Anointed For Me

KRISTUS GANTI KITA Week 1  "Annointed For Me" 

Pdt. Wahyu Pramudya (Wepe)

 

Ada orang-orang yang menjadikan ibadah itu hanya sebagai tempat dimana tubuh itu hadir tetapi pikiran dan perasaan tidak hadir disitu. Bertitik tolak dari kisah pengurapan Yesus maka kita bisa memeriksa apa yang seharusnya terjadi ketika kita sujud datang menyembah kepada Kristus. Dengan semangat apa penyembahan itu harus dilakukan supaya tidak semakin mengalami penurunan sehingga kehadiran kita hanya sebagai kehadiran yang sifatnya ragawi tetapi tanpa hati dan pikiran yang sepenuhnya ada di situ. 

          1. Penyembahan Sejati Lahir Dari Hati Yang Telah Ditransformasi Kasih Illahi

Penyembahan bukan hasil dari kebiasaan liturgi atau agamawi tetapi dimulai dari hati yang sudah ditransformasi oleh kasih ilahi.

Yohanes 12:3, 

 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.

Yohanes 12:5 …. minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar ….

Kalau sesuatu yang sangat mahal dan ada tindakan dimana diri itu dipersembahkan dimana pada waktu itu perempuan harus menutup rambutnya dengan cadar tetapi dibuka. Sesuatu yang dipandang berharga oleh perempuan itu dipakai untuk menyeka maka itu adalah gambaran tentang penyembahan yang totalitas. Dan kalau Maria berani melakukan hal itu pasti dia memiliki alasan yang besar dan ada hati yang telah ditransformasi oleh kasih Ilahi. 

Yohanes 12:1 

Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.

Ada hati yang telah ditransformasikan oleh Kristus dan ada sentuhan Tuhan yang dialami dimana Kristus telah membangkitkan Lazarus dari orang mati. Dan sekarang Kristus mengunjungi kembali menuju saat-saat akhir ke Yerusalem sehingga Maria menganggap itu adalah saatnya untuk melakukan sebuah penyembahan yang sejati yang lahir bukan karena ingin mendapatkan sesuatu, namun karena telah mendapatkan segalanya di dalam kasih Kristus.” Ada yang mirip dengan penyembahan tetapi sebenarnya bukan penyembahan. Ada orang yang sama-sama hadir di suatu tempat tetapi sebenarnya dia tidak sedang menyembah. 

Ada orang yang melakukan gesture penyembahan namun sebenarnya sedang memancing sesuatu. Seperti orang yang sedang memancing ikan yaitu dengan umpan yang kecil namun mengharapkan hasil ikan yang besar maka demikian juga ada orang yang hadir di gereja namun tidak sungguh menyembah dan memberikan yang terbaik kepada Tuhan tetapi sedang memancing Tuhan dengan umpan yang kecil bernama persembahan, perpuluhan atau kesetiaan melayani namun mengharapkan sesuatu yang besar dari Tuhan yang seringkali sifatnya adalah materi. Jadi ini adalah bentuk penyembahan dengan mentalitas pemancing bukan penyembah. Seorang pemancing ingin mendapatkan sesuatu yang lebih besar . Tetapi seorang penyembah sudah dapat yang terbesar yaitu Kristus maka dia ingin memberikan sesuatu kepadaNya yang sebenarnya tidak sepenuhnya bernilai dimataNya karena tidak dapat menggantikan pengorbanan Kristus bagi kita. 

Yesus berkata bahwa kita tidak bisa mengabdi kepada Allah dan kepada mammon. Kita harus memilih menyembah Allah atau sebenarnya kita rindu untuk mendapatkan banyak uang. Tetapi orang Kristen menggabungkan keduanya sehingga beranggapan kalau menyembah Tuhan maka pasti akan mendapatkan sesuatu yang besar sehingga ketika tidak mendapatkannya menjadi kecewa. Memakai tindakan-tindakan yang religious untuk mendapatkan berkat jasmani yang lebih besar dari Diam aka itu adalah memancing dan bukan menyembah. Menyembah itu selalu dimulai dengan kesadaran siapakah kita sehingga Kristus mati bagi kita. Dan kalau kita bisa memberikan dengan totalitas maka semua yang kita berikan itu tidak ada bandingannya dengan pengorbanan Kristus. Jadi penyembahan adalah sebuah “privilege”  yang Tuhan berikan karena pengorbanan Kristus dan kita lakukan dengan sepenuh hati  dan keberadaan kita.     

        2. Penyembahan Sejati Dan Egosentrisme Diri  Tak Dapat Berjalan Beriringan. 

Yohanes 12:5-6 

"Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"  Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. 

