Pembacaan : Matius 21: 1 - 11
Minggu Palma adalah awal dari pekan suci yang menjadi tanda dimulainya hari sengsara dalam perjalanan pelayanan Yesus menuju ke Salib. Dan untuk memahami ini maka kita akan melihat dari tiga hal yaitu konteks, kontras dan koneksinya.
1. KONTEKSNYA
Kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem ini diawali dengan 3 kisah sebelumnya yaitu :
18 Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. 19 Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa- bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”
Injil Matius mencatat tiga kali dimana Yesus memberitahukan kepada murid-muridNya tentang penderitaan yang akan kita jalani. Artinya Yesus tahu apa yang akan Dia alami. Dan Dia tahu dari dua cara pandang yaitu dari hati dan pikiran manusia dimana Dia akan diserahkan oleh orang-orang yang tidak senang dengan Yesus dan iri dengan popularitasNya, serta akan semakin keras untuk menyerukan supaya Yesus segera dibunuh. Namun disisi lain Yesus tahu apa yang akan terjadi sebab Dia mengerti rencana BapaNya dan tujuan dari inkarnasiNya.
Ketika para murid bersama-sama dengan Yesus selama tiga tahun lamanya maka pada moment ini semakin jelas kelihatan karakter asli dari para murid. Kita bisa melihat saat dimana Yesus tunduk pada rencana Bapa tetapi murid-murid tidak tunduk pada rencana Bapa tetapi mereka justru memperebutkan kuasa yaitu ingin duduk di sebelah kanan atau kiri Yesus di surga. Ceritanya dimulai dari seorang ibu dari anak-anak Zebedeus yaitu Yohanes dan Yakobus yang sujud meminta kepada Yesus …
20:21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, l yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." 20:22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?"
Disini secara implisit Yesus sedang menyampaikan pesan salib yang kuat yaitu tidak ada mahkota kemuliaan tanpa mahkota duri yang mendahuluinya.
20:24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
Ada seorang penafsir yang mengatakan bahwa marahnya kesepuluh murid itu berujung pada kemunculan berhala pengakuan diri yang terekspreksi melalui kemarahan itu. Seperti kesepuluh murid itu maka banyak orang Kristen yang juga ingin diperlakuan seperti dua murid itu yaitu ingin selalu mendapatkan perlakuan khusus dalam banyak hal dan akan marah atau jengkel saat tidak mendapatkannya. Dan ini sangat kontras dengan apa yang Yesus lakukan.
28 Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Dia yang adalah raja yang pantas untuk dilayani justru datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang. Yesus di sini bukan sekadar memberikan pengajaran tetapi juga menyatakan peneladanan.
Ketika Yesus hendak berjalan dari Yerikho menuju Yerusalem maka Dia menjumpai ada dua orang buta. Dua orang ini sedang duduk dan mendengar riuhnya orang banyak yang mengikuti Yesus. Ketika mendengar bahwa Yesus lewat maka kedua orang buta itu berseru dengan keras “ Tuhan, Anak Daud kasihanilah kami “ Dan akhirnya Yesus menyembuhkannya dan mereka mengikut Yesus.
Disini kita melihat ada kontras dimana Yesus tergerak hatinya oleh belaskasihan saat meilhat dua orang buta itu. Namun orang banyak yang melihat itu menyuruh dua orang buta itu untuk diam. Ini juga yang dilakukan oleh para imam kepala dan para ahli Taurat saat Yesus masuk ke Bait Allah dan menyembuhkan orang-orang buta dan timpang maka hati mereka sangat jengkel.
14 Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepadaNya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkanNya. 15 Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuatNya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: Hosana bagi Anak Daud! Hati mereka sangat jengkel.
Tanpa kita sadari seringkali kita juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh orang banyak dan para imam serta orang-orang Farisi yaitu kita bisa melihat namun hati kita buta dimana ini kontras dengan yang buta namun mereka bisa melihat.
Yohanes 12:37 - 40
12:37 Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat g di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, 12:38 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan? h " 12:39 Karena itu mereka tidak dapat percaya 8 , sebab Yesaya telah berkata juga: 12:40 "Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.
Ada ironi disini dimana yang buta dapat melihat, namun mereka yang melihat justru dibutakan oleh keinginan dan kedegilan hati mereka.
