Punished For Me

KRISTUS GANTI KITA Week 3 "Punished For Me" 

Ps. Michael Chrisdion

 

Pembacaan : Matius 27 : 26 - 40

Saat kita bicara mengenai peristiwa penyaliban Yesus Kristus.Tidak banyak orang yang memperdebatkan keabsahan sejarah kematian Yesus karena Yesus benar-benar tertulis di sejarah dan benar-benar mengalami kematian di atas kayu salib. Namun yang menjadi pertanyaan dan perdebatan adalah alasan Teologis di balik peristiwa salib tersebut. Mengapa Kalau Yesus adalah benar-benar Tuhan harus mengalami kematian? Dan menurut Teologi Kristen bahwa Dia harus mati, bahkan mati dengan cara yang mengerikan di atas kayu salib. Mengapa Yesus harus mengalami ketidakadilan yang terbesar yang pernah sejarah tuliskan dan menjalani penderitaan yang tak terhingga yang pernah dijalani seorang manusia? Apa signifikansi dan makna kematian-Nya serta penderitaannya yang besar di atas kayu salib?

Bart Ehrman seorang agnostic atheist waktu di tanya apa yang bisa menyakinkan dia untuk percaya kepada Yesus dan dia berkata kalau Yesus berkata Dia membawa Damai maka Yesus gagal dalam misinya untuk membawa damai di Bumi karena dia Mati di salib.

Richard Dawkins juga seorang Ahli biologi di bidang Evolusi yang juga adalah seorang ateis berkata bahwa pemahaman Kekristenan tentang Teologi Salib adalah “ Divine Child Abuse “ yaitu pelecehan anak atau penganiayaan anak yang dilakukan oleh Tuhan sebagai Bapa. 

Tentu saja, banyak orang tidak seterbuka itu dalam kata-kata mereka mereka tentang Yesus, tetapi saya pernah mendengar beberapa orang mengatakan, “Saya mengerti bahwa kita membutuhkan Tuhan. Tetapi saya tidak mengerti kenapa harus lewat Yesus? Kenapa Yesus yang perlu jadi juru selamat!”

Matius 27:26b-30
26b Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan. 27Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. 28Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. 29Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: ”Salam, hai raja orang Yahudi!” 30Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. 26b Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan. 27Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. 28Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. 29Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: ”Salam, hai raja orang Yahudi!” 30Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.

Kalu kita baca kisah-kisah seperti ini maka kita sering membaca secara cepat dan kehilangan banyak hal yang detail seputar pengadilan Yesus sebelum penyalibannya sebab kita cenderung hanya berfokus pada penyalibannya.

Kalau kita perhatikan kata disesah maka itu artinya dicambuk. Dan yang melakukannya adalah pasukan berkumpul (The Governor Soldiers). Mereka adalah pasukan pengawal Gubernur yang seluruhnya ada kira-kira 30 orang. Mereka menelanjangi Yesus dan  menaruh mahkota duri di atas kepala Yesus. Mereka juga meludahi-Nya dan mengambil buluh (staff) dimana staff itu bukan hanya buluh tetapi tongkat yang besar dan kuat. Mereka terus memukuli kepala Yesus secara terus menerus yang ada mahkota durinya dengan tongkat itu! Jadi Yesus di sesah (Bahasa Inggrisnya Flogged) artinya dicambuk dan juga dipukuli kepalanya dengan tongkat oleh 30 orang prajurit. Kalau kita membaca sejarah cara penyiksaan orang Romawi dimana orang Persia yang menciptakannya dan Orang Romawi menyempurnakannya yaitu bagaimana membuat tawanan mereka mati pelan-pelan dengan cara yang tersiksa.

Menurut artikel Journal of the Medical American Association entitled "On the Physical Death of Jesus," from March 21, 1986. 

What Did the Whip That Scourged Jesus Look Like? - YouTube

 

Cambuk (Flagrum) itu memiliki pegangan kayu dengan beberapa tali kulit yang dikepang bercabang sembilan  dengan bola besi kecil dan tajam di sertai serpihan tulang domba bagian yang tajam yang diikat pada berbagai interval. Kemudian korban dilucuti pakaiannya, ditelanjangi dan tangannya diikat tinggi di sebuah pos dimana gagasannya adalah bahwa daging di tubuhnya diregangkan dengan kuat sehingga mudah robek. Kemudian 2 tentara Romawi, satu di setiap sisi, akan melakukan pukulan bergantian. Tujuan mereka adalah untuk membuat korban ke dalam keadaan lemah dan setengah mati atau tidak sadarkan diri.

