Prinsip Bekerja Dalam Ketidakpastian

 

Meaningless Without Jesus Week 9 "Prinsip Bekerja Dalam Ketidakpastian" 

Ps. Michael Chrisdion


PEMBACAAN                  :   Pengkhotbah 11:1-6

Melalui Pengkotbah 11: 1- 6 ini maka Raja Salomo ingin memberikan hasil pengamatannya dalam prinsip bekerja yaitu bagaimana kita bekerja dalam dunia yang serba tidak pasti. Memang ada prinsip umum yaitu kalau kita kerja keras, rajin dan ulet maka pasti akan membuahkan hasil. Tetapi ada banyak hal yang tidak bisa di prediksi yaitu ekonomi, perang, bencana, keadaan business partner kita, pegawai dan kolega kita. Lalu bagaimana  prinsipnya? Apa perbedaan “hopeful” vs “optimis”? Apa beda berserah dengan pasif? Bagaimana kedaulatan Allah yang sempurna bekerja sama dengan pilihan kita atau kerja keras kita? Bagaimana kita bersikap dalam pekerjaan dalam dunia yang tidak pasti ini? Apakah hanya mengandalkan Tuhan berdaulat saja? Apakah kita perlu mengambil resiko atau “play it safe”? 

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering membuat banyak orang beriman menjadi bingung menyikapi pekerjaan dan usaha yang mereka lakukan dan menghidupi iman mereka terhadap Injil. Lalu bagaimana aplikasi Injilnya dan bagaimana Injil dapat menjadi jalan keluar dari tension-tension yang terjadi di atas?

          1. BAGAIMANA HIDUP DAN BEKERJA DALAM KETIDAKPASTIAN

Pengkotbah 11:1 (TB) 
1Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu. 

Pengkotbah 11:1 (TSI)
1Juallah hasil panenmu ke negeri asing,karena sesudah beberapa waktu, kamu akan menerima keuntungannya.

Ayat diatas mengatakan “ lemparkan rotimu ke air” adalah gambaran perdagangan internasional, memperdagangkan barang ke negara lain. Pengiriman di dunia kuno adalah upaya yang berisiko. 

Mereka memuat aset biji-bijian dan barang-barang dagangan ke atas kapal, mengirimkannya, dan sering kali investasi tersebut akan kembali tidak hanya dalam hitungan bulan tetapi juga bertahun-tahun. Kita benar-benar melemparkan roti  ke laut, dan berharap roti itu kembali dengan selamat dan mendapat keuntungan. Disini kita belajar beberapa point;

  • Berani untuk mengambil inisiatif dan bekerja meskipun ada ketidakpastian (resiko). 

Di dalam dunia yang fana, tidak ada yang pasti, Selalu ada resiko dan hal-hal yang tidak bisa kita ketahui (factor X), Jangan hal-hal itu melumpuhkan inisiatif kita.

Pengkotbah 11:3-4 (TSI)
3Apabila melihat awan gelap dan tebal, jangan heran kalau hujan turun. Ke arah mana pun pohon tumbang, di sanalah pohon itu tetap tergeletak. 4Namun jangan terlalu dipengaruhi oleh situasi,karena kalau kamu selalu menunggu sampai angin dan cuaca menjadi sempurna,kamu tidak akan pernah menabur benih dan tidak akan memanen hasilnya.

  • Ketidakpastian (resiko) bukanlah pembenaran untuk kita takut bergerak dan menjadi pasif. 

Sama halnya: gegabah dalam bekerja dan ceroboh dalam bertindak adalah kebodohan, begitu juga dengan kepasifan karena takut akan ketidakpastian. Banyak orang yang tidak mau lagi bekerja atau berinvestasi karenanggak takut resikonya, trauma masa lalu atau pernah rugi karena investment yang salah.

Pengkotbah 11:2 (TSI)
2Bagilah penghasilanmu dalam berbagai usaha,karena kamu tidak tahu bencana apa yang akan terjadi.

