The Problem Of Injustice & The Gospel

Meaningless Without Jesus Week 4 "The Problem of Injustice and The Gospel" 

Ps. Michael Chrisdion


PEMBACAAN                  : Pengkhotbah 3:16 - 4:1-3

Saat kita menonton berita dunia, kita dapat melihat bahwa ada banyak ketidakadilan terjadi. Kita hidup di dalam dunia yang penuh dengan ketidakadilan, yang lemah tertindas, dilecehkan, dimanfaatkan serta tereksplotasi. Ternyata pengamatan ini sudah dilakukan oleh Raja Salomo ribuan tahun lalu.

Lalu apa solusi Injil di dalam memahami ketidak adilan ini?  Bagaimana kita sebagai orang Kristen dapat menerima kenyataan bahwa Tuhan yang kita layani adalah Tuhan yang adil dan penuh kasih serta peduli namun kita hidup di dalam dunia yang tampaknya tidak peduli dan tidak penuh kasih? Kita akan mengeksposisi ayat-ayat dalam Kitab Pengkotbah ini dan menemukan apa yang raja Salomo  mau sampaikan. 

          1. MENGOBSERVASI MASALAH KETIDAKADILAN.

Kita yang di Indonesia ini sering mendengar bahwa penegak hukum, tidak pernah bertindak adil. Misalnya, saat terjadi tabrakan antara kendaraan roda dua dan roda empat, bisa dipastikan, tanpa penyelidikan yang akan disalahkan adalah kendaraan roda empat (mobil). Kita juga sering mendengar bahwa percuma saja melaporkan pencurian kepada para penegak hukum, kita justru akan  kehilangan  lebih besar lagi karena harus mengeluarkan biaya untuk investigasi. Sebenarnya keadaan seperti ini bukanlah suatu hal yang baru. Kitab Yesaya menggambarkan keadaan yang sama di masa lalu.

Yesaya 1:23
Para pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok.

          1A. Kita berada di dunia dengan berbagai ketidakadilan yang diperlihatkan di semua bidang kehidupan 

Pengkotbah 3:16
16Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan (in the Place of Righteousness) , di situ pun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situ pun terdapat ketidakadilan.

Bahkan di tempat pengadilan yang dalam bahasa aslinya bicara tentang The Place Of Righteousness (Tempat Kebenaran). Di tempat yang semestinya adalah tempat kebenaran pun banyak terjadi ketidak adilan. Kita juga sering mendengar istilah yang lucu, yang selaras dengan bunyi Firman Tuhan ini bahwa 

hukum bisa diputarbalikkan, hukum bukan membela yang benar, tetapi membela yang bayar. 

Kita (Semua Manusia) Menderita Atas Kenyataan Akan Ketidakadilan
Di Dalam Kehidupan Ini. Bahkan dari kecil anak-anak waktu mereka marah saat bertengkar, mereka akan mengatakan “that’s not fair!” “Life is not fair”

          1B. Tuhan akan menegakkan keadilan-Nya dan meminta pertanggungjawaban semua orang atas ketidakadilan yang terjadi 

Pengkotbah 3:17
17Berkatalah aku dalam hati: ”Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya.”


“Justice Delayed Is Not Justice Denied”“Keadilan yang tertunda bukanlah keadilan tidak ditegakkan. Akan tiba saatnya ketika Tuhan akan menyelesaikan pertanggungjawaban dan manusia akan bertanggung jawab atas semua kejahatan yang mereka lakukan dan penderitaan yang mereka timbulkan. Tuhan akan meminta pertanggungjawaban pada saat yang tepat” - Lee Strobel

(The Case for Faith)

Ada suatu tension yang membuat kita resah; kita tidak tahu kapan keadilan itu akan terjadi? Kita terjebak di sebuah ruang antara keyakinan akan keadilan yang akan di tegakkan di akhir zaman namun juga kekuatiran akan ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi selanjutnya di dalam hidup ini. Sementara itu, orang jahat terus menjadi makmur, dan orang miskin tertindas. Kita hidup dalam realitas Mazmur 73 di mana orang percaya tergoda ke arah skeptisisme karena kemakmuran orang fasik dan penderitaan orang beriman. Namun seperti pemazmur kita dipanggil dengan sabar untuk mempercayai tuhan dan waktu-nya! Namun terlepas dari kerinduan dan tuntutan kita akan keadilan, kita perlu menyadari bahwa meskipun kita menyerukan keadilan, kita sebenarnya tidak menginginkannya. Kita mempunyai masalah besar yang menghadang kita, dan itulah yang selanjutnya akan dibahas oleh Salomo.

