The Gospel Of Time

Meaningless Without Jesus Week3 "The Gospel of Time" 

Ps. Michael Chrisdion


PEMBACAAN : Pengkhotbah 3:1-15

Kita adalah masyarakat yang sangat peduli dengan waktu buktinya kita pakai jam tangan atau telpon celuler yang ada jamnya supaya dimana-mana kita tahu saat itu pukul berapa. Bahkan ada pepatah yg sangat terkenal yang berkata: “ Waktu adalah uang”. Sekalipun kita adalah orang-orang yang sangat sadar akan waktu (Time Conscious) namun ironisnya seringkali kalau kita sudah melakukan sesuatu yang kita sukai atau terlalu asik maka ada kata-kata yang sering kita pakai karena kita begitu asiknya bekerja atau bermain main yaitu sampai kita lupa waktu.  Jadi waktu adalah barang yang kita punya yang paling berharga, Ayub berkata :

Ayub 7:6-7a 
Hari- hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan. Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas 

Ayub 9:25
Hari- hariku berlalu lebih cepat dari pada seorang pelari, lenyap tanpa melihat Bahagia

Kalau kita memahami betapa waktu begitu cepat berjalan dan betapa berharganya waktu dan betapa kita kalau kita tidak bijaksana menggunakan waktu makapertanyaan yang semestinya sering kita tanyakan adalah bukan jam berapa sekarang? Karena percuma kita tahu jam berapa sekarang namun kita tidak tahu apa yang kita lakukan dengan waktu kita. Jam itu terdiri dari jam, menit dan selanjutnya detik yang menunjukkan kepada kita berapa cepat kita kehilangan waktu. Kalo kita umur 18 tahun atau 20 tahun maka kita masih merasa waktu masih panjang dan lama. Tetapi bagi setiap kita, kita akan sampai di sebuah titik di mana kita akan mulai bertanya berapa lama dari waktu hidup kita yang masih tersisa?

Kalau kita belum sampai kesana maka tunggu saja pasti kita akan sampai kesana. 

Pengkhotbah adalah buku yang sangat berguna, untuk menghadapkan kita pada realitas kehidupan di luar taman Eden. Bagaimana realita dan kenyataan yang kita alami akibat dosa? Sebelum manusia jatuh dalam dosa maka segala sesuatu teratur, ada kebahagiaan, kesempurnaan, keteraturan dan keharmonisan. Namun ketika dosa masuk ke dalam dunia, maka dosa merusak dan mempengaruhi segalanya. Manusia diusir dari taman Eden dan sekarang dosa merembes ke dalam setiap aspek kehidupan. Dosa bukan hanya hal-hal yang kita lakukan namun juga dalam hal-hal tidak tersentuh yang ada di dalam hati kita. Dosa mempengaruhi sukacita kita. Dosa mempengaruhi apa yang membuat kita sedih. Dosa mempengaruhi pemikiran kita, emosi kita dan mempengaruhi konsep waktu.

Pengkotbah Pasal 1 dan 2a berbicara tengang mengejar kesenangan, pembelajaran, makna dari pekerjaan, namun semua sia-sia (Keputusasaan). Dan Pasal 3 maka nada Pengkhotbah berubah dari keputusasaan menjadi perenungan yang jauh lebih reflektif . Pada Pasal 3 ayat 1 sampai 9, ketika kita membaca puisi ini, kita mengamati ayunan pendulum dari satu sisi ke sisi yang lain. Kita mengamati berlalunya waktu. Dan kemudian, di ayat 10 sampai ayat 15, ketika Salomo memberikan penjelasan kepada kita, sebuah teologi tentang waktu, kita seakan-akan berjalan mundur dari waktu. Kita membuka pintu dan melihat ke dalam, dan kita mengamati roda jam yang berputar. Sehingga kita mulai memahami cara kerjanya saat ini.

          1. MENGOBSERVASI KESIA-SIAAN (KEFANAAN) DARI WAKTU

Pengkotbah 3:1
1Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.