Artikel ini mengatakan, “Saat tentara Romawi berulang kali mencambuki punggung Yesus dengan kekuatan penuh bola besi akan menyebabkan memar yang dalam, dan tulang domba akan menyobak kulit dan mencabik lemak hypodermis di bawah kulit Yesus. Sehingga lama kelamaan kulit dan lemak di bawah kulit habis dan laserasi cambuk akhirnya merobek otot tulang rangka di bawahnya dan setiap kali cambuk itu dicabut dari tubuh Yesus ada sebagian daging yang berdarah segar yang terlepas dari tubuh Yesus. Rasa sakit yang luar biasa dan Yesus kehilangan banyak darah dan mengalami Circulatory Shock.”

Matius 27:31
31Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan.

Kalau kita membayangkan ketika proses penyiksaan ini selesai maka Yesus sudah tidak bisa berdiri, dipenuhi dengan ludah. Tubuhnya hancur, dipermalukan, dan gemetar kesakitan. Dia dibawa keluar untuk disalibkan dan harus mengangkat palang salib. Dan palang dari Salib itu beratnya kira-kira 100 kilogram ditempatkan di punggungnya yang sudah hancur dengan sebuah plakat digantungkan di lehernya untuk menyatakan Fitnah Tuduhan Yesus itu apa. Palang salib itu sendiri bekas digunakan orang lain , yang berarti itu masih berbau darah dari korban sebelumnya, permukaan kayu yang kasar dan penuh tepi bergerigi dan serpihan kayu yang mengenai bekas luka di tubuh dan Pundak Yesus!

Matius  27:32
32Ketika mereka berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus

Tubuh Yesus sangat lemah karena proses pencambukan sehingga ia akhirnya terjatuh dan ada seorang pria di antara orang banyak dipilih untuk memikul salibnya. Pertanyaannya: Mengapa Matius mencantumkan namanya? Dia memberi kita identitas dari saksi mata. Nama-nama seperti ini dalam Injil seperti ini berfungsi seperti catatan kaki abad pertama—orang-orang hidup yang bisa ditanyakan oleh pembaca. Injil Markus bahkan melangkah lebih jauh dan menunjukkan bahwa Simon orang Kirene ini adalah ayah dari Rufus. 

Mengapa Markus menunjukkan ini? Penulis Injil Markus ini adalah keponakan dari Barnabas rekan sekerja Paulus memberi tahu nama anaknya Simon Kirene. Mengapa nama Rufus disebutkan yaitu karena ternyata nama Rufus sangat berarti bagi para pembacanya dimana mereka mengenali nama Rufus.

Paulus menyapa seorang pria bernama Rufus di kitab Rom 16:13, dan para penafsir dan pakar alkitab berkata bahwa itu adalah Rufus yang sama, karena Matius  memasukkan nama itu dalam tulisannya di Injil Matius. Sehingga orang yang membaca kitab Matius dapat berkata apakah ayah Rufus ada di sana? Rufus, apakah benar ayahmu yaitu Simon yang membantu mengangkat Salib Yesus? Di situlah Rufus bisa menceritakan pengalaman ayahnya!

Matius  27:33-34
33Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak (Latin: Calvaria). 34Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya.

Anggur campur Empedu itu seperti obat penahan sakit atau kalau dalam ilmu medis modern itu seperti morfin untuk menahan atau menghilangkan rasa sakit. Mengapa setelah mengecapnya Yesus tidak mau meminumnya?Apakah Yesus anti Obat penahan sakit? Disini sebenarnya Yesus sedang menunjukkan kedalaman kasih Tuhan bagi kita dan Yesus rela mengalami menjalani kengerian dari penderitaan penuh dari murka Allah untuk membebaskan kita. Nilai yang kita tempatkan pada sesuatu ditunjukkan oleh apa yang akan Rela Anda korbankan untuk mendapatkan itu. Demikianlah Yesus menunjukkan kepada kita nilai penebusan yang besar dengan apa yang Dia rela korbankan untuk membayar harganya.