2. KONTRASNYA
Teriakan Hosana orang banyak kepada Yesus lahir dari pengenalan orang banyak yang mengelu-elukan Yesus adalah pengenalan yang berdasar atas keegoisan diri. Karena mereka berpikir Yesuslah yang akan membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi. Dan ketika Yesus tidak melakukannya maka justru mereka berbalik melawan Yesus. Di minggu palem mereka berseru “ Hosana “ namun di penghujung minggu itu mereka berteriak “ salibkan Dia.” Bahkan mereka lebih memilih Barabas yang terlihat sebagai pejuang daripada Yesus yang tidak terlihat memperjuangkan keinginan mereka.
Lukas 19:41-42:
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, katanya: Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu
Yesu menangis karena antusiasme Israel yang salah arah. Mereka tidak menjadikan Yesus sebagai raja dan penyelamat mereka dari hukuman dosa, tetapi mereka menginginkan raja menurut ke-egoisan mereka sendiri. Demikian juga seringkali pengenalan kita akan Yesus dibutakan oleh keinginan dan ambisi diri sendiri. Pengenalan kita salah arah dimana kita hanya mau kenal Yesus yang mampu menuruti kemauan diri kita yaitu yang bisa menyembuhkan kita dari sakit, yang bisa memperbaiki masalah kita, yang memberkati kita atau memberikan kenyamanan ekonomi kita. Memang Yesus bisa melakukan semua itu tetapi itu tidak memadai dan sangat dangkal. Augustine The Hippo mengatakan “ Jika Anda percaya apa yang Anda sukai dalam Injil dan menolak apa yang tidak Anda sukai maka itu bukan Injil yang Anda percayai tetapi diri Anda sendiri.”
Matius 21:5
5 Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.
Zakharia 9:9
9 Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-soraklah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.
Kalau kita bandingkan kedua ayat di atas maka Matius menghilangkan kata“ Ia adil dan jaya”. Seorang penafsir mengatakan bahwa ini dilakukan untuk menekankan bahwa Yesus datang sebagai raja bukan untuk membawa keadilan tetapi untuk menyatakan kedamaian. Yesus datang sebagai raja bukan untuk unjuk kekuatan tetapi untuk memperlihatkan damai sejahtera yang sesungguhnya.
Dan kita melihat bahwa Yesus datang dengan mengendarai se-ekor keledai yang bukan miliknya tetapi keledai pinjaman. John Calvin berkomentar bahwa keledai pinjaman itu sesungguhnya untuk menunjukkan kemiskinan Yesus. Ini sangat kontras dengan raja dunia dimana kalau masuk ke sebuah kota setelah perang maka akan menunggangi kuda perang miliknya dan hidup dalam kelimpahan dan kehedonisan. Yesus berbeda dimana Dia bukan raja dunia dan kerajaanNya bukanlah kerajaan dunia.
Saat Yesus datang dengan membawa damai maka orang banyak itu dibutakan oleh keinginan mereka. Dan yang membutakan mereka adalah dosa. Di saat Yesus datang dengan membawa damai maka mereka ingin hidup dalam peperangan dan kekerasan yang ujungnya adalah untuk uang, penerimaan dan kuasa. Demi itu maka mereka saling menjatuhkan dimana yang kuat akan menindas yang lemah dan yang berkuasa memakai kekuasaannya untuk kepentingannya sendiri. Itulah dosa yang membuat manusia hidup untuk dirinya sendiri. Paul David Tripp berkata “ DNA dari dosa adalah ke-egoisan. Dosa membawa kita masuk ke pusat alam semesta dimana itu adalah satu-satunya tempat yang disediakan untuk Tuhan semata. Dosa menjadikan perhatian hidup menjadi keinginan saya, kebutuhan saya dan perasaan saya. Dosa membuat benar-benar semuanya tentang saya.”
Kalau kita melihat pelanggaran manusia yang pertama yang jatuh dalam dosa maka mereka melihat keadaan dirinya yang hina dan rendah dan kehilangan diri mereka. Maka yang mereka lakukan adalah berusaha menutupi diri mereka dengan menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. Jadi setelah manusia berdosa maka mereka selalu memulai dan menjalani kehidupannya dengan usaha mereka sendiri dan yang menjadi fokusnya adalah diri sendiri yaitu apa yang bisa diterima dan ini sangat kontras dengan apa yang Yesus lakukan.