1a. Kita Tidak Memegang Kendali/Kontrol atas jalannya waktu (the clock), atas musim hidup yang terjadi. (the season) dan kapan terjadinya peristiwa hidup. (the timing)

Puisi ini deskriptif (observatif) bukan preskriptif (instruktif). Salomo mengamati 14 pasang hal yang berlawanan seperti pendulum yang mengayun dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya. Semua hal yang tertulis dipilih Salomo untuk menjangkau setiap bidang kehidupan.

Pengkotbah 3:2-8
2Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; 3ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; 4ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; 5ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; 6ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; 7ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; 8ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.

Di ayat 2 kita berpikir tentang alam jasmani yaitu tentang kelahiran, kematian, penanaman, pencabutan. Dalam ayat 3 yang dimaksud adalah tentang kekuasaan yaitu membunuh, menyembuhkan, merombak. (Bahasa aslinya merobohkan benteng dan membangunnya kembali). Dalam ayat 4 adalah tentang emosi, menangis dan tertawa, meratap berduka dan menari. Dalam ayat 5 Salomo membahas tentang pertanian, pelemparan batu, yaitu praktik menutup ladang dengan batu untuk mencegah tumbuhnya tanaman dan kemudian memungutnya kembali agar Tanaman dapat bertumbuh dan panen dapat terjadi. Ayat 5b Salomo bicara tentang hubungan, “Saatnya untuk memeluk dan menahan diri untuk memeluk.” Di ayat 6, berbicara tentang kepemilikan, “Ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk menyerahkan apa yang hilang, untuk menyimpan dan membuang.” Di ayat 7 Salomo kembali ke gagasan berkabung, “Ada waktu untuk merobek,” yaitu, merobek pakaian Anda saat berkabung, seperti yang biasa dilakukan di Israel, “untuk menjahit kembali, berdiam diri saat berkabung, dan ada waktu untuk berbicara." Dan kemudian di ayat 8 bicara tentang kasih sayang, cinta dan kebencian, dan peperangan, “ada waktu untuk berperang dan ada waktu untuk damai.”

1b. Setiap peristiwa sudah ditentukan, namun kita tidak bisa memilih kapan. Karena kita tidak memegang kendali/kontrol atas jalannya waktu (the clock), atas musim hidup yang terjadi (the season) dan kapan terjadinya peristiwa hidup.(the timing).

Jadi, dengan cara yang sangat terampil namun halus, salomo menyelidiki setiap bidang pengalaman manusia. Ia mengkaji semua kontur kehidupan dan pesannya sama, setiap peristiwa sudah ditentukan, namun kita tidak bisa memilih kapan.  Artinya bagi kita semua adalah bahwa akan ada saat-saat berkabung dalam hidup kita, namun kita tidak memutuskan kapan itu akan terjadi. Akan ada saat-saat bahagia dalam hidup kita, namun kita tidak bisa menetapkannya.  Akan ada saat-saat kesedihan yang jauh lebih besar dari yang dapat anda bayangkan, namun anda tidak dapat memilih kapan hal itu terjadi. Dan kemudian, tentu saja, pada akhirnya kematian akan datang menjemput kita namun kita tidak pernah tahu kapan itu terjadi. 

Pengkotbah 1:3
3Apakah Gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? 
“What does a man Gain for all his efforts that he labors at under the sun?”

Ini pertanyaan yang sama yang di tulis di awal kitab Pengkotbah oleh Salomo. Kata Ibrani yang diterjemahkan “Gain” adalah unik dalam kitab Pengkhotbah, berarti “Profit atau Keuntungan” (Kidner, Ecclesiastes, 24).

Alistair Begg mengatakan “Puisi ini mengungkapkan betapa absurdnya kehidupan karena setiap aktivitas saling meniadakan. Ada 14 plus (+) dan 14 minus (-), dan total jumlahnya sama dengan nol. Setiap kelahiran berakhir dengan kematian, setiap tanaman yang ditanam akan dicabut, setiap bangunan akhirnya roboh atau ditinggalkan, setiap perayaan digantikan dengan pemakaman, dan setiap perdamaian akhirnya digantikan oleh perang lainnya. Tidak ada keuntungan apa pun.” - Alistair Begg, “Eternity on My Mind”

          2. MEKANISME DARI WAKTU YANG FANA (SIA-SIA)

Pengkotbah 3: 10

Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.