Saat penyembahan itu dilakukan oleh Maria maka ada seorang murid Yesus yaitu Yudas yang komplain dengan tindakan Maria dan sebenarnya minyak itu bisa dijual dan uangnya dibagikan kepada orang-orang miskin. Sepertinya ini komplaian yang masuk akal dan ada rasa kemanusiaan tetapi Alkitab mencatat bahwa itu dilakukan Yudas bukan karena dia memperhatikan nasib orang-orang miskin tetapi karena dia seorang pencuri yang suka mengambil uang kas yang dipegangnya. Disini kita melihat bagaimana Yudas yang sudah berjalan dengan Kristus dan melihat semua yang dilakukan Yesus dan mendengar semua pengajaran Yesus namun pada saat bersamaan maka semua itu tidak mengubah kehidupannya karena dia bersikap egosentris. Ketika melihat orang banyak maka Yesus melihat dengan perspektif belaskasihan, melayani dan mengasihi manusia maka Yudas berpikir dengan perspektif bagaimana bisa mengambil keuntungan dari hal itu. 

Krisis kehidupan akan mengungkapkan apa atau siapa yang sebenarnya bertahta di dalam hati kita. Ketika kehidupan seseorang itu berjalan dengan mudah dan lancar maka tidak kelihatan apa yang ada dalam hati dan pikirannya. Namun saat mengalami krisis dan kehidupannya terguncang maka apa yang ada dalam permukaan itu muncul keluar dan baru kelihatan ternyata sekalipun dia berjalan bersama Tuhan namun semuanya diukur dari egonya yaitu dapat apa dan untung apa dalam mengikut Tuhan. Jadi penyembahan sejati dan egosentrisme diri  tak dapat berjalan beriringan. Menyembah adalah menempatkan Dia di pusat kehidupan bahkan saat kehidupan itu tidak sesuai harapan, doa tidak terjawab maka tidak ada lagi egosentrisme tetapi yang ada adalah Tuhan di tahta hati kita. Saat kita mengalami krisis maka apa yang muncul dalam permukaan? Apakah kekecewaan yang semuanya adalah segala urusan pribadi yang tidak tergenapi sehingga kita menggugat dengan kemarahan,  yang selama ini kita tidak sungguh menyembah tetapi kita memancing Dia yaitu Allah yang maha tinggi. Selama ini ternyata kita tidak mengikut Dia tetapi hanya mengikut segala macam acara tetapi egosentrisme masih bertahta dalam diri kita. Pandanglah salibNya, dimana Dia yang penuh kemuliaan namun datang sebagai manusia bahkan menjadi seorang hamba yang taat sampai mati di atas kayu salib untuk menebus kita. Dan di atas kayu salib itu maka apa yang paling berharga yang bisa kita berikan? Apapun yang dapat kita berikan maka tidak sebanding dengan apa yang Kristus lakukan untuk kita. Kristus yang mati di kayu salib dan yang sudah mentransformasi hidup kita itu layak menerima pujian dan penyembahan kita. 

             3. Penyembahan Sejati Tak Pernah Menunda-Nunda Diri Untuk Menyatakan Bakti

Yohanes 12:7 

Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. 

Alkitab menggambarkan Maria adalah sosok yang dekat dengan Yesus mendengarkan jaran Kristus sehingga sempat dikomplain oleh Marta karena tidak membantu dia. Kemungkinan besar Maria sudah tahu tentang apa yang akan terjadi pada Yesus. Yesus sudah berulangkali mengatakan apa yang akan terjadi dalam pelayananNya. Dan Maria melihat bahwa inilah momentum terbaik yang tidak akan datang lagi untuk menyatakan bakti kepada Dia. Sebab itu saat peristiwa itu terjadi maka Yesus berkata “Yohanes 12:7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. 

Hati yang ditranformasi Kristus tak mengenal janji-nanti, ia akan segera beraksi kini dan di sini. Hati yang sudah ditranformasi itu tidak akan berkata kalau nanti sudah besar atau sudah ini dan itu baru akan memberikan hidup kepada Kristus tetapi akan segera beraksi kini dan di sini. Kalau Kristus sudah mentransformasi hati kita maka kita tidak akan berkata nanti kalau sudah lulus kuliah, sudah sukses, sudah menikah atau nanti kalau sudah punya semuanya, tetapi hati yang ditranformasi akan berkata saat ini dan di sini akan kita berikan yang terbaik, sebab Kristus yang telah diberikan Bapa dan diurapi untuk mati bagi kita. Peristiwa pengurapan itu mengingatkan kita bahwa Kristus, Anak Tunggal Bapa, diurapi untuk mati, sehingga kita dapat hidup sebagai anak-anak dari Bapa yang di surga. Bukan karena kita layak dan pantas tetapi karena kasih dan karunia Bapa yang diberikan kepada kita. Ketika kehidupan mengecewakan dan tidak sesuai harapan maka pandanglah salib itu dimana ada seorang yang diurapi mati bagi kita, padahal kita yang seharusnya mati. Hati yang telah dijamah oleh kasih Ilahi itu adalah hati yang ingin memberi yang terbaik kepadaNya. Hati yang telah dijamah oleh kasih Ilahi itu adalah hati yang mengenyahkan egosentrisme dan Tuhanlah yang bertahta di hatinya. Hati yang telah dijamah oleh kasih Ilahi itu adalah hati yang tidak pernah berjanji nanti tetapi kini dan saat ini akan menyatakan bakti kepada Dia yang tersalibkan ganti kita.