Matius 27:35-37
35 Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi. 36Lalu mereka duduk di situ menjaga Dia. 37Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: ”Inilah Yesus Raja orang Yahudi.”

Proses penyaliban adalah penyiksaan yang sangat tidak berperikemanusiaan karena proses penyaliban itu membuat orang yang di salib dapat terus dalam keadaan hidup selama mungkin tetapi mengalami penderitaan yang amat sangat kejam dan  cara ini tidak membuat orang yang disalib itu tidak pingsan terus menerus.

Cara salib adalah membuat orang yang disalib tetap sadar adalah dengan menempatkan orang itu melalui “siklus rasa sakit”. Ketika satu hal hampir membuat seseorang pingsan, penyaliban akan membuat orang itu beralih mengalami rasa sakit pada hal lain yang akan membuat dia tetap sadar.  Dan waktu Yesus tergantung di atas kayu salib maka Dia tergantung dengan 3 paku. Kedua tangannya dipaku di pergelangannya dan di paku dengan paku yang panjangnya 18 centimeter .

 

 

 

 

Duke Kwon på Twitter: "For those interested in the medical, physiological,  and historical aspects of Jesus' #crucifixion, a classic study: "On the  Physical Death of Jesus Christ," Journal of the American Medical

Kaki Yesus juga di paku sehingga hanya paku yang panjangnya 18 centimeter inilah yang menopang seluruh tubuh Yesus.

Diagram

Description automatically generated

 

Kedua sendi pundak Yesus sudah terlepas dari sendinya saat Dia tergantung.

Pembuluh darah di sekitar perut menjadi bengkak dan penuh dengan pendarahan internal

● Saat Yesus tergantung, dia tidak bisa bernapas, dan dia mulai tercekik, jadi dia menarik dirinya ke atas dengan lengannya untuk mengambil napas, yang menarik paku di tangannya.

● Hal ini tidak hanya menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dari kuku-kuku yang menempel pada tulang dan dari bahu Anda yang terlepas dari persendian, tetapi juga segera kram menguasai otot-otot, dan Dia harus melepaskannya.

● Dari posisi menggantung Anda bisa menarik udara ke paru-paru Anda tetapi tidak menghembuskannya. Jadi, pada titik di mana dia merasa tidak bisa menahan napas lebih lama lagi, dia akan menarik dirinya lagi untuk mengambil napas lagi, dan menggantung lagi.

● Selama 6 jam Yesus berganti-ganti antara rasa sakit yang membakar dan perasaan panik karena mati lemas. Setiap kali dia menarik dirinya ke atas atau membiarkan dirinya meluncur ke bawah, punggungnya, yang terkoyak oleh cambuk hingga ke otot dan tulang, akan semakin terkoyak oleh balok tengah salib yang pecah.

● Biasanya akhirnya, orang yang disalib ini akan semakin lemah dan menyerah dan mati karena mati lemas.

 

No photo description available.

 

Yesaya 53:5
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh

Inilah yang Yesus lalui dan yang Yesus maksudkan waktu Dia mengatakan di Matius 26 di malam perjamuan terakhir” ... inilah tubuh-Ku ambillah makanlah.... Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: ”Minumlah dari cawan ini. inilah darah-Ku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa...”

Mungkin ada yang bertanya apa hubungannya salib dengan pengampunan dosa? Mengapa Tuhan membutuhkan seseorang untuk mati untuk mengampuni dosa kita ? Misalnya kalau kita berdosa pada seseorang maka kita tidak akan minta orang lain untuk diihukum menggantikan dosa kita. Namun mengapa pengampunan dos aitu butuh pengorbanan? Kalau kita berpikir pengampunan dosa atau permintaan maaf  itu tidak membutuhkan pengorbanan maka itu adalah permintaan maaf yang dangkal dan pengertian kita tentang pengampunan yang dangkal sebab pengampunan itu selalu ada harganya. 

Sebagai contoh kalau ada seseorang yang memfitnah kita atau merusak reputasi kita maka bagaimana kita bisa menanggapi? Kita bisa merespons dengan cara yang sama yaitu melakukan apa pun yang kita bisa lakukan untuk membalas dengan merusak reputasinya. Dan itu akan membuat kita merasa sedikit lebih baik, karena keadilan telah ditegakkan. Kita membuat orang yang menyakiti kita merasakan rasa sakit yang dia lakukan kepada kita.