Raja Salomo memberikan penjelasan kepada kita mengenai Teologi Waktu. Dia merujuk kepada kitab Kejadian di mana di awal penciptaan,  pekerjaan dan aktifitas manusia tidak dirancang untuk membuat manusia frustrasi. Tetapi Tuhan mengutuk ciptaan karena pemberontakan Adam, sekarang segala sesuatu yang ada di dalam dunia ada di bawah kutuk dosa, sehingga menjadi beban yang fana dan sia-sia. 

11Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Raja Salomo mengatakan bahwa semua peristiwa yang terjadi di dalam hidup kita telah ditetapkan secara tepat dan sempurna oleh Tuhan.

2. A Tuhan Tetap Memegang Kendali Secara Sempurna  Dan Tidak Pernah Membuat Kesalahan.

Hanya karena kita tidak mengerti alasan sesuatu terjadi bukan berarti tidak ada alasan yang baik dan sempurna dibalik semua yang terjadi di dalam hikmat kedaulatan Allah. Tuhan tidak melakukan kesalahan. Dia tidak kehilangan kendali. Meskipun kita melihat kekacauan, meskipun kita mengalami tragedi, meskipun kita mungkin mengalami kesakitan, meskipun kita melihat dosa melimpah, kita harus menegaskan kebenaran bahwa Tuhan tidak kehilangan kendali. Dia tidak kehilangan kendali atas seluruh jagad raya  dan Dia tidak kehilangan kendali atas waktu. 

Artinya, meskipun sekarang kita tidak dapat melihat kebenaran ini diwujudkan, namun suatu hari kita akan berdiri di hadapan Tuhan dan kita akan melihat ke belakang dengan pemahaman yang lebih baik, kesadaran yang lebih baik, dan kita akan menyatakan bahwa waktu Tuhan adalah waktu yang tepat. 

Kita akan melihat ke belakang dan menyatakan bahwa waktu di setiap musim dalam hidup kita adalah yang terbaik, dan sempurna.

11Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

Kalau ada musibah, ketidakadilan, pembunuhan, pemerkosaan dan penindasan hak asasi seringkali kita marah, merasa tidak adil dan .seakan tidak bisa terima. Begitu juga waktu orang yang kita kasihi sakit atau meninggal. Mengapa? Karena ada dambaan di dalam hati yang terdalam yaitu kita memiliki yang namanya nostalgia kosmis! 

“Tuhan telah memberikan Kekekalan dalam hati manusia. Kekekalan di sini kontras dengan “waktu”, yang digunakan sebanyak 29 kali dalam puisi tersebut. Kita tahu bahwa kehidupan di bawah matahari bukanlah segalanya, oleh karena itu sangatlah tidak masuk akal untuk hidup hanya untuk kehidupan ini saja. Ada keinginan untuk hidup selamanya; ada keinginan yang lebih dari sekedar hidup di bawah matahari, dan ada pengetahuan di dalam kita tentang keabadian di luar sana setelah kehidupan ini.” - Sydney Greidanus, Preaching Christ, p. 72

CS Lewis mengatakan : 

“Kebanyakan orang, jika mereka benar-benar memperhatikan ke dalam hati mereka sendiri, akan tahu bahwa mereka sebenarnya sangat menginginkan dan mendambakan sesuatu yang tidak dapat dimiliki di dunia ini. Kita Hidup Di Dalam nostalgia kosmis, yang adalah kerinduan di dalam hati kita untuk bersatu kembali dengan sesuatu di alam semesta, di mana kita sekarang merasa terputus dengannya, Seperti berada di dalam pintu yang selalu kita lihat dari luar, dan ini bukanlah sekadar fantasi gila, tetapi kondisi paling akurat dari situasi jiwa kita yang sebenarnya.”

12Aku tahu bahwa untuk mereka Tak Ada Yang Lebih Baik Dari Pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka. 13Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, Itu Juga Adalah Pemberian Allah.

Salomo menggunakan suatu tata Bahasa yang negative, maksudnya raja Salomo memberikan kebenaran dengan bahasa yang negatif. Sebagai contoh antara jawaban orang antusias dengan orang yang murung. “Bagaimana Kabarmu?” si Antusias akan berkata, “Ini luar biasa, luar biasa, luar biasa.” si Murung akan berkata, “yaaah tidak buruk.” “Bagaimana cuacanya?” Si Antusias  berkata, “Cuacanya sangat cerah.” si Murung itu berkata, “Yah, tidak hujan.”“Bagaimana makan malamnya?” si Antusias berkata, “Enak sekali.” si Murung berkata, “Yah, bukan tidak enak tapi biasa.”


14Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia. 15Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu.

Setelah mencari makna terpisah dari Tuhan, Salomo kini dengan enggan, mengungkapkan kebenaran positif dalam bahasa negatif, dengan enggan mengatakan bahwa  sebenarnya ada ada cara lain

 2.B “Tuhan memiliki tujuan khusus atas kesia-siaan (kefanaan) ini dan bahkan semua kekosongan yang kita rasakan. Hal ini bertujuan untuk membuat orang mencari Dia. Inilah kunci utama kitab Pengkotbah.

“Takut akan Tuhan adalah awal dari kebijaksanaan, dan merupakan kunci untuk meringankan rasa frustasi hidup yang terjebak antara waktu dalam keberadaan terkutuk ini dan kekekalan.  Tidak ada gunanya mencoba mengubah masa lalu, masa kini, atau masa depan. Tuhan menggunakan semua ketegangan, frustrasi, dan beban ini untuk membawa kita kepada-Nya. Itu adalah tanda kebaikan Tuhan. Dia tahu tidak ada kebahagiaan yang terpisah dari-Nya, dan Dia ingin kita mengenal Tuhan.

Beberapa orang mungkin keberatan, “Saya tidak suka itu.” Kami tidak menyukai keterbatasan pengetahuan manusia atau misteri seputar apa yang sedang dilakukan Tuhan. Bahkan ada yang mungkin berkata, “Mengapa Tuhan tidak membuat diri-Nya lebih dikenal?” Begg menjawab, “Tuhan tidak berkewajiban untuk memenuhi keingintahuan intelektual Anda. Anda tidak dapat menarik tali dan membuat Tuhan menarik untuk Anda. Dia hanya melayani hati yang menyesal. Kita harus menghormati Dia “ (Alistair Begg, “Eternity on My Mind”)

Tuhan menggunakan semua tension, kefanaan, kefrustrasian, kekosongan serta semua beban kehidupan untuk membawa kita kepada-Nya. Justru itulah tanda kebaikan Tuhan. Tuhan tahu tidak ada kebahagiaan yang terpisah dari-Nya, dan Tuhan justru ingin kita mengenal Dia.

Dari sudut pandang Sejarah Penebusan Allah maka Raja Salomo hidup di dalam Perjanjian Lama dimana dalam hikmatnya yang terbatas hanya bisa melihat bayangan yang akan datang yaitu semuanya sia-sia dan fana jika tanpa Tuhan. Namun karena Tuhan berdaulat maka semua tidak sia-sia jika kita melihatnya dari lensa takut akan Tuhan dan segala sesuatu adalah pemberian Tuhan.

          3.  BAGAIMANA INJIL MENEBUS

Ada tiga kata bahasa Yunani tentang “Waktu” yaitu Hora akar kata dari “hour” - ukuran waktu. Chrono  akar kata dari kronologi, urutan waktu. Kairos, kata ini dipakai dalam konteks kesempatan atau ketepatan peluang (Waktu Tuhan). Dan Tuhan berdaulat atas waktu dan sejarah.

Roma 5:6
Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka Pada Waktu (Kairos) Yang Ditentukan Oleh Allah.

Hanya karena kita tidak bisa melihat tanganNya bekerja bukan berarti Tuhan tidak bekerja mempersiapkan kairos-Nya. Selama masa sunyi (Intertestamental Year) maka ada masa transisi antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Time of silent) 

Bagaimana Tuhan bekerja di balik layar?

Pada jaman Alexander The Great (Iskandar Agung) – mulai ada yang namanya bahasa Koine Greek di mana ini menjadi dialect international. Dan arena keperkasaan Aleksander The Great maka semua orang bisa berbahasa Koine Greek (Berbahasa Yunani)

Pada jaman pemerintahan Romawi maka ada yang namanya Pax Romana karena mereka mengalahkan dan menjajah 3 benua yang akhinya mereka memiliki hukum Pax Romana untuk memastikan Roman peace. Semua orang harus tunduk pada hukumnya kerajaan Romawi sehingga orang bisa masuk ke daerah satu ke daerah yang lain tanpa takut dibunuh karena kerajaan Romawi mengontrol hampir sepertiga dunia.