Bijaklah dengan resiko (ketidakpastian) dan lakukandiversifikasi dalam hasil pekerjaanmu atau saat berinvestasi. [ Pkh 11:2 (tsi)]. Tidak ada yang tahu bencana apa yang mungkin terjadi di bumi. Dalam ketidakpastian yang kita hadapi, maka kita perlu bijaksana menghitung semua resiko (CALCULATED RISKS) dan cerdas untuk mendiversifikasikan apa yang kita kerjakan (investasikan).

Inti yang Salomo ajarkan adalah prinsip Stewardship.  Dalam diversifikasi maka kita harus bisa membedakan antara keserakahan dan kesetiaan. Dalam diversifikasi menurutpengkotbah 11; ayat 2 berkata bagilah penghasilanmu, artinya kita dinasehati untuk mengelola dulu apa yang ada di tangan kita dengan baik baru hasilnya di diversifikasi. Banyak orang melakukan diversifikasi tanpa kesetiaan dalam mengelola akhirnya dia didorong keserakahan dan akhirnya habis.

LUK 16:10-11
"Barangsiapa setia dalam perkara- perkara kecil, ia setia juga dalam perkara- perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara- perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara- perkara besar. 11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya (TRUE RICHES)

- Randy Alcorn dalam bukunya (Money, Possessions, and Eternity) mengatakan : “Kelimpahan bukanlah ketentuan Tuhan bagi saya untuk hidup dalam kemewahan. Itu bekal-Nya bagiku untuk membantu hidup orang lain. Tuhan mempercayakan kepadaku uang-Nya bukan untuk membangun kerajaanku di bumi, tetapi untuk membangun kerajaan-Nya di surga. Terlalu sering kita beranggapan bahwa Tuhan telah meningkatkan pendapatan kita untuk meningkatkan standar hidup kita, padahal tujuan-Nya adalah untuk meningkatkan standar kemurahan hati kita.”

Selain dalam bekerja, prinsip yang sama juga dapat teraplikasi dalam spiritualitas serta kerohanian kita.karena tidak ada dikotomi antara yang sekuler dan rohani. Sebelumnya kita perlu menjawab pertanyaan berikut “ apakah yang menjadi hal yang mutlak (non negotiable ) dalam hidupmu? Sebenarnya semua kita memiliki hal yang mutlak (non negotiable), tetapi apakah itu pernah dikatakan dan dievaluasi. Apakah nilai-nilai hidup kita (non negotiable) sesuai dengan Alkitab dan Injil atau tidak?

Kita perlu memeriksa apakah hal yang mutlak dalam hidup kita. Ini hanya nilai praktikalitas yang kita warisi dari orang tua kita? Atau nilai yang kita serap dari budaya atau ini prinsip Alkitab yang kekal?

Punya anak nilainya harus bagus di sekolah atau berprestasi dalam sport tetapi kerohanian tidak terlalu ditekankan. Padahal itu penting bahkan harus lebih daripada pintar secara akedmik atau dapat beasiswa dari olah raga tetapi tak beriman. Harus punya rumah sebelum nikah atau bahkan harus punya rumah? Boleh tetapi apa yang dikorbankan untuk mendapatkan itu? Setiap kita punya filosofi hidup cara pandang non negotiable yang perlu dievaluasi. Banyak orang kristen bilang yang non nego itu Tuhan tetapi bagaimana bentuknya.?

Kita akan mengulang tiga prinsip yang di atas dengan mengaplikasikan dalam hal spiritualitas.

  • Berani untuk mengambil inisiatif untuk serius dengan Tuhan meskipun ada banyak ketidakpastian.

Semua disiplin rohani membutuhkan inisiatif dan usaha, tidak ada yang mudah, bahkan ada banyak rintangannya, namun jangan hal-hal itu melumpuhkan inisiatif kita untuk serius dengan iman kita dan melayani Tuhan. 

  • Ketidakpastian bukanlah pembenaran untuk kita takut berinisiatif dengan iman & menjadi pasif. 

Jangan jadikan trauma masa lalu, atau pengalaman yang buruk menghalangi kita untuk serius dengan iman kita serta melayani Tuhan.