Di sisi yang lain, kita juga tidak menginginkan keadilan karena tidak bisa menghindar, akhirnya Tuhan juga akan mengadili semua ketidakadilan yang kita lakukan! Seringkali waktu kita berdosa (membuat kesalahan) kita meminta belas kasihan, namun saat orang lain yang berdosa (membuat kesalahan) kita menuntut keadilan. Di situ kita sedang berlaku tidak adil. itulah sebabnya semua ketidakadilan ini.seperti jebakan yang ada di bawah matahari yang menyebabkan salomo berkata di ayat ke 18

Pengkotbah 3:18
18Tentang anak-anak manusia aku berkata dalam hati: “Allah hendak menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka hanyalah binatang.”

Pertanyaannya: ketidakadilan (injustice) mengkespos apa?

Pengkotbah 3:19-20
19Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia. 20Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu.

Puisi ini deskriptif (observatif) bukan preskriptif (instruktif). Salomo tidak sedang berbicara tentang teologi kehidupan setelah kematian di sini, namun salomo mengamati bahwa nasib manusia memiliki kesamaan dengan nasib binatang. Di Pengkotbah 3 ini ada echo (gema) dari Kejadian 3 yaitu anak-anak manusia, nasib manusia dan nasib binatang dan kedua-duanya kembali ke debu. Pengkotbah 3:18-22 
adalah gema dari Kejadian 3 yaitu kejatuhan manusia di dalam dosa. Observasi ini menunjukkan bahwa di luar konteks Tuhan maka nasib manusia tidak lebih baik daripada binatang dan segala sesuatu berakhir pada kesia-siaan.

21Siapakah yang mengetahui, apakah nafas manusia naik ke atas dan nafas binatang turun ke bawah bumi. 22Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?

Kebahagian manusia itu fana karena terbatas nasib dan umurnya. Kalau tidak ada kehidupan setelah kematian maka semua kegembiraan itu adalah kesia-siaan dan keadilan ataupun ketidak adilan tidak ada faedahnya! Ini artinya bahwa melalui ketidakadilan Tuhan ingin kita sadar bahwa kita manusia yang fana dan tidak ada yang bisa kita sombongkan. 

           2.  MASALAH DARI POLITIK (PARA PENEGAK KEADILAN) 

          2A. Salomo mengawali pasal 4 dengan mengobservasi penindasan yaitu tidak ada penghiburan bagi kaum tertindas karena kekuasaan berada di pihak penindas.

4:1Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan.

Salomo memulai pasal 4 dengan mengamati penindasan yang dilakukan di bawah matahari dan bagaimana orang yang tertindas menitikkan air mata tetapi tidak ada yang bisa menghibur mereka. Orang-orang melakukan hal-hal kejam terhadap satu sama lain, dan tidak seorang pun dapat menghentikannya. Tidak ada seorang pun yang bisa membuat kaum tertindas merasa lebih baik atau memperbaiki keadaan. Salomo mengungkapkan kekhawatirannya atas situasi ini.

“Masalahnya adalah kekuasaan itu korup, jadi meskipun seseorang melihat kejahatan sistem dan terlibat dengan bertujuan untuk melakukan reformasi, begitu dia mempunyai kekuasaan, dia kemudian menjadi korup dan tidak ada yang berubah. Dalam sistem politik kita, sering kali orang harus mengkompromikan cita-citanya agar bisa mencapai jenjang yang lebih tinggi, dan begitu mereka mencapai posisi yang berpengaruh, mereka tidak lagi menjadi orang yang sama.” - Derek Kidner, The Message of Ecclesiastes, p.44

Pengkotbah 4:13-16
13Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi. 14Karena dari penjara orang muda itu keluar untuk menjadi raja, biarpun ia dilahirkan miskin semasa pemerintahan orang yang tua itu. 15Aku melihat semua orang yang hidup di bawah matahari berjalan bersama-sama dengan orang muda tadi, yang akan menjadi pengganti raja itu. 16Tiada habis-habisnya rakyat yang dipimpinnya, namun orang yang datang kemudian tidak menyukai dia. Oleh sebab itu, ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.