Karena kerajaan Romawi sangat berkuasa di puncak kejayaannya dimana mereka menguasai Eropa, sebagian Asia bahkan Afrika. Sehingga ada kestabilan politik dan keamanan regional dan mereka membangun jalan di mana semua orang bisa travel ke negara satu ke negara yang lain. Makanya ada perkataan yang mengatakan  banyak jalan menuju Roma. Dari sini maka Tuhan mempersiapkan bahasanya, keamanannya, infrastrukturnya dan jalannya, dan maka lahirlah Yesus Kristus.

Galatia 4:4-6
4 Tetapi setelah genap waktunya (Kairos), maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. 5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. 6Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ”ya Abba, ya Bapa!”

Ketika manusia bergumul untuk memahami makna yang tepat akan waktu, peristiwa inkarnasi memberikan jawaban yang tepat bahwa Allah melalui Kristus datang menebus umat manusia dari kesia-siaan di waktu yang tepat. 

Melalui Inkarnasi Yesus Kristus. Yang kekal masuk kefanaan dunia.Yang tidak terbatas ke dalam keterbatasan ruang dan waktu.Sang berkat harus menjadi kutuk di salib. Sang Anak ditolak oleh Bapa di salib. Yang immortal menjadi mortal .Bangkit dari kematian mengalahkan maut. Supaya kita menerima kehidupan, makna kekekalan, keselamatan, pengharapan, berkat anugerah  dan status sebagai anak.

1 Petrus 1:18-19
18Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yg fana, bukan pula dengan perak atau emas, 19melainkan dengan darah yg mahal yaitu darah Kristus yg sama seperti darah anak domba yg tak bernoda dan tak bercacat

Kita tidak hanya ditebus dari dosa masa lalu, dosa adam, dosa keturunan, tapi kita juga ditebus dari dosa saat ini dan yang akan datang. Bagi orang yang ada di dalam Kesia-siaan mereka berlomba lomba untuk menebus waktu supaya bisa mendahului yang lainnya.  Namun waktu yang dipakai untuk kefanaan itu akhirnya juga berakhir dalam kefanaan.  Kita tidak dapat lari dari kefanaan ini! Namun kabar baiknya bahwa  kita yang ada di dalam Kristus tidak perlu hidup seperti itu!  Kita yang telah ditebus dari cara hidup yang sia-sia. Kita tidak lagi terjebak dalam dikotomi fana dan kekal,  namun semua aktifitas kita bisa menjadi kekal saat lensa Injil itu menjadi cara pandang kita.

Sering kali kita punya kebiasaan “menebus” waktu: waktu tidur, waktu makan, waktu istirahat, waktu bersama dgn keluarga, waktu liburan, dll dll.  Kita pikir kita bisa, padahal waktu yang dipakai buat menebus waktu yang sudah hilang itu, tidak bisa membayar apa yang sudah hilang.. Paulus seakan-akan ingin mengingatkan apakah kita menghabiskan hidup kita untuk yang sesuatu fana atau yang kekal? Waktu kita sangat terbatas.

Penebusan Kristus memberi makna yang mulia dan nilai kekekalan bagi waktu kita yang rapuh dan terbatas di dunia ini.

Kalau kita tidak di dalam Kristus, dipimpin oleh Dia dan di inspirasi oleh kasihNya, sadar bahwa waktu yang kita miliki ini adalah pemberian anugrah! Kalau kita tidak sadar, maka kita akan kembali kepada kefanaan yang padahal kita sudah tidak seharusnya hidup didalamnya yang artinya, semua usaha kita, musim hidup kita, jerih payah kita, penderitaan kita itu akan sia-sia dan tidak akan ada makna kekekalannya! Namun kita disadarkan kembali bahwa waktu yang fana ini bisa diberi arti kekekalan  ada– pertukaran yang indah

Penebusan Kristus membuat kita sadar bahwa WAKTU yang terbatas ini Tuhan mau pakai untuk tujuanNya yang kekal!

