Response

  • Mari kita bertobat karena seringkali kita meragukan kasih-Nya dan menganggap murah kasih dan pengorbanan-Nya bagi kita.
  • Dengan rendah hati bersyukur dan rindu agar orang lain juga mengalami kemurahan Allah yang telah kita alami. 

Karena Allah Pencipta Beserta Dengan Kita

  • Kita dapat menghadapi masa depan dengan keyakinan akan penyertaan-Nya.
  • Kita percaya Ia berdaulat penuh atas hidup kita.
  • Kita tidak kuatir akan kebutuhan sehari-hari kita, karena yang terbaik sudah Ia berikan kepada kita