Tetapi jika kita memilih untuk memaafkan orang itu, dan tidak menanggapi dengan cara yang sama maka apa yang terjadi dengan rasa sakit itu? Kita yang harus menyerap rasa sakit itu. Jika kita pernah benar-benar harus memaafkan seseorang yang benar-benar melakukan ketidakadilan terhadap diri kita maka kita  tahu itu sangat mahal. Saat kita harus memilih untuk tidak membalas dendam kepada orang yang pantas mendapatkannya maka kita sedang menyerap rasa sakit karena ketidakadilan yang kita alami. Dan dengan melakukan itu rasanya kita menyakiti sebagian dari diri kita sendiri. Jadi pengampunan sejati selalu mahal harganya. Mengampuni artinya seseorang menyerap dalam dirinya rasa sakit yang disebabkan oleh dosa orang lain. Di kayu salib, Tuhan Yesus menanggung hukuman penuh atas dosa kita dan menyerap seluruh murka Allah serta kebinasaan yang disebabkan oleh kita.

Tepat sebelum Yesus mati, Matius menulis bahwa Yesus mengucapkan dua hal di kayu salib:

Matius 27:46,50
46 Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ”Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Yesus berseru dan dalam  bahasa aslinya dia berteriak atau menjerit (shrieking). Dia berkata.... mengapa Engkau meninggalkan Aku  “ dengan teriakan hopelessness. Sebab itu banyak para pakar yang mengkritisi alkitab maka mereka tidak bisa bicara apa-apa. Ini menunjukkan bahwa Alkitab itu tidak dibuat-buat atau Injil itu bukan Injil palsu. Mengapa? Biasanya tokoh pendiri agama selalu ditunjukkan sebagai orang yang bijaksana, pahlawan dan mulia serta di akhir hidupnya selalu menang. Tetapi Yesus ini di akhir hidupnya justru meneriakkan kata jeritan “ Allahku mengapa engkau meninggalkan Aku .” Yesus sekan-akan ditinggalkan sendirian oleh Tuhan. Apa yang dimulai di taman Getsemani akhirnya benar-benar digenapi di atas kayu salib. 

Kalau kita perhatikan kata-kata “ mengapa Engkau meninggalkan Aku “ juga ditulis di Mazmur 22 yaitu ratusan tahun sebelum Yesus lahir. Raja Daud dipakai Tuhan untuk menubuatkan kematian Yesus

22: 2 .. Allahku Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku …. 

22:16 – 18 Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton,  mereka memandangi  aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubahku.  

Kalau kita perhatikan mengapa saat menderita Yesus berteriak ...Allah-Ku Allah-Ku..? Mengapa Dia tidak berteriak dengan menyebutkan bagian-bagian tubuh-Nya yang mengalami kesakitan. Yesus dari awal proses penyaliban maka Dia tidak pernah kehilangan ketenangan. Saat Petrus bertindak ceroboh maka Dia tidak emosi. Waktu Petrus menyangkal maka Dia juga tidak marah Tetapi mengapa saat di kayu salib Dia berteriak menjerit?

Semua psikiater, dokter jiwa atau psikolog tahu bahwa di dalam diri manusia itu tidak ada rasa sakit yang lebih dalam daripada kehilangan kasih dan cinta. Kehilangan kasih dan cinta dari seseorang yang sangat berarti bagi kita itu benar-benar menyakitkan (as if nothing else matter). Klau ada orang yang kita cintai berkata kepada kita bahwa dia tidak mau bertemu lagi dengan kita maka itu akan menimbulkan rasa sakit. Itulah yang Yesus alami yaitu waktu Yesus berseru “my God.’ maka itu adalah panggilan intim. Yesus kehilangan sesuatu yang intim, yang mencintai dan menyertai Dia. Selain kehilangan kasih dan cinta  maka Dia juga mengalami penderitaan yang begitu rupa.