  • Bijaklah dan lakukan diversifikasi dalam menjalani kehidupan (balance life).

Jangan terobsesi kepada hal yang fana, tapi hadirlah bagi keluargamu (pasangan & anak-anak adalah titipan Tuhan), Ajarlah mereka untuk merenungkan Injil, Dampingilah mereka untuk beribadah & melayani Tuhan, Karena Itu warisan kekal yang tidak binasa.

             2. YANG PASTI DI DALAM KETIDAKPASTIAN.

Pengkotbah 11:5 (TSI) 
5Sebagaimana kamu tidak bisa menebak arah angin akan bertiup,
atau mengerti bagaimana tubuh seorang bayi terbentuk di dalam rahim ibunya,demikianlah kamu tidak dapat mengerti berbagai pekerjaan Allah, Pencipta segala sesuatu.

Di sini muncul sebuah ketegangan antara Kerja Keras VS Tuhan Berdaulat. Ada paradoksal dimana dalam Alkitab manusia memiliki kehendak bebas untuk membuat keputusan tanpa paksaan, namun pada saat yang sama,tidak ada hal di dalam hidup manusia yang ada di luar kendali kedaulatan Tuhan. 

Amsal 16:9
9 Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah Yang Menentukan Arah Langkahnya.

Rencana dan pilihan kita itu tidak dipaksa! Tidak ada yang memeras kita atau mengancam kita. Kita memilihnya dengan bebas dan harus bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari semua keputusan yang kita pilih!! Tetapi apa yang terjadi sebagai akibat dari rencana itu, apa yang terjadi dalam sejarah, menurut ayat 1 dan menurut ayat 9, itu sepenuhnya dikendalikan dan ditetapkan sepenuhnya oleh Tuhan. Tidak ada yang terjadi yang tidak sesuai dengan rencana-Nya.

RC. Sproul mengatakan “ tidak ada satu titik debu pun yang ada di luar jangkauan kendali kedaulatan Tuhan. “ Artinya meskipun kita semua bertindak dan membuat keputusan secara bebas!! Tetapi pada saat yang sama segala sesuatu dalam hidup kita juga ditentukan secara mutlak oleh Tuhan!! Ini adalah hal yang susah untuk diterima dan dicerna untuk nalar. Tidak heran dunia memiliki dua pandangan yang ekstrim yaitu Fatalisme vs Libertarianisme. Fatalist : Semua sudah ditentukan, untuk apa kita susah-susah? Akhirnya mereka menjadi pasif dan pesimis, sehingga akibatnya jadi depresi & hidup di dalam keputusasaan. Libertarianist : Masa Depan kita mutlak ada di tangan kita! Ciptakan masa depan! Akhirnya mereka menjadi agresif dan over optimis tetapi akibatnya tidak pernah tenang dan selalu kuatir akan masa depan.

Pemahaman Alkitab berbeda (kompatibilist). Kita memang bebas berkehendak & harus bertanggung jawab atas semua konsekuensi perbuatan kita tetapi kita juga bisa tetap tenang, karena Tuhan tetap memegang kendali. Justru karena Dia berdaulat dan memegang kendali maka itu menenangkan kita,  sehingga kita bisa beriman dan berdoa kepada-Nya serta melakukan yang benar dan bekerja keras sesuai dengan firman-Nya! Karena kita tahu bahwa Dia memegang kendali. 

Jadi apa yang pasti dalam ketidak pastian?

Kita mungkin tidak tahu bagaimana cara Tuhan bekerja namun kita yakin bahwa Tuhan pasti berkarya dan berdaulat atas setiap keadaan dan musim hidup kita. Jadi dalam seluruh hidup kita (pekerjaan, keluarga, seluruh aspek hidup kita yang terlihat ini) maka itu dilandasi oleh kehidupan spiritual kita yaitu relasi kita dengan Tuhan. Itu adalah hal yang pasti dan menjadi basis dari yang tidak pasti. Yang pasti itu adalah Tuhan dan yang tidak pasti itu kehidupan fana ini. Kalau kita tidak membangun yang fana di atas yang kekal maka ini semua akan sia-sia. 