Di sini, di Pengkhotbah, raja tua tidak fleksibel dan lupa bagaimana rasanya menjadi muda dan berapi-api . Sebaliknya nanti Raja Tua itu turun kekuasaan maka sang pemudalah yang menjadi raja.  Namun waktu sang pemuda ini menjadi raja dan mencicipi kekuasaan.akhirnya ternyata dia menjadi seperti Raja yang tua tadi kemudian mucullah pemuda lain yang menggantikan, dan intinya siklus tersebut tidak pernah berakhir.

Massa berubah-ubah dan berpindah-pindah dari satu politisi ke politisi lainnya. Betapapun baiknya seorang politikus, tidak ada yang abadi. Seorang pemuda mungkin naik pangkat dan berbuat baik tetapi menjadi tidak fleksibel seperti raja tua dan kehilangan hati rakyatnya. Tidak ada perubahan yang bertahan lama di bidang politik. Mereka memecat pemimpin politik sebelumnya, dan mereka akan memecat Anda. – (Aliistair Begg,  “All Those Lonely People”

Pengkotbah 5:7
7Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan hukum serta keadilan diperkosa, janganlah heran akan perkara itu, karena pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka.

Hirarki birokrasi seharusnya diterapkan untuk menjaga keseimbangan kekuasaan, namun birokrasinya malah memungkinkan terjadinya penindasan oleh para pejabat tinggi bahkan hingga raja. Sedangkan rakyat yang menginginkan keadilan akhirnya dialihkan dan dibelokkan tanpa solusi.

“Idenya adalah para pejabat pemerintah saling melindungi, sehingga memberantas korupsi adalah hal yang mustahil. Kronisme & Nepotisme adalah akibat politik yang tak terelakkan.” - Duane Garrett (Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs, p. 312)

2B. Orang-orang yang dipilih untuk menegakkan keadilan dan untuk melindungi mereka yang tertindas adalah mereka yang pada akhirnya melakukan penindasan.

4:1Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan.

Benar, orang bisa membantu mereka yang tertindas, namun maksud Salomo adalah tidak ada keuntungan secara nyata. Anda tidak bisa mengakhiri penindasan sama sekali. Anda mungkin bekerja sangat keras untuk mengakhiri penindasan di satu sudut dunia dan melihat tingkat keberhasilan, namun penindasan muncul kembali di tempat lain. Abad kedua puluh menyaksikan Hitler digulingkan, tapi kemudian ada Stalin, lalu ada Polpot, dan sekarang ada ISIS. – ( Derek Kidner, The Message of Ecclesiastes, p.43)

Kenyataan ini begitu menyakitkan sehingga Salomo berkata lebih baik mati atau tidak pernah dilahirkan. 

Pengkotbah 4:2-3
2Oleh sebab itu aku menganggap orang-orang mati, yang sudah lama meninggal, lebih bahagia dari pada orang-orang hidup, yang sekarang masih hidup. 3Tetapi yang lebih bahagia dari pada kedua-duanya itu kuanggap orang yang belum ada, yang belum melihat perbuatan jahat, yang terjadi di bawah matahari.

Karena terjadi begitu banyak penindasan dalam hidup ini, maka yang berbahagia hanyalah orang mati,
yang paling berbahagia, atau paling untung ialah orang yang tidak pernah dilahirkan. Ini merupakan kesimpulan dari Sang Pengkotbah akan keadaan fana yang menyedihkan.

Orang mati tidak perlu mengalami ketidakadilan karena ketidakadilan bisa lebih buruk daripada kematian. Ditambah lagi, mereka yang belum pernah dilahirkan tidak pernah melihat bagaimana kita memperlakukan satu sama lain seperti binatang di bawah matahari. Mereka belum pernah melihat isis memenggal atau menyalib anak-anak. kekacauan seperti ini banyak terjadi di dunia yang terkutuk dan rusak ini. Salomo jengkel dan mengatakan kematian tampaknya lebih baik daripada kehidupan.Tension ini memaksa kita untuk mencari solusi keluar dari (under the sun) bawah matahari. 

          3.  BAGAIMANA INJIL MEMBERI SOLUSI DAN MENJAWAB MASALAH KETIDAKADILAN.

Dambaan kita akan pemimpin politik yang adil serta mampu memperbaiki semua kesengsaraan dan ketidakadilan yang kita semua alami adalah kerinduan akan raja yang lebih baik dan adil sempurna yaitu Yesus Kristus.