Selain itu kata-kata “my God itu adalah “covenant name” Ketika Yesus Kristus berkata, "Tuhanku," Dia menggunakan bahasa perjanjian seperti yang tertulis di Perjanjian Lama, 

Kejadian 17:7  Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu

Keluaran 6:6  Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, Tuhan, Allahmu, 

Tetapi covenant ini ada syaratnya yaitu waktu kamu taat kepadaku...mengikuti perintahku.... mendengarkan aku dengan sungguh-sungguh maka diberkatilah engkau (Ulangan 28)

Tetapi apa yang terjadi di atas salib dimana Yesus sepenuhnya taat dan melakukan perintah Bapa. Yesus mendengarkan Bapa dan mengikuti perintah Bapa tetapi Dia tidak diberkati. Yesus taat sempurna kepada Bapa tetapi ditinggalkan sendirian. Yesus taat sempurna kepada Bapa tetapi dikutuk dan dihukum. Mengapa Yesus diperlakukan seperti itu? Dia diperlakukan seperti itu yaitu untuk menggantikan kita. Kita yang semestinya ditinggal sendirian, dikutuk dan dihukum karena kita yang tidak bisa taat, yang melanggar dan yang tidak mendengar. Tetapi Dia dihukum karena kita. Dia dikutuk karena kita dan Dia ditinggalkan sendirian untuk kita supaya kita yang percaya kepada Yesus didampingi, diselamatkan dan diperkenan oleh Bapa. 

Mengapa disebut Jumat Agung (Good Friday) padahal saat kita melihat ke salib itu adalah peristiwa yang sangat mengerikan. Itu disebut Jumat Agung sebab peristiwa yang mengerikan itu berdampak agung. Salib yang seharusnya alat untuk hukuman mati sekarang waktu kita melihat salib berubah menjadi pengharapan dan keselamatan karena kasih Allah telah dicurahkan. Inilah bentuk kasih Allah Tritunggal kepada kita. Inilah bentuk keadilan Allah yang tidak dikompromikan karena hukuman atas dosa harus tetap dijalankan tetap dijatuhkan. Tetapi pada saat yang sama maka Kasih Allah dinyatakan dan jalan keluar dari dosa diberikan. 

Matius  27:50 
50Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Yohanes 19:30
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Kata “ sudah selesai “ ( Tetelestai “ ) adalah kata yang dipakai pada saat nota pembayaran pajak diberikan yaitu saat semua hutang yang harus dibayarkan sudah lunas terbayar! Apa yang diselesaikan dan yang sudah dibayar lunas yaitu dosa diselesaikan serta hukuman dosa dibayar lunas. Upah dosa adalah maut dimana kalau menurut kata-kata  ekonomi yaitu jika kita berbuat dosa maka ada hutang dosa dimana hutang dosa itu hukumannya adalah maut. 

Matius 27:51
51Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,

Dan pada saat klimaks ini bahkan seluruh ciptaan bergejolak karena efek dari penyelesaian masalah terbesar manusia yaitu Tuhan menanggung dosa manusia. Dan itu menyebabkan gempa bumi dan bukit-bukit  batu terbelah dan akhirnya terjadi dimana Bait Suci terbelah dua. Tirai ini di sebut paroket artinya shut off atau mematikan. Tirai ini memisahkan hadirat Tuhan yang kudus dengan manusia yang berdosa dengan suatu ancaman yang mematikan yaitu begitu ada yang masuk ke sana maka langsung mati yang melambangkan perpisahan antara Tuhan yang kudus. dengan manusia yang berdosa. Tetapi dengan sobeknya tubuh Yesus dimana Yesus yang harus mati menyerap murka Allah atas dosa dan menanggung kematian supaya hadirat Allah yang kudus kini dapat terbuka bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Yesus Kristus dikutuk, didakwa, direndahkan, ditolak, disiksa dan dibunuh ganti kita. Tim Keller berkata agama mengatakan dapatkan hidupmu dengan amal ibadah dengan melakukan perbuatan baik. Orang yang tidak percaya Tuhan berkata hidupilah hidup semaumu, Yesus berkata…hidupku Aku berikan untuk hidupmu. 

GOSPEL RESPONSE

Matius 27:38-40
38Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. 39  Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, 40 mereka berkata: ”Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!”

Menurut Injil Lukas, salah satu penjahat ini akhirnya bertobat dan meminta Yesus untuk mengingatnya jika Yesus datang dengan kerajaannya. Tetapi pada awalnya, Matius menunjukkan kepada kita bahwa mereka berdua mencemooh Yesus .