KISAH YUSUF

Yusuf adalah anak Yakub yang dibenci saudara-saudaranya karena dia anak favorit bapaknya. Dan Yusuf memang sombong dengan mimpinya  bahwa semua akan menyembah dia. Akhirnya saudara-saudaranya melemparkan Yusuf ke dalam lubang dan menjualnya sebagai budak. Ketika dia berada di Mesir sebagai budak, dia dituduh melakukan pemerkosaan, dan dia dilemparkan ke penjara bawah tanah. Jika kita membaca kisah Yusuf, kita akan melihat tahun-tahun berlalu. Berkali-kali dia dilemparkan ke dalam lubang gelap ini pada dasarnya, dan dia berseru kepada Tuhan. Tidak ada jawaban. Tuhan sepertinya tidak hadir. Tahun demi tahun, sepertinya segala sesuatu dalam hidup Yusuf salah dan hancur.

Apa yang terjadi dengan mimpi-mimpi dan masa depannya menjadi hancur. Ada perbudakan dan ketidakadilan. Ada jeritan, pemfitnaha, kekecewaan dan tangisan.
Namum bertahun-tahun kemudian mulai menjadi jelas bahwa melalui semua hal buruk itu Yusuf bertemu dengan tukang minum raja yang akhirnya membawa Yusuf bertemu dengan Firaun. Akhirnya Yusuf menjadi perdana menteri Mesir. Yusuf menjadi orang yang hebat, saudara-saudaranya dan keluarganya disembuhkan sepenuhnya secara psikologis, dan dalam akhirnya, keluarga diselamatkan dari kelaparan bahkan sebagian besar dunia selamat karena kekayaan mesir di bawah kepemimpinan Yusuf , semua karena semua hal buruk itu, hanya pada akhirnya. Apa yang Yusuf pegang – non negotiable nya dia yaitu Tuhan.

Kejadian 50:20
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

Artinya, jangan pernah berpikir bahwa Tuhan tidak bekerja, tidak peduli seberapa parah keadaannya seakan Tuhan sedang diam tetapi Tuhan tetap bekerja. Kita juga tidak bisa mentebak-nebak rancangan Tuhan. Rencana Tuhan tidak terselami dan tidak bisa ditebak tetapi Dia bekerja.

Banyak orang ingin tahu rencana Tuha dan ingin mendapat tuntunan Tuhan. Perhatikan Alkitab dan bimbingan Tuhan.  Menurut Alkitab, lebih merupakan sesuatu yang Tuhan lakukan di dalam hidup kita saat ini daripada memberikan sesuatu yang kita minta. Ketika kita berkata, ”aku membutuhkan tuntunan Tuhan,"   kita sebenarnya sedang berdiri di dalam tuntunan Tuhan. Tuhan ada di dalam hidup kita. Tuhan ada bersama kita dan bekerja di dalam hidup kita sekalipun mungkin kita tidak merasakannya. 

Apa yang menjadi tanggung jawab kita adalah terus pilih untuk percaya kepada Tuhan. Terus pilih untuk melakukan yang benar sesuai Firman Tuhan karena itu non negotiable nya yang mutlak. Tetap tenang dan percaya kepada Tuhan bahwa Tuhan memegang kendali dan  tetap bekerja.

Mungkin ada yang bertanya apa perbedaan optimis dan hopeful. Apa beda orang optimis dan orang berpengharapan? OPTIMISME adalah Keyakinan fana bahwa segala sesuatu yang kita rencanakan akan baik-baik saja.  PENGHARAPAN adalah keyakinan kepada Tuhan bahwa dalam setiap keadaan, Tuhan yang bekerja sesuai kehendak kedaulatan-Nya adalah Tuhan yang memanggil, mengasihi dan memelihara kita untuk kemuliaan-Nya. Saat paham akan kepastian kedaulatan Allah, kita bukanlah orang yang optimis, namun orang ber-Injil yang penuh dengan pengharapan (hopeful).