Ini sangat kontras dengan kehidupan kita yang jatuh dalam dosa yaitu selalu haus akan pujian dan pengakuan. Kita mencari berbagai cara supaya kita bisa diterima dan dihargai oleh orang lain dengan cara hidup mewah. Bahkan tidak sedikit pria dan wanita berusaha mendapatkan pengakuan dari pasangan sehingga kalau tidak mendapatkan maka akan mencari dari yang lain. Seorang anak yang tidak mendapatkan pengakuan dari oarngtuanya akan mencari pengakuan dari yang lain. Dan persoalan pengakuan ini diperparah dengan adanya perkembangan media sosial dimana orang berlomba-lomba memamerkan kehidupan mereka yang palsu di media sosial. Jadi intinya adalah bahwa dalam keberdosaan maka kita akan terus mencari kebahagiaan di luar Tuhan yaitu dari sesama manusia bahkan dari ciptaan yang lain.
Namun disaat kita mencari diluar Tuhan maka justru Tuhan yang mengejar kita dan sampai puncaknya yaitu Yesus menanggung ketertolakan kita dimana Dia membiarkan diriNya di cemooh agar kita tidak lagi perlu tersiksa dengan pengakuan diri. Kristus memberekan kebutuhan kita akan penerimaan kita yang terdalam yaitu kebutuhan untuk diterima oleh Allah.
GOSPEL CONNECTION
Kristus, Sang Anak Allah harus menanggung penolakan dan menerima perendahan di atas kayu salib agar kita mendapat penerimaan dan pengangkatan sebagai anak-anak Allah.
Kita tidak perlu lagi tersiksa dengan pengakuan diri kita serta mencari diluar sana karena Kristus sudah menanggung ketertolakan kita dan memberikan pemenuhan yang kita butuhkan yaitu untuk diterima oleh Allah.
Yesaya 53: 3-4
Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Inilah bahasa ketertolakan yang diterima oleh Yesus dimana sesungguhnya kitalah yang harus ditolak. Dan harga penerimaan Allah bagi kita itu sangat mahal bahkan tidak ternilai sebab Dia harus membiarkan anakNya yang tunggal itu ditolak untuk menanggung penyebab karena kita yang seharusnya ditolak. Dan karena Kristus maka kita diterima Tuhan. Sekarang kita tidak perlu lagi mencari pengakuan diluar sana karena kita sadar bahwa karya Kristus yang di salib itu sudah cukup bagi kita. Dalam Kristus maka kita menerima kepenuhan Allah. Kita sudah utuh dan diterima sehingga kita bisa rest dan tenang. Timothy Keller berkata “ Kita lebih berdosa dan rusak dalam diri kita daripada yang kita yakini, tetapi pada saat yang sama kita lebih dikasihi dan diterima dalam Yesus Kristus daripada yang pernah kita harapkan.”
Sekarang kita tidak perlu takut dan kuatir akan penerimaan orang lain, bahkan tidak perlu takut akan disiplin Tuhan karena kita sadar bahwa pengorbanan Kristus itu sudah memuaskan murka Allah yang seharusnya kita terima. Sehingga saat kita menerima disiplinnya Allah maka kita menerimanya tanpa rasa takut lagi akan penolakannya. Bahkan dalam kelemahan dan ketidaksempurnaan kita maka kita bisa berkata seperti yang Paulus katakan …
2 Korintus 12:9
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Dalam segala kelemahan dan ketidaksempurnaan, namun karena Kristus sudah menerima kita maka kita bisa bermegah dalam kelemahan kita supaya kuasa Kristus yang turun menaungi kita. Saat kita merasa tertolak maka kita perlu sadar bahwa sesungguhnya kebutuhan terbesar kita adalah bukan pengakuan dari orang lain tetapi Kristus sudah menerima kita dan mengangkat kita menjadi anak-anak Allah. Kita memiliki penerimaan yang baru dalam diri kita yaitu Kristus itu sudah cukup bagi kita.