Gambaran Siapakah Sikap Kedua Orang Penyamun Ini?

Para penyamun ini adalah gambaran kita orang yang sedang mengalami penderitaan atau sedang menjalani perjuangan di dalam hidup ini yang mencemooh Tuhan karena Tuhan tidak melakukan apa-apa atau seakan-akan tinggal diam dan tidak menolong mereka di dalam penderitaan mereka. Perkataan mereka mungkin berkata: kalau engkau benar-benar Tuhan ... bebaskan aku dari penderitaan ini...pergumulan ini...kesakitan ini.... .

Coba kita bayangkan: Jika seseorang sedang sekarat dan tahu sebentar lagi dia akan mati , mengapa repot-repot mengeluarkan energi untuk menghina orang tak bersalah yang juga dalam keadaan sekarat bersamanya? Karena ketika kita sedang kesakitan dan kita menderita, tidak ada yang membuat kita lebih marah daripada gagasan tentang Tuhan yang sanggup menghilangkan rasa sakit itu dan sanggup untuk menghentikan penderitaan itu tetapi Tuhan tidak melakukannya. Demikian juga kita dalam hal ini yaitu setiap dari kita yang sedang marah pada Tuhan dan melawan Tuhan di saat kesakitan dan bergumul dengan penderitaan maka biasanya berkata, “Tuhan, jika engkau Tuhan....mengapa engkau biarkan hal ini terjadi....mengapa tidak Kau angkat penyakitku...penderitaanku...kenapa tidak Kau betulkan hidupku.... Engkau bukan Tuhan...mana Tuhan? Tuhan tidak nyata!

Pada akhirnya, salah satu dari mereka bertobat dan apa yang dia katakan sangat penting, karena itu menunjukkan gambaran kepada kita hati yang bertobat itu bentuknya seperti apa?

Lukas 23:40-41
 40Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: ”Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? 41Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”

Dia berkata, “Penderitaan yang kita alami sekarang, sebenarnya kita pantas mendapatkannya. tetapi Yesus ini  ini tidak pantas menerima apa yang terjadi padanya. Yesus mengalami ketidak adilan.

Ini adalah pengakuan setiap orang yang menemukan pertobatan dan iman. “Kita yang sebenarnya pantas menerima penderitaan kita sendiri, sedangkan Yesus tidak pantas menerima penderitaan yang dia alami!” Kalau kita mengalami penderitaan itu sebenarnya kita layak untuk mendapatkannya karena kita orang berdosa dan kita hidup di dunia yang penuh dengan orang berdosa yang saling menyakiti dan saling memanfaatkan. Dunia kita penuh dengan penderitaan dan rasa sakit karena kita hidup di dunia yang benar-benar terkutuk oleh karena dosa kita. Dan satu-satunya yang benar-benar tidak layak untuk merasakan sakit itu adalah  Yesus, tetapi secara sukarela memasuki dan menjalani penderitaan dan mengalami kesakitan yang tidak terhingga untuk kita. Tidak ada alasan lain selain bahwa Dia peduli pada kita dan Tuhan memang berinisiatif untuk menyelamatkan kita. 

Dua penyamun yang berada di samping Yesus ketika disalib merupakan gambaran kita ketika menghadapi masalah yaitu mencemooh (marah kepada Tuhan) atau bertobat dan bersyukur kepada Tuhan.

Yesus Menghidupi Hidup Yang Tidak Mampu Kita Hidupi; Dan Sekaligus Mengalami Kematian Yang Layak Kita Alami.”

Michael Green seorang Christisan Philosoper berkata “ Tuhan yang diberitakan oleh Injil adalah satu-satunya Tuhan yang tidak hanya menawarkan pernyataan dan pandangan tentang penderitaan atau rasa sakit, atau hanya mengatakan, "Inilah penjelasan penderitaanmu." Tetapi Dia adalah Tuhan yang turun merengkuh dan berbagi dalam penderitaan yang kita rasakan di alam semesta yang rusak. Dia satu-satunya Tuhan yang melakukan itu.”

Mungkin kita tidak mengerti apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam penderitaan yang sedang kita jalani. Tetapi saat kita memandang kepada salib maka kita bisa melihat bahwa “ Tuhan peduli” dan “Tuhan tidak pernah kehilangan kendali “.