Wahyu 21:2-5
2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. 3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: ”Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. 4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” 5Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: ”Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Dan firman-Nya: ”Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar.”

Di kerajaan-Nya tidak ada penindasan. Tidak ada ketimpangan. Kita melihat hal ini sekarang dalam bentuk benih di dalam gereja—pos terdepan kerajaan. Tidak ada yang Kaya dan miskin, budak dan merdeka, duduk bersama di meja. Tidak ada orang miskin di antara kita (Kisah Para Rasul 4). 

Gereja adalah gambaran ini menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang terluka. Kita sudah merasakan hal ini di gereja, namun kita merindukan hari ketika Yesus mendirikan kerajaan-Nya dari laut ke laut, sehingga semua penindasan berakhir. Ini adalah gambaran gereja yang dipulihkan sempurna bersama Yesus Kristus sebagai Sang Mempelai, Sang Raja di langit baru bumi baru.

Bagaimana Yesus melakukannya?

Yohanes 13:3-5
3Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. (OTORITAS KERAJAAN) 4Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 5kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Markus 15: 25-28, 
25Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan. 26Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: “RAJA ORANG YAHUDI”. 27Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya. [28Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: ”Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.”]... 30turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!” 31Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: ”Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! 32Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.”

Dengan (Otoritas Kerajaan) yang diberikan Bapa kepada-Nya, Yesus memimpin bukan dilayani, melainkan dengan melayani, bahkan sampai mengorbankan diri-Nya di Salib. Di Salib Sang Raja datang sebagai hamba yang melayani. Yang adil datang mengalami ketidakadilanSang hakim datang untuk dihakimiYang tidak bersalah datang divonis bersalahYang kekal datang menjalani kematian maut. Pada hari yang ketiga Yesus bangkit untuk mengalahkan ketidakdilan, kejahatan dan maut untuk menyelamatkan kita pelaku kejahatan dan ketidakadilan dari maut tanpa membinasakan kita. (1 Pet 2: 22-25,)

1 Pet 2: 22-25, 
22  Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. 23Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. 24Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. 25Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Gospel People, tidak berkecil hati saat mengalami ketidakadilan dan penindasan karena sadar bahwa Yesus Kristus pernah mengalami semua yang kita alami dan mengatasi semua penderitaan, bahkan Kristus juga mendampingi serta berjalan menghadapinya bersama kita.

Gospel People, tidak terintimidasi dengan ketidakadilan bahkan dimampukan untuk bertahan karena kita melihat ke masa depan dengan suatu pengharapan akan pemulihan keadilan di Langit baru & Bumi Baru.

PERTANYAAN REFLEKTIF

  • Saat mengalami ketidakadilan bagaimana reaksi kita?
  • Apakah kita sendiri ternyata menjadi pelaku ketidakadilan?
  • Coba periksa bagaimana kita sering menginginkan belas kasihan atas kesalahan kita namun sering menuntut keadilan karena kesalahan orang lain?
  • Saat anda diberikan otoritas, wewenang & kekuasaan, bagaimana kita menggunakan hal itu untuk diri sendiri atau kita gunakan demi keadilan dan kemuliaan Tuhan?
  • Bagaimana kita menjadi alat Tuhan bagi orang yang diperlakukan tidak adil di sekeliling kita?
  • Kebenaran Injil yang mana yang menyentuh hati Anda dan perlu Anda kotbahkan pada hati Anda?

GOSPEL RESPONSE

  • Mari Kita bertobat dan tidak berstandar ganda dalam kekecewaan kita karena diperlakukan tidak adil, saat kita sendiripun sering menjadi pelaku ketidakadilan.
  • Pandanglah kepada Yesus yang sudah diperlakukan tidak adil demi kita supaya kita menerima Anugerah dan keselamatan melalui karya Salib-Nya.

KARENA  INJIL

  • Kita berani berdiri untuk keadilan dan memiliki belas kasihan bagi korban ketidakadilan.
  • Kita juga tidak mudah kecewa atau frustrasi saat mengalami ketidakadilan.
  • Kita dikuatkan saat mengalami ketidakadilan karena Yesus juga pernah mengalami ketidakadilan dan Ia senantiasa bersama dengan kita. 
  • Kita menatap masa depan penuh pengharapan bahwa Yesus Kristus Sang raja memerintah dengan keadilan sempurna di langit baru bumi baru.