          3. INJIL MEMBERIKAN LENSA KEPASTIAN DI DALAM KETIDAKPASTIAN

Pengkotbah 11:6 (TSI) 
6Taburlah benihmu di pagi hari dan lakukanlah berbagai usaha yang lain sampai waktunya tidur di malam hari. Karena kamu tidak tahu usaha mana yang akan berhasil— atau malah semuanya akan berhasil dengan baik.

Justru karena Tuhan berdaulat maka kita perlu untuk menggunakan setiap kesempatan untuk bekerja. Nasihat praktis dari Pengkhotbah tentang bekerja ini diberikan dalam bentuk analogi untuk menabur benih yang baik tentu saja tidak hanya berlaku bagi para petani tetapi juga berlaku untuk kita dan banyak bidang kehidupan. Alkitab paling sering menggunakan gambaran menabur dan menuai untuk berbicara tentang apa yang kita lakukan dalam hidup kita. Yesus menceritakan sebuah perumpamaan tentang seorang petani yang menaburkan benih. 

Perumpamaan seorang penabur


Markus 4:26-29

6Lalu kata Yesus: ”Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, 27lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. 28Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. 29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”

Salomo dalam keterbatasannya hanya melihat prinsip menabur ini dalam pekerjaan fisik. Perjanjian Lama adalah bayangan dari Perjanjian Baru, namun di Perjanjian Baru, Yesus menebus  kita dari kefanaan yang sia-sia membawa kita untuk menabur lebih dari sekedar pekerjaan jasmani, namun pekerjaan spiritual yang kekal.

 

Bagaimana Kita Bisa Menabur Pekerjaan Spiritual Yang Kekal?

Markus 4:1 (TB) 
14Penabur itu menaburkan firman.

Penabur itu menaburkan Firman dimana sang Firman itu adalah Yesus sendiri yang  berinisiatif menabur bagi kita, untuk menebus kita. Yoh 1:1, 14

Melalui karya salib-nya, Yesus sang Firman berinisiatif menabur dirinya bagi kita, untuk menebus kita. Menanggung kesia-siaan kita. Mengalami penderitaan. Menjalani resiko terbesar. Mengalami kesengsaraan maut. Menanggung kegagalan kita. Menanggung semua dosa dan kejahatan kita. Melalui penebusan-Nya di dalam setiap aspek kehidupan, kita tidak lagi terperangkap oleh kesia-siaan, namun kita mampu menampilkan Kristus - menaburkan benih kekekalan (kabar baik Injil). 

1 Kor 15:57-58 (TB) 
57Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 58Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Pertanyaan Reflektif

  • Apakah kita sering takut berinisiatif dan menjadi pasif karena ketidakpastian, resiko atau trauma masa lalu? baik dalam pekerjaan maupun iman? 
  • Ataukah kita sering terlalu berani dalam hidup mengambil resiko karena serakah atau ambisi yang tidak terkendali?
  • Apakah hidup kita memiliki balance life? atau sering kali timpang (off balance) karena terlalu terobsesi dengan yang fana? 
  • Sudahkah Anda berjumpa dengan Pribadi Kristus dan merenungkan karya Karya Salib-Nya yang menebus Kesia-siaan kita sehingga kita bisa menampilkan Kristus dan menabur Injil di setiap keadaan?

Gospel Response

Mari Kita bertobat membuat yang fana jadi yang utama.

Pandanglah kepada kristus yang sudah menabur dirinya demi menebus kita dari kesia-siaan supaya kita bisa hidup dalam kepastian yang kekal.

KARENA INJIL

  • Kita berani berinisiatif dalam ketidakpastian, karena kita tahu Tuhan pasti menuntun dan bekerja dalam setiap keadaan.
  • Kita sadar bahwa Tuhan berdaulat, namun kita tidak pasif dan tetap bekerja serta melayani Tuhan di dalam setiap kesempatan.
  • Jerih payah taburan, pekerjaan maupun pelayanan kita dalam setiap aspek hidup kita tidak pernah sia-sia