Karena bagi kita yang sadar bahwa sebenarnya waktu itu adalah pemberian dari Allah, maka kita akan menjadi pengelola yang baik akan waktu yang fana ini.Kesadaran kita akan penebusan Kristus akan Kesia-siaan dunia ini membuat kita semakin sadar bahwa waktu ini perlu digunakan untuk tujuanNya yang kekal.

Dalam kita bekerja, mintalah dalam doamu Tuhan mengkalibrasi hatimu sehingga Tuhan memakai pekerjaanmu bukan utk membangun karirmu semata, tapi utk tujuan Tuhan dan pengkabaran Injil. Dalam rumah tanggamu, mintalah dalam doa pimpinan Roh Kudus supaya kita berelasi dan saling meng-encourage dalam pertumbuhan menuju Kristus, bukan menuju goal pribadi dan untuk kenyamanan hidup semata. Dalam masyarakat, setiap pertemuan dengan sesama, biarlah hidup dan perkataan kita dipakai untuk mencerminkan kasih Kristus. Dalam pelayanan dan kehidupan berjemaat biarlah kita saling merendahkan diri satu dengan yang lainnya, ada ketulusan kasih dan keterbukaan supaya progressive sanctification journey bisa dihidupi bersama-sama. 

Didalam Pengkotbah pasal 3 ada deskripsi aktifitas yang berlawanan dan meniadakan satu dengan yang lain. 14 plus (+) dan 14 minus (-), dan total jumlahnya sama dengan nol (yang artinya adalah kesia-siaan). Namun di dalam Kristus tidak ada plus (+) dan minus (-) karena (Roma 8:28) Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Kalau kita mengalami pergumulan, yang dikatakan Salomo itu minus, maka keminusan dan pergumulan kita itu tidak sia-sia karena Allah bekerja di dalamnya untuk mendatangkan kebaikan untuk menunjukkan kasih karuniaNya dan campur tanganNya dalam hidup kita. Sebaliknya kalau kita sedang dalam baik-baik saja, dalam keadaan plus atau dalam keadaan di berkati maka itu bukan hanya untuk kesenangan kita untuk dinikmati namun gunakanlah lensa kekekalan yaitu untuk memuliakan Tuhan dan untuk membawa orang dapat mengenal Tuhan. Di dalam Kristus sebenarnya tidak ada plus atau minus, karena semua itu ditebus, supaya kita memandang kehidupan dengan bingkainya Tuhan. 

Gospel People tidak goyah dan kecil hati di dalam menghadapi perubahan musim di hidupnya bahkan saat mengalami berbagai badai pergumulan hidup, karena mereka tahu bahwa Tuhan selalu bekerja untuk suatu maksud yang baik dan selalu ada yang makna penebusan mulia di balik semua peristiwa.

Pertanyaan Reflektif :

  • Bagaimana kita menggunakan waktu kita? Apakah kita hidup seperti orang bijaksana dengan waktu kita? Ataukah kita berlaku bodoh dengan membuang banyak waktu dalam kesia-siaan?
  • Lensa apa yang kita gunakan untuk menjalani waktu kehidupan serta kesempatan yang diberikan Tuhan dalam hidup kita? Lensa dunia (diri sendiri) atau lensa Injil? 

Gospel Response

  • Mari kita bertobat dalam menyia-nyiakan waktu dan kesempatan hanya untuk hidup bagi diri sendiri, atau hidup di luar konteks Tuhan.
  • Pandanglah kepada Yesus yang sudah menebus hidup kita yang dari kesia-siaan serta memberikan makna, nilai dan tujuan yang kekal bagi waktu kita yang rapuh dan terbatas. 

KARENA INJIL

  • Kita tidak terjerumus dalam godaan dunia yang fana.
  • Kita tidak terperangkap di dalam dikotomi antara yang duniawi dan rohani, yang fana dan yang kekal.
  • Kita paham bahwa identitas kita di dalam Kristus memberikan arti, nilai dan tujuan yang kekal di dalam setiap aspek kehidupan. 
  • Kita memiliki pengharapan sempurna di dalam Kristus, bahwa Allah turut bekerja melalui segala sesuatu termasuk yang buruk sekalipununtuk mendatangkan